CHAPTER 20

48K 2.8K 48
                                    

Saat ini, Rio sedang menemani Dania berkeliling sekolah. Dania heran mengapa Rio dari tadi hanya diam dengan ekspresi yang datar. Karena rasa penasaran yang tinggi, Dania akhirnya memutuskan untuk bertanya.

"Diem mulu, kayak bisu." Gumam Dania.

Rio tetap diam, tak menggubris Dania. Dia masih sibuk mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Lo masih laper gak? Sebenarnya gue masih laper sih, mau balik lagi ke kantin. Lo mau ikut?" Tanya Dania namun tak ada respons, gadis itu mulai kesal. "Woy! Lo denger gue gak sih?"

"Berisik," jawab Rio datar tanpa menoleh.

"Ganteng-ganteng tembok!" gumam Dania, yang masih terdengar oleh Rio. Rio tersenyum tipis, tak bisa menahan tawa dalam hatinya.

Lucu. Bikin sayang... eh?

Langkah Dania tiba-tiba terhenti, begitu pula dengan Rio. Dania berbalik, menghadap Rio, dan mendekat. Jarak di antara mereka begitu tipis sehingga Rio bisa mencium aroma rambut Dania yang berbau strawberry. Jantung Rio berdetak dua kali lebih cepat, dan dia khawatir Dania bisa mendengarnya.

Tiba-tiba, tangan Dania bergerak ke arah punggung Rio dan—

"Ada yang jailin lo," ucap Dania sambil menyerahkan sticky-note bertuliskan 'aku butuh belaian' pada Rio.

Shit.

Rio merasa campuran antara malu dan marah—malu karena salah paham, dan marah karena ada seseorang yang menjahilinya. Pasti Gerry dan Jeremi yang menempelkan sticky-note itu.

"Muka lo kenapa merah banget?" tanya Dania dengan nada geli. "Ah, gue tau, pasti lo mikir gue mau peluk lo, kan? Ngaku aja. Tenang, kalau lo mau gue peluk tinggal bilang aja. Gue siap sedia kok menerima permintaan cogan!" Dania mengedipkan mata, ucapannya santai tapi menggoda.

"Pede lo." elak Rio, wajahnya masih memerah.

"Haha, lucu banget!" Dania spontan mencubit kedua pipi Rio, membuat jantung Rio berdetak lebih cepat dan wajahnya semakin merah.

"Dan, stop." Rio akhirnya bersuara, tetapi Dania tetap tidak mau melepaskan cubitannya. Rio menghela napas, lalu menarik tangan Dania dan mendorongnya ke tembok. Dia mengurung Dania dengan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri, menatapnya dengan seringai khas.

"R-Rio..." cicit Dania, suaranya nyaris tak terdengar.

"Kenapa? Takut?" Rio bertanya dengan suara yang dalam dan berat.

Cekrek

Rio langsung menarik tangannya dan melihat ke arah suara tersebut. Matanya membulat sempurna saat melihat Gerry dan Jeremi mendekat. Lebih parah lagi, Gerry memegang ponsel, jelas-jelas merekam kejadian barusan.

"Kalian? Hai!" sapa Dania dengan riang.

"Hai, Cantik," balas Gerry dan Jeremi sambil menahan tawa melihat wajah Rio yang merah padam, jelas-jelas menahan malu.

"Ger, lo tau gak? Tadi barusan gue lihat adegan drakor loh," kata Jeremi sambil terkekeh.

"Ho'oh, gue juga. Secara langsung lagi," sambung Gerry.

Rio menatap Gerry dan Jeremi dengan tajam, seolah-olah berkata, 'Pulang lewat mana lo?' Namun, Gerry dan Jeremi hanya cengengesan.

"Tadi motoin gue sama Rio ya?" tanya Dania.

"Eh, sorry, tadi sebenarnya gue sama Gerry mau selfie, tapi kameranya kebalik, jadi gak sengaja kefoto kalian." jawab Jeremi, berbohong. Padahal, niat mereka memang untuk mengabadikan momen Rio yang sedang memojok bersama seorang gadis.

Dania mengangguk. "Boleh fotoin gue lagi gak? Tapi bareng Rio," ucap Dania.

"G-gak." tolak Rio dengan gugup.

"Mulut berkata tidak, tapi hati berkata iya." sindir Farrel yang tiba-tiba muncul bersama Arga dan Felix dari arah belakang.

Rio dan Dania berbalik melihat mereka, dengan wajah Rio semakin memerah karena malu.

Teman-teman sialan.

"Udah, ayo, Rio. Kapan lagi lo bisa foto bareng cecan kayak gue, ye kan!" kata Dania dengan percaya diri, menarik lengan Rio agar mendekat. "Fotoin gue, ya!" pintanya pada Gerry.

Gerry mengangguk dengan senang hati. Kapan lagi dia bisa melihat Rio dalam situasi seperti ini?

"Woy, senyum, Yo! Kaku amat tuh muka!" ejek Jeremi. Rio mendengus kesal. Akhirnya, Rio memaksakan diri untuk tersenyum, meski kaku, tapi tetap tidak mengurangi kadar ketampanannya.

Cekrek

"Mana, mau liat!" Dania bergegas melihat hasil foto di ponsel Gerry.

"Cantik banget gue." pujinya pada diri sendiri. "Yaudah, gue sama Rio ke kantin dulu, ya. Bye!" ucap Dania sambil menarik lengan Rio menuju kantin.

Setelah kepergian Rio dan Dania, mereka semua tertawa terbahak-bahak.

"Njir, gak kuat gue liat mukanya!" kata Felix sambil tertawa.

"Iya, anjing! Emang ya, kalau orang yang gak pandai berekspresi kalo lagi jatuh cinta itu ngakak banget!" Jeremi menyindir sambil melirik Arga.

Merasa tersindir, Arga menatap Jeremi tajam, tapi Jeremi hanya menyengir kuda.

"Hehe, peace bos." Jeremi mengangkat jarinya membentuk huruf v.

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang