CHAPTER 41

34.2K 2.3K 59
                                    

Hari ini adalah hari keberangkatan mereka menuju Manado. Arga dan yang lain sudah berada di bandara, tetapi wajah mereka menunjukkan ketidakpuasan karena Nara dan kelompoknya belum juga tiba.

"Lama banget tuh ciwi-ciwi!" keluh Gerry.

"Kenapa gak kita jemput aja tadi?" tanya Jeremi sambil mengerutkan kening.

"Tadinya gue mau jemput, tapi mereka nyuruh kita duluan," sahut Farrel santai.

"HAI EVERYBODY!" Suara nyaring tiba-tiba terdengar.

Mereka semua menoleh dan melihat enam gadis yang baru tiba. Para lelaki di sana terpukau oleh penampilan mereka, yang begitu menawan.

"Sorry telat. Dania sih beol lama bener," ujar Adel, mewakili teman-temannya. Tapi tidak ada satu pun dari para cowok yang merespons, mereka semua masih terdiam.

"Ck, OY! Melamun aja lo semua!" bentak Jeje.

"Is this what they call angels without wings?" Bryan bergumam, takjub.

"Absolutely," Gerry mengangguk setuju. Gadis-gadis itu hanya terkekeh mendengar pujian.

Tatapan Gerry beralih pada seorang gadis yang berdiri di belakang Kila. "Who's that behind you, Kil?" tanyanya.

"Adik gue," jawab Kila singkat.

"Your sister? Kok lo gak pernah bilang kalau adek lo secantik ini," Tak ada respon dari Kila membuat Gerry kesal.

Nessie tertawa kecil. "Sabar, Ger! Dia emang irit ngomong," sahut Nessie sambil mengedikkan bahu.

Nara mengerutkan dahi, memperhatikan kehadiran anggota Vandalas yang hanya terdiri dari Doni, Naufal, Bryan, dan Riko.

"Yang lain mana?" tanya Nara, bingung.

"They're not coming," jawab Arga sambil melingkarkan lengannya di pinggang Nara.

"Why not?"

"Katanya nggak mau aja," Arga mengangkat bahu. Nara mengangguk.

"So it's just you guys coming with us?" Nara menunjuk ke empat lelaki yang tersisa.

Mereka menggeleng serempak. "Nope, we're just here to drop you guys off," jawab Riko.

"Loh, why?" Nara bertanya lagi.

"Same reason, just don't feel like going," Bryan menambahkan dengan santai.

"Okay, then, let's go," Arga mengajak mereka semua menuju boarding gate, dan yang lain mengikuti.

"We're heading off. See you guys later!" Felix pamit.

Setengah jam kemudian, pesawat yang mereka tumpangi lepas landas menuju Manado. Mereka semua duduk berpasangan. Michaela, atau biasa dipanggil Ela, sebenarnya tidak mau duduk bersama Gerry, tapi Gerry memaksa dengan alasan, "biar nggak keliatan jomblo." Dengan berat hati, Ela akhirnya setuju.

Pasangan lainnya asyik mengobrol, kecuali Rio dan Dania. Suasana di antara mereka terasa sangat hening. Dania sibuk memandang keluar jendela, sementara Rio terus memperhatikan wajah Dania yang cantik dan polos. Hingga akhirnya, Dania berbalik, dan tatapan mereka bertemu.

Deg

Deg

Jantung mereka berdua tiba-tiba berdegup lebih cepat dari biasanya. Dania buru-buru mengalihkan pandangannya, sedangkan Rio langsung memalingkan wajahnya yang sudah memerah.

"Rio, kenapa lo liatin gue kayak gitu?" tanya Dania, bingung.

"You're beautiful." Dua kata sederhana itu keluar dari mulut Rio, membuat wajah Dania memerah. Rio terkekeh melihat Dania yang blushing, lalu mengacak-acak rambutnya dengan gemas.

Dania mengerucutkan bibirnya. "Don't mess up my hair, Rio!"

Rio tersenyum lembut. "Sorry, you're just too cute," ujarnya dengan manis.

Dania menggigit bibir bawahnya, merasa jantungnya terus berdetak kencang tanpa henti.

"Stop biting your lip,"

Dania menatap Rio bingung. "Kenapa?"

"Because I might lose control."

"Lose control? Maksudnya?" tanya Dania, polos.

"Never mind," Rio tersenyum canggung, berusaha menahan diri.

"Rio?" panggil Dania lagi.

"Yeah?"

"Coba jangan senyum deh."

"Kenapa?"

"Because my heart beats too fast when I see your smile."

Rio terdiam, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tapi sedetik kemudian, senyum lebar muncul di wajahnya.

"That means you're falling for me," kata Rio sambil mengedipkan mata.

"Falling for you? Iya deh, Dania likes Rio! Because..." Dania menggantung kalimatnya, membuat Rio penasaran. "Because Rio is always nice to Dania." Lanjutnya polos.

Rio tersenyum tipis, sedikit kecewa.

"Rio?" panggil Dania lagi.

"Hm?"

"Ciri-ciri orang lagi jatuh cinta tuh gimana?" tanya Dania dengan mata berbinar.

"Well... when you're around the person you like, your heart beats faster. You feel comfortable being with them, and if they're close to someone else, it kinda hurts," jelas Rio panjang lebar.

Saat bersama Dania, Rio memang menjadi jauh lebih banyak bicara, beda sekali dengan sikap cueknya saat bersama teman-temannya.

"Berarti gue udah jatuh cinta ya sama, Rio." jawab Dania, spontan.

Rio menatap Dania tak percaya. "What do you mean?"

"Yeah! Setiap lo ada di dekat gue, jantung gue selalu brutal. Gue juga nyaman ada dideket lo, and it hurts to see you talking to other girls." Dania mengatakannya dengan wajah serius.

Rio tak bisa menahan senyum yang perlahan mengembang di bibirnya. Mendengar pernyataan jujur Dania membuat jantungnya tak karuan.

"So, what should we do if we feel that way?" Dania bertanya polos.

"Pacaran lah!" sahut Jeremi yang duduk di depan mereka.

"Oh, jadi gue sama Rio harus pacaran?" tanya Dania polos. Rio tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan langsung mengangguk.

"We're dating now! Tapi gue takut kalau tiba-tiba dicium kening," lanjutnya dengan wajah ketakutan.

"Why?" Rio bertanya, heran.

"Bisa hamil aing," jawab Dania dengan wajah murung.

Rio menepuk dahinya pelan dan menggeleng. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Who told you that?"

"Abang Gavin," jawab Dania dengan wajah polos.

Rio menggerutu dalam hati, mengutuk Gavin. Tentu saja Gavin berkata begitu hanya untuk menjahili Rio. Sejak bertemu keluarga Dania, Rio tahu kalau Gavin memang tak menyukainya, apalagi karena sifat Rio yang terlalu cuek.

Sementara itu, di sebuah kafe, Gavin sedang duduk bersama pacarnya, Arina. Ia mengusap-usap telinganya yang tiba-tiba terasa gatal.

"Kamu kenapa, sayang?" tanya Arina, bingung.

"Entahlah, tiba-tiba telingaku gatal dan panas," jawab Gavin.

"Oh, pasti ada yang ngomongin kamu di belakang," ucap Arina sambil tersenyum.

"Siapa ya?" gumam Gavin, memikirkan siapa yang sedang membicarakannya.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang