"Ayah?" panggil Nara, suaranya terdengar lembut dari ruang tengah.
"Ya, sayang?" jawab Adam, ayahnya, yang tengah sibuk dengan beberapa dokumen di meja kerjanya.
"Besok aku mau liburan, boleh?" kata Nara dengan nada ceria.
Adam tersenyum, menatap anak gadisnya penuh kasih sayang. "Silakan, sayang. Emang kamu mau liburan ke mana?" tanyanya penasaran.
"Ke Manado, Yah," jawab Nara cepat. "Ayah sama Bunda boleh ikut, kok."
Adam terkekeh pelan. "Ayah sama Bunda nggak ikut deh, sayang. Ayah harus urus perusahaan di California, dan Bunda juga ikut sama Ayah," jelasnya.
"Oh, Ayah di California berapa lama?" tanya Nara lagi.
"Mungkin satu minggu," jawab Adam. Nara hanya mengangguk, menerima penjelasan ayahnya.
Tiba-tiba, Bi Inah memanggil dari arah pintu depan, "Non Nara, itu di depan ada Den Arga."
"Oh, oke, makasih, Bi!" balas Nara. Lalu dia berpaling ke ayahnya. "Yah, aku jalan sama Arga dulu, ya," pamitnya sambil berdiri.
"Iya, sayang. Jangan pulang terlalu malam," ucap Adam sambil tersenyum.
Nara menyalami tangan Adam dan mencium pipinya. "Dadah, ayah," katanya sebelum berlari keluar. Adam hanya tertawa kecil sambil melambaikan tangan, melihat putrinya yang bersemangat.
Begitu sampai di luar, Nara melihat Arga sudah menunggunya dengan motor di halaman.
"Maaf ya, lama." ucap Nara saat sudah mendekat.
Arga tersenyum. "Nggak apa-apa," jawabnya sambil memakaikan helm ke kepala Nara. "Naik." Nara pun langsung naik ke motor, dan mereka berdua bergegas menuju apartemen Arga.
~
Di apartemen, Nara sibuk membantu Arga memilih baju yang akan dibawa untuk liburan mereka. Dia dengan telaten melipat dan memasukkan baju-baju Arga ke dalam koper. Sementara itu, Arga malah asyik memandangi wajah Nara yang terlihat begitu cantik.
"Beres!" seru Nara sambil menepuk koper yang kini tertutup rapat.
Arga tersenyum lebar. "Ayo ke markas," ajaknya.
"Ngapain ke markas?" tanya Nara sambil berdecak.
"Nongkrong, lah, sayang," jawab Arga santai.
Nara memutar bola matanya. "Gak ah, males," tolaknya.
Arga terkekeh. "Ada tiga teman kamu di sana."
Nara mendongak, sedikit tertarik. "Oke, ayo."
Sesampainya di markas, Arga memarkirkan motornya di samping motor-motor teman-temannya yang sudah lebih dulu datang. Setelah turun, Arga menggandeng tangan Nara dan mereka berdua masuk ke dalam. Suasana di markas sudah ramai dengan obrolan dan tawa.
"Baru nyampe kalian?" tanya Jeje begitu melihat Arga dan Nara masuk.
"He'em, abis packing." sahut Nara singkat.
"Guys, kalian tebak yah ini lagu apa!" teriak Jeremi, penuh semangat.
"Ekhem! SESANGE SORIJILO AY LOP. YUNOL SARANGHAN DAGO NAYE YOJAGA DE YO DALA... GO, NUN BUSYO OLWEYS YOR MAY STAR, NEGANOL JI KYO JULKEEEE! Ayo tebak!" Jeremi menyanyi dengan penuh gaya.
Farrel langsung menyahut sambil tertawa. "Lagi apaan tuh, njir? Bahasa alien gitu?"
Para K-popers di markas—Nara, Adel, Jeremi, Doni, Naufal, Leo, Bryan, dan Owen—langsung menggeram kesal. Mereka semua pecinta K-pop dan tidak terima lagu favorit mereka diremehkan.
"Come on, guys! Calm down, he didn't mean it!" seru Nara sambil tertawa melihat reaksi teman-temannya.
"Woy, tebak!" teriak Jeremi lagi, tak menyerah.
Doni mengangkat tangannya dengan percaya diri. "Gue tau. Itu lagu 'Jijima', kan?"
Nara menoyor kepala Doni. "Jijima pala lu. Bukan, Dodon!"
"Lah, terus apa dong, Kak?"
"'Dalago', kan?" jawab Nara dengan penuh kemenangan.
Jeremi tersenyum lebar. "Yap, bener banget! Tepuk tangan semua!"
Mereka pun bertepuk tangan, meski beberapa di antaranya tak paham kenapa. Nara tersenyum penuh kemenangan, menatap para K-popers yang tak bisa menjawab.
"Cemen lu pada!" ejek Nara dengan nada penuh kepuasan.
Para K-popers mendengus kesal, tapi tak bisa membantah. Adel, yang duduk di sebelah Nara, tiba-tiba menoyor kepalanya sambil tertawa. "You're such a show-off, Nar!"
Nara tertawa, lalu menatap Felix yang duduk tak jauh dari mereka. "Eh, Lix, kalo diliat-liat, muka lo mirip Eunwoo, deh."
Jeremi mengangguk setuju. "Iya, bener banget. Lo mirip Eunwoo."
"He'em, kok bisa mirip, ya?" tambah Nara, bercanda.
"Sama, muka lo juga Korea-Korea gitu," sahut Gerry, hanya untuk langsung mendapat toyoran dari Farrel.
"Dia emang produk Korea, goblok!" ujar Farrel dengan nada meledek.
Gerry hanya menyengir. "Yaudah sih, sorry."
Felix tertawa keras mendengar komentar itu. "But let's be real, i'm way better looking than that Enuwo dude, right?" katanya dengan penuh percaya diri.
Adel langsung mencubit pipi Felix. "Aku gak suka kamu salah nyebut nama pacar dan calon suami aku, yah!" ucapnya dengan nada manja.
Felix terbelalak, lalu menatap Adel dengan mata lebar. "Terus, kamu anggap aku apa dong?!"
Adel tersenyum jahil. "Pacar sementara," jawabnya main-main.
Felix langsung tersentak, matanya melebar seolah tertahan napas. "I'm just kidding!" lanjut Adel cepat, lalu memeluk Felix erat. "Kamu itu pacar kesayangan aku, calon suami aku!" bisiknya, membuat Felix akhirnya bisa bernapas lega.
Sementara itu, Nara mendekatkan diri ke Arga, memeluk pinggangnya dari samping. Kakinya yang mungil ditaruh di atas paha Arga, sementara Arga dengan lembut mengelus kepala Nara.
Kemesraan mereka tak luput dari perhatian teman-teman di markas. Mereka yang masih jomblo menatap mereka dengan kesal, seolah kemesraan itu adalah penghinaan bagi mereka yang belum berpasangan.
"Kenapa lu para jomblo?" ejek Nara sambil tersenyum licik.
"Kampret lu, Nar!" teriak mereka serempak dengan nada penuh frustrasi. Nara pun tertawa terbahak-bahak.
Jeremi tiba-tiba memeluk bahu Gerry sambil berkata dengan suara manja, "Bunda, kapan Gerry punya pacar?"
"Lima tahun lagi, nak," jawab Jeremi penuh drama, membuat semua orang tertawa terbahak-bahak. Gerry hanya bisa melotot tajam, tak terima dengan candaan itu.
"Babi lu!" maki Gerry pada Jeremi, tapi malah ditanggapi dengan tawa.
"Babi ngatain babi," sahut Jeremi sambil tertawa, membuat semua orang semakin terhibur.
"Jancok lu!" teriak Gerry dengan wajah merah, tapi teman-temannya hanya tertawa semakin keras.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)