CHAPTER 16

55.4K 3.4K 99
                                    

Liburan telah berakhir, dan hari pertama ajaran baru tiba. Hari ini adalah hari MOS untuk para peserta didik baru.

"Adik-adik, ayo kumpul semua!" seru Nessie kepada peserta didik baru, mengumpulkan mereka di lapangan.

"Perkenalkan, nama aku Nessie Andrea Maheswara. Kalian bisa panggil aku Nessie. Aku berperan sebagai Wakil Ketua OSIS!" Nessie memperkenalkan dirinya dengan senyuman.

"Halo adik-adik yang keren! Gue Felix Andreas, panggil aja Felix ganteng. Gue Sekretaris OSIS!" Felix menambahkan dengan percaya diri, sambil menebar pesona.

Tiba-tiba, dari koridor kelas terdengar teriakan keras. "HEH, FELIX! JANGAN KEPEDEAN LO! MUKA LO KAYAK MONYET AJA BELAGU!" Gerry berteriak, membuat seluruh murid tertawa.

Gerry memang dikenal dengan kebiasaannya muncul secara tiba-tiba di mana pun, kapan pun.

"AKU GAK DENGAR! AKU PAKE SEMPAK!" balas Felix dengan keras, yang hanya menambah gelak tawa di antara mereka.

"Jaga image!" tegur Nessie kesal sambil mencoba menahan senyum.

"Hai! Gue Reza Aditya, Bendahara OSIS," ucap Reza, menyapa peserta didik baru.

"Sorry telat!" Nara datang berlari, ngos-ngosan.

Dia menunduk, menahan lututnya yang pegal setelah berlari. Nara terlambat karena Arga telat menjemputnya, jadi seperti inilah keadaannya.

Semua mata terfokus pada Nara, tatapan mereka penuh rasa ingin tahu. Ketika Nara mendongakkan kepalanya, para peserta didik baru menatapnya dengan kekaguman.

Arga, yang berada di antara kerumunan, merasa kesal melihat perhatian yang diberikan para siswa baru kepada pacarnya.

"Mata woi, mata!" teriak Arga keras, memaksa semua orang mengalihkan perhatian mereka.

Nara menoleh ke arah Arga. "Arga... jangan mulai deh," katanya sambil memberikan tatapan tajam.

"Nar, perkenalan," ujar Nessie. Nara mengangguk dan berdiri di tengah lapangan.

"Halo semua!" sapa Nara dengan senyum.

"Halo juga, Kak!" jawab para peserta didik baru serempak.

"Perkenalkan, nama aku Kinara Wiratama. Kalian bisa panggil aku Nara. Aku menjabat sebagai Ketua OSIS!" Nara memperkenalkan diri dengan ramah.

Anjirr, gak salah gue masuk SMA Garuda.

Cantik banget ketosnya!

Awww, senyumnya parah!

Kak! Minta ID LINE dong

Semua mata tertuju pada seorang siswa yang berteriak meminta ID Line Nara. Arga menggeram marah, mengepalkan kedua tangannya di samping tubuhnya.

Nara tertawa kecil. "Kan ada di grup, tinggal chat. Kalau gak join, ya salah sendiri," tambah Felix sambil menggoda Arga.

Felix menahan tawanya melihat wajah Arga yang memerah. Meskipun agak takut dengan amukan Arga, Felix tetap ingin menikmati ekspresi kesal Arga.

Siswa yang meminta ID Line Nara tersenyum senang, bahkan tersenyum meledek ke arah Arga.

"Untuk sekarang, tugas kalian adalah mengumpulkan tanda tangan dari seluruh anggota OSIS! Kumpul setelah istirahat, ya!" perintah Nara.

"Oke, Kak!" jawab mereka antusias.

"Yaudah, sekarang silakan cari." Para siswa langsung berpencar untuk mencari tanda tangan.

Siswa yang meminta ID Line Nara mendekatinya untuk meminta tanda tangan.

"Hai, Kak Nara. Boleh minta tanda tangannya?" tanyanya.

Nara menoleh. "Sini, nama lo siapa?" tanya Nara sambil mulai menandatangani buku yang dibawanya.

"Niko Afandi, Kak," jawabnya dengan senang.

Nara merasa nama belakang Niko terdengar familiar. "Afandi?"

"Iya."

"Oh, lo Adiknya Rio, kan?"

"Seratus untuk Kakak!"

"Pergi lo, bocah," kata Arga dari belakang Nara sambil memeluk pinggang Nara dengan posesif.

Niko tidak menghiraukan Arga dan malah tersenyum pada Nara. "Kak Nara, follow back IG gue dong," pintanya sambil terus memanasi Arga.

Nara mengangguk, membuat Niko tersenyum senang, sedangkan Arga semakin kesal.

"Heh, curut! Masih aja isengin Arga. Gak takut mati lo?" Gerry menegur.

"Mati? Siapa yang mau mati?" tanya Niko dengan polos.

"Niko... jangan mulai," peringat Rio.

"Hehe, sorry atuh, Bang," kata Niko sambil menatap wajah Arga. "Etdah, Bang, biasa aja deh mukanya, tambah jelek!" Niko kemudian lari terbirit-birit, takut terkena amukan Arga.

"Udah, jangan marah," kata Nara.

"Kenapa kamu follow back IG dia?" tanya Arga, masih kesal.

"Emangnya kenapa? Gak boleh?"

"Aku gak suka," bisik Arga.

"Terserah! Gak usah cari-cari aku lagi!" Nara kesal dan langsung meninggalkan Arga yang bengong.

"HAHAHAHA!!" Gerry dan Jeremi tertawa.

"Cewek selalu benar," ujar Farrel.

Arga kemudian mengejar Nara yang menuju ke kantin.

"Babe, kenapa kamu yang ngambek? Harusnya aku yang ngambek," kata Arga sambil mencoba meraih Nara.

"Terserah! Ngambek aja sana, males!" Nara memalingkan wajahnya ke samping.

"Yaudah, iya, aku minta maaf, sayang. Jangan marah lagi," kata Arga sambil mencolek pipi Nara.

"Bodo! Pergi sana!" balas Nara.

"Yah, padahal aku mau kasih kamu coklat," ujar Arga.

"Mana coklatnya?!" tanya Nara.

"Maafin aku dulu, baru aku kasih coklatnya," jawab Arga.

"Iya, aku udah maafin kamu," kata Nara sambil tersenyum saat Arga memberinya coklat. "Makasih, Arga."

Arga mengacak rambut Nara dengan penuh gemas. "Sama-sama! Sebentar ke rumah aku, ya," kata Arga sambil tersenyum.

Nara mengangguk ceria. "Oke!"

"Arga?"

"Hm?"

"Cita-cita kamu apa, sih?"

Arga mengerutkan keningnya, bingung dengan pertanyaan tersebut. "Kenapa tiba-tiba nanya?"

"Pengen tau aja," jawab Nara sambil tersenyum penasaran.

"Cita-cita aku? Bahagiain kamu." Arga menjawab dengan tulus, matanya penuh perhatian.

Pipi Nara memerah. "Serius deh, Ga!"

"Kalau kamu mau aku serius, oke deh. Setelah kita lulus nanti, aku bakal nikahin kamu!" Arga menatap Nara dengan penuh keyakinan, senyumnya lebar.

"Ihh, Argaa!" Nara merona malu, merasa terharu.

"Sebenernya, cita-cita aku jadi pilot. Tapi ayah bilang aku harus nerusin perusahaan dia," kata Arga dengan nada sedikit miris, menurunkan pandangan.

"Wah, hebat dong kalau kamu mau nerusin perusahaan ayah kamu!" ucap Nara. "Jadi, nanti kamu nggak bakal ninggalin aku sendirian di rumah setelah kita nikah, kan?" tambahnya dengan nada penuh harapan.

"Jadi, kamu beneran pengen nikah sama aku, gitu?" tanya Arga sambil mencolek dagu Nara dengan gerakan menggoda.

"Ihhhh, Arga!" Nara merasa malu dan senang sekaligus.

"Tenang aja, Ra. Kita bakal nikah, terus hidup bahagia bareng," ujar Arga dengan penuh keyakinan.

"Ihhhh!!" Nara tertawa malu sambil membuang wajahnya ke samping.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang