CHAPTER 33

36.5K 2.4K 118
                                    

"Ikut gue." Jeremi menarik tangan Nessie dengan lembut.

"Kemana?"

"Just come with me." Nessie hanya bisa pasrah mengikuti langkah Jeremi.

Jeremi membawanya ke taman belakang sekolah. Mereka berjalan menuju bangku taman yang terletak di sudut paling sepi. Jeremi duduk lebih dulu, diikuti Nessie yang dengan sedikit ragu ikut duduk di sampingnya.

"Ada apa?" Nessie bertanya, merasa gugup. Dalam hatinya, dia masih menyimpan perasaan pada Jeremi, tapi kekecewaan masih jelas terasa.

"Kamu salah paham, Esi."

Jeremi berbicara lirih. Nessie mengernyit bingung. Jeremi yang tadi menggunakan lo-gue, tiba-tiba beralih ke aku-kamu. Ditambah lagi, panggilan "Esi" adalah nama khusus yang dulu hanya dia gunakan ketika mereka masih bersama.

"Maksudnya?"

"Waktu di mall itu... semuanya cuma salah paham." Jeremi menatap Nessie dalam-dalam.

"Salah paham gimana? Gue liat sendiri, lo gandeng tangan Melinda. Lo pikir gue buta?!" Nessie mulai tersulut emosi, ingatannya tentang kejadian itu kembali memenuhi benaknya.

"Please, dengerin penjelasan aku dulu." Jeremi mencoba tetap tenang. "Aku memang ketemu Melinda di mall, tapi bukan sengaja. Saat aku keluar dari toko sepatu, dia tiba-tiba muncul dan langsung gandeng tangan aku. I swear, aku risih dan langsung ngelepasin tangannya. Tapi dia gak nyerah, tetap aja nahan aku. Nah, pas aku mau ngomong, kamu keburu datang. Aku gak sempat jelasin apa-apa, karena kamu langsung pergi, Ness. Aku kejar kamu, tapi kamu udah naik taksi."

Jeremi menggenggam tangan Nessie lembut. "Aku gak pernah selingkuh, Esi. Aku sayang banget sama kamu."

Nessie memalingkan wajah, menatap jauh ke arah taman. Sejujurnya, di dalam hatinya, dia tahu Jeremi tidak berbohong. Matanya jujur, tapi kekecewaan masih menyelimuti hatinya. Terutama karena setelah kejadian itu, Jeremi malah pergi ke club, bukan menemuinya untuk menjelaskan yang terjadi.

Jeremi meraih wajah Nessie, menangkup kedua pipinya dan membuat Nessie menatapnya.

"I still love you, Esi. I never stopped loving you. Let's get back together, please?" ucap Jeremi dengan nada memohon.

"Maaf, gue gak bisa," Nessie menunduk.

"Why not?" Jeremi menatapnya, putus asa.

"Karena gue masih kecewa sama lo. Lo bukannya jelasin malam itu, tapi lo malah pergi ke club buat mabuk-mabukan!"

Jeremi terdiam, menunduk sedih. "Kamu tahu gak, setelah aku pulang dari club, aku dapet kabar kalau mami aku kecelakaan. Dia keguguran, Esi...." Suara Jeremi bergetar. "Dan kembaranku masih koma. Aku gak tau harus ngapain. Waktu itu aku mau cerita ke kamu, tapi kamu ngejauhin aku."

Nessie terdiam, hatinya bergejolak. Semua penjelasan itu membuatnya bungkam. Ada rasa bersalah yang tiba-tiba muncul.

"Tapi bukan berarti lo harus ke club juga, Remi." Nessie akhirnya menatap Jeremi lagi, menggunakan panggilan yang dulu sering dia pakai untuknya. Jeremi merasa hangat mendengar nama itu dari mulut Nessie. "Lo bisa cerita sama gue."

"I know, sayang. Tapi waktu itu, aku pikir kamu butuh waktu untuk sendiri, makanya aku gak langsung datang ke kamu."

Nessie menarik napas dalam, lalu tiba-tiba memeluk Jeremi erat. Jeremi terkejut, tapi kemudian balas memeluknya dengan erat.

"Aku minta maaf gak ada di samping kamu waktu itu," ucap Nessie, suaranya pelan dan penuh penyesalan.

"Kamu gak salah, sayang. Jangan minta maaf. Seharusnya aku yang minta maaf." Jeremi melepaskan pelukan mereka, menatap Nessie dengan senyum kecil.

"Apakah ini berarti kita bisa balikan?" tanya Jeremi dengan mata berbinar.

Nessie tersenyum tipis, lalu menjawab dengan nada datar, "Nggak mau."

Jeremi tertawa pelan, lalu menarik Nessie lagi ke dalam dekapannya. "No objections. You're mine."

"Dasar pemaksa!" Nessie mencibir, tapi tangannya tetap membalas pelukan Jeremi.

"Aku sayang kamu, Esi."

"Aku juga sayang kamu, Remi."

Tiba-tiba, teriakan terdengar dari belakang mereka.

"ACIEEEEE! PJ! PJ! PJ!" Gerry dan beberapa teman lainnya muncul dari balik semak-semak.

"Ganggu aja lo!" Jeremi menggerutu kesal.

"Ganggu? Memang lo mau ngapain, hah? Grepe-grepe Nessie ya?!"

"Gila lu!" Jeremi menggerutu, melotot ke arah Gerry.

Jeje, yang muncul dari belakang Gerry, tersenyum jahil dan melirik Nessie. "So, how does it feel to be back with my brother, Kakak Ipar?" godanya sambil menaik-turunkan alisnya.

Nessie langsung merah padam. "Apaan sih, Je?"

"Gue udah kabarin Mami, loh! Dia bilang suruh Kakak Ipar datang ke rumah, kita mau talking-talking beautiful!" Jeje berkata heboh.

"Berisik lo nyet!" Gerry menyela.

"Sirik lo, jomblo!" balas Jeje.

"Jomblo? Sorry banget, gue udah ada Kila. Right, babe?" Gerry mencoba merangkul Kila, tapi cepat ditepis oleh Farrel.

"Aw, sakit, bangsat!" ringis Gerry.

"Jangan sentuh Kila, jing!" ucap Farrelz

"Dihh, emang Kila siapa lo, hah?"

"Pacar gue," jawab Kila, tenang dan tanpa basa-basi.

Semua yang ada di sana terdiam, terkejut mendengar pengakuan itu.

"HAH?! Serius anjing? Kok lo gak bilang dari awal? Dari kapan?!" Nara berteriak kaget.

"Kita backstreet. Dari kelas 11," jawab Farrel sambil tersenyum tipis.

"Finally, sepupu gue udah lepas jabatan jomblo!" Nara bersorak.

"Tai, Nar!"

"So, the only one left single is you, Ger!" ejek Adel, yang langsung disambut tawa riuh dari semua orang.

"Ye, sorry yee! Gue masih ada bebeb, Dania!" Gerry melirik Rio dengan cengiran jahil, tapi Rio langsung menatapnya tajam, seolah berkata 'mau mati lo?'

"Anjir! Sorry, Yo! Maaf! Jahat banget sih, yalord!"

"Mau punya pacar, Ger?" tanya Farrel dengan nada santai.

Gerry mengangguk cepat. "Of course!"

"Then upgrade your face," kata Farrel sambil tertawa, membuat Gerry mendengus kesal.

"Anjing lu, Rel!"

"Anjing manggil anjing!"

"Dasar lo semua ibab!"

"Sirik lu, jomblo!" jawab mereka kompak.

"Bangsyatt kalian semua!" Gerry menggerutu, tapi tak bisa menahan tawa.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang