CHAPTER 34

36.3K 2.3K 82
                                    

Arga saat ini berada di rumah orang tuanya. Beberapa saat lalu, ayahnya menelepon, memintanya untuk segera pulang.

"Ada apa Anda memanggil saya kemari?" tanya Arga dingin, tanpa ekspresi.

"Jangan formal begitu, Ga," ucap Helena, ibunya, dengan lembut.

"Just get to the point."

"Kami akan menjodohkanmu dengan rekan bisnis ayah," ucap Daniel, ayah Arga, dengan tegas.

Arga menatap Daniel tak percaya. "Saya tidak mau menerima perjodohan ini," jawab Arga, nada suaranya dingin.

"Jangan membantah, Arga!" tegas Daniel lagi.

"Saya bilang saya tidak mau."

"Arga!"

"Dengan hak apa Anda memerintah saya seperti ini? Sudah menelantarkan saya selama ini dan dengan lancangnya menjodohkan saya?" Arga mulai kehilangan kesabarannya, nadanya semakin keras.

"Saya ini ayahmu, Arga! Jadi saya punya hak untuk memerintahkanmu!" bentak Daniel. "Calonmu bernama—"

"Pokoknya, saya tidak akan pernah setuju dengan perjodohan ini!" potong Arga, suaranya semakin meninggi.

"Kau harus—"

"Kalau begitu, anda saja yang melakukannya." Arga menyela lagi, dengan cepat meninggalkan ruangan, membiarkan ayahnya yang semakin emosi berdiri di tempat.

~

BRAK

"BANGSAT!" Arga menendang pintu markas dengan kasar. Anggota Vandalas yang lain terkejut mendengar suaranya.

Felix mendekat ke arah Arga. "Kenapa, Ga?" tanyanya, hati-hati. Arga tidak menjawab. Felix tahu, lebih baik diam saat Arga sedang seperti ini.

Arga berjalan langsung menuju rooftop dan duduk sendirian di bawah langit malam yang gelap. Pikirannya berkecamuk, mengingat perdebatan barusan dengan ayahnya. Mereka sudah mengusirnya dari rumah, dan sekarang malah ingin menjodohkannya?! Arga menggertakkan giginya menahan emosi.

Ting

Suara notifikasi membuat Arga teralihkan. Dia membuka ponselnya dan melihat deretan chat dari Nara.

Nara

Arga? Kamu dimana?
Oke, di-read aja
Argaaaaa
Annyeong~
Arga ihhh!

Arga tersenyum kecil melihat rentetan pesan Nara. Semua masalah tentang ayahnya seakan menghilang begitu saja. Tunggu, apa dia salah lihat? Nara baru saja memanggilnya sayang?

Nara

Hm?

Astagaaa! Sabar, Nara, sabar. Orang sabar disayang Tuhan

Kenapa?

Aku laper :(

Ya makanlah

Gak peka banget sih jadi cowok -_-

Wah, iya? Aku gak peka?

Aku kesel banget serius

Arga tertawa kecil membaca balasan Nara. Dia tahu betul apa yang Nara mau, tapi memang sengaja ingin menggodanya dulu. Tak ingin berlama-lama, Arga segera beranjak, mengendarai mobil menuju rumah Nara.

~

Di tempat lain, Nara sedang kesal dengan sikap pacarnya yang menurutnya tidak peka.

"Dasar gak peka!"

"Ngeselin banget!" Nara menggerutu sambil memukul bantal di sofa.

Drtt drtt

"Apa?!" jawab Nara ketus.

"Aku di bawah, sayang."

"Dih!"

Tut

Nara langsung menutup telepon dan berlari menuruni tangga.Begitu sampai di luar, dia melihat Arga sudah berdiri menunggunya di depan pintu pagar.

"Hai," sapa Arga santai.

"Ngapain ke sini?" Nara bertanya dengan nada jutek.

"Lagi marah nih ceritanya?" goda Arga sambil tertawa kecil.

"Apaan sih? Udah, kamu mau ngapain ke sini?"

"Katanya mau dinner?"

"Kata siapa?"

Arga tersenyum, jarinya mencolek dagu Nara. "Kamu,"

"Nggak tuh!" Nara membuang muka, padahal bibirnya sudah berkedut menahan senyum.

"Siap-siap, gih." Arga menyuruhnya dengan senyum di wajahnya. Nara mengangguk bersemangat dan buru-buru menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

Tak lama, Nara muncul kembali. "Ayo!" Arga merangkulnya dan mereka berjalan bersama menuju mobil.

"Mau makan di mana?" tanya Arga ketika mereka sudah di dalam mobil.

"Di warung aja deh! Lagi pengen makan sate."

Arga mengangguk, lalu menjalankan mobilnya menuju warung sate favorit mereka.

~

Sesampainya di warung, Arga turun lebih dulu, lalu bergegas membuka pintu mobil untuk Nara.

"Silakan, Tuan Putri." Nara tersipu malu dengan perbuatan manis Arga. Dia turun dan tersenyum tipis, sementara Arga merangkulnya dan membawanya menuju bangku yang tersedia di warung sederhana itu.

"Mang, pesan dua sate ya," Arga berkata pada Mang Seto, penjual sate langganan mereka.

"Ashiyap, Den," jawab Mang Seto penuh semangat.

Mereka duduk berdua, menikmati suasana malam.

"Besok pertandingan futsal," kata Arga memecah keheningan.

Nara menatapnya dengan alis terangkat. "Terus?"

"Aku ikut lomba."

"Ya terus kenapa kalau kamu ikut lomba?" Nara masih belum mengerti arah pembicaraan Arga.

"Gak peka." gerutu Arga pelan.

Nara tertawa kecil. "Ohhh... kamu mau aku semangatin ya?"

"Nanya?" Nara tertawa mendengar ucapan Arga.

"Semangat deh,"

Arga mendengus, "besok, sayang."

"Aku semangatin duluan dong,"

"Terserah."

"Idih, ngambekan banget kayak cewek PMS," ejek Nara sambil tertawa. "Tenang aja, aku pasti semangatin kamu lagi besok.

Tak lama, Mang Seto datang membawa pesanan mereka. "Ini, Den! Silakan dinikmati."

Mereka mulai makan sate dengan lahap. Sesekali, Arga mencuri pandang ke arah Nara.

Nara yang menyadari tatapan itu merasa salah tingkah. "A-apa sih, Ga?" Arga hanya terkekeh, senang bisa mengganggunya. "Arga ihhh," Nara berkata dengan wajah sebal.

"Apa, sayang?" Arga berusaha menahan tawa saat melihat pipi Nara yang mulai memerah.

Nara langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Padahal mereka sudah pacaran lebih dari satu bulan, tapi dia masih saja salah tingkah setiap kali Arga memanggilnya dengan sebutan "sayang."

"K-kamu makan aja deh," ucap Nara dengan malu-malu. Arga akhirnya tertawa keras, tak peduli kalau mereka jadi pusat perhatian. "Ihhh, malah diketawain!" Nara makin kesal.

"Iya-iya, bawel banget sih pacar aku ini," balas Arga sambil mencubit pipinya sebelum melanjutkan makan.

Setelah selesai makan, Arga mengantar Nara pulang dengan selamat. Mereka menghabiskan malam itu dengan tawa, seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang