Hari Minggu seharusnya menjadi hari paling menyenangkan bagi Nara. Biasanya, ini adalah waktu di mana ia bisa tidur sepanjang hari atau maraton nonton drama Korea sambil ngemil tanpa henti.
Namun, hari ini berbeda. Kekasih tercintanya, Arga, memintanya datang ke rumahnya. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, hanya pesan singkat yang membuatnya cemas. Arga ingin bercerita, dan Nara tahu, ini bukan hal yang bisa dianggap sepele.
Sekarang, Nara berdiri di depan rumah Arga. Ini baru kali kedua ia datang ke rumah itu, dan rasa gugup yang dirasakannya semakin nyata. Apalagi, dia belum pernah bertemu langsung dengan orang tua Arga. Dan yang lebih mengganggu pikirannya, Arga belum pernah menceritakan apa pun tentang keluarganya—seolah ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Hari ini, semuanya akan terungkap, pikir Nara. Entah apa itu.
Ting tong
Nara menekan bel, berharap cepat-cepat masuk agar kecemasannya berakhir. Tapi tidak ada jawaban. Dia mencoba lagi.
Ting tong
Masih sepi. Nara mulai merasa kesal. Ia menekan bel lebih keras kali ini.
Ting tong
Akhirnya, pintu terbuka, dan Arga muncul. Tapi bukan Arga yang biasa ia kenal. Wajahnya sembab, matanya merah, seolah baru saja menangis semalaman. Nara terkejut. "Kamu kenapa, Ga?"tanyanya penuh kekhawatiran.
Arga tidak menjawab, hanya menarik tangan Nara dengan cepat, mengajaknya masuk dan mengunci pintu di belakang mereka. Tanpa berkata apa-apa, Arga mendudukkan Nara di sofa dan langsung memeluknya erat, seolah takut Nara akan pergi meninggalkannya.
Nara tersentak kaget. Pelukan Arga begitu erat, bahkan ia kesulitan bernapas. "A-aku nggak bisa nafas, Ga." serunya pelan, berusaha melepas diri.
Arga melonggarkan pelukannya sedikit, tapi tetap tidak melepaskannya sepenuhnya. "Gini aja dulu," gumamnya, suaranya parau.
Nara membalas pelukan Arga, mengusap punggungnya dengan lembut. "Kamu kenapa, hm? Cerita sama aku," ucapnya lembut, mencoba menenangkan Arga yang terlihat begitu rapuh.
Arga akhirnya melepaskan pelukan itu, meski enggan, dan menatap Nara dengan tatapan sendu yang membuat hati Nara serasa diremas.
"Kalau aku cerita, kamu janji nggak akan ninggalin aku?" suaranya terdengar gemetar, seolah takut dengan apa yang akan terjadi setelah ini.
Nara mengangguk, tersenyum lembut meskipun dalam hatinya ia mulai diliputi rasa khawatir. "Iya, aku janji nggak akan ninggalin kamu. Kenapa aku harus ninggalin kamu? I care about you."
Arga menunduk, menarik napas panjang sebelum akhirnya bicara. "Ayah sama Bunda semalam pulang... Terus Ayah bilang sesuatu yang bikin aku..." Arga terdiam sejenak, suaranya semakin rendah. "Ayah bilang kalau aku itu... anak yang hamil diluar nikah, anak haram."
Kata-kata itu menghantam Nara seperti pukulan yang tak terduga. Namun, dia tetap diam, menunggu Arga melanjutkan ceritanya.
"Mereka menikah bukan karena cinta, tapi karena kesalahpahaman. Waktu mereka pacaran, ada orang yang nggak suka sama hubungan mereka. Orang itu ngejebak Ayah dan Bunda di sebuah pesta ulang tahun teman mereka. Ada obat perangsang di minuman mereka, dan setelah mereka nggak sadar, mereka dibawa ke salah satu kamar..." Arga berhenti, suaranya pecah. "Dan... ya, terjadi hal yang nggak diinginkan."
Nara merasa seluruh tubuhnya menegang, hatinya bergetar mendengar cerita itu. Namun, ia tetap diam, berusaha memberikan kekuatan melalui tatapan dan sentuhannya.
"Ayah bilang... itu alasan mereka menikah. Bukan karena cinta. Dan aku... aku hasil dari malam itu." Arga menunduk lebih dalam, air matanya mulai menggenang di sudut matanya. "Aku takut kamu bakal ninggalin aku setelah tahu kebenaran ini. Kalau aku anak ha-"

KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
أدب المراهقينIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)