CHAPTER 35

37.4K 2.3K 45
                                    

Hari ini, SMA Garuda sedang melaksanakan lomba futsal. Lawan mereka adalah tim dari SMA Trisakti dan SMA Pelita. Sementara itu, anggota OSIS sedang sibuk mengatur keamanan sekolah.

"Lo dari mana?" tanya Adel saat melihat Nara baru tiba di tribun.

"Menurut lo? Ya dari ruang OSIS lah!" jawab Nara ketus.

"Jiaelah, santai aja kali sayang!" sahut Adel sambil terkekeh. Nara hanya memutar bola matanya, malas meladeni.

"Belum mulai?" tanya Nara, matanya menyapu lapangan yang masih terlihat sepi dari pemain.

"Menurut lo? Belum lah! Mereka lagi pemanasan." Adel menirukan gaya bicara Nara, membuat Nara mendengus.

"Jeje sama Dania mana?" tanya Nara lagi.

"Mereka tadi ke kantin dulu." Nara hanya mengangguk, kemudian kembali menatap ke arah lapangan. Namun pandangannya terhalang oleh seseorang yang tiba-tiba berdiri di depannya.

"Ngapain lo di sini?" Nara bertanya datar saat melihat siapa yang menghalanginya.

"Emangnya gak boleh nyamperin pacar sendiri?" jawab Regan dengan nada santai.

Nara mendengus, semakin kesal. "Minggir lo!" bentaknya, tapi Regan tetap berdiri di depannya, tak peduli.

Adel yang berada di samping Nara mulai merasa jengah. "Mending lo pergi deh. Kalo Arga liat lo di sini, dia pasti bakal hajar lo!" ucapnya sambil melirik sekeliling, memastikan Arga belum terlihat. Namun, tepat saat nama Arga disebut, dia muncul dari arah lain dengan tatapan tajam, langsung mengarah ke Regan.

"Ngapain lo di sini?" Arga menarik Nara dengan cepat, menyembunyikannya di belakang tubuhnya.

"Nyamperin pacar gue, lah," jawab Regan tanpa rasa bersalah.

Arga mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Orgil lo? Gak ada pacar lo disini." ucapnya penuh penekanan.

Nara, yang sejak tadi diam, akhirnya tak bisa menahan kesal. "Ck, mending lo pergi deh! Gue udah bukan pacar lo, Regan!" sentaknya.

"Kamu masih pacar aku," balas Regan dengan santai.

"Gue udah putusin lo!"

"Itu kan kamu aja yang mutusin. Aku gak setuju. Jadi dari pihak aku, kita masih pacaran."

Nara mendengus frustrasi, siap untuk membalas, namun suara pengeras dari lapangan menyela.

"Perhatian, bagi Tim Garuda dan Tim Trisakti, silakan berkumpul di lapangan. Pertandingan akan segera dimulai!" suara Pak Danang menggema melalui pengeras suara.

Nara menghela napas lega. Arga berbalik, menatap Nara dengan tatapan penuh kode, lalu mengedipkan matanya. Nara paham apa maksudnya, dan dengan cepat memajukan wajahnya mendekat ke wajah Arga.

Cup

Aksi Nara mencium pipi Arga tidak luput dari pandangan para siswa-siswi yang menonton, termasuk Regan. Kalau yang lain merasa baper melihat momen itu, beda halnya dengan Regan yang kesal bukan main.

"Semangat ya, sayang," ucap Nara sambil tersenyum manis pada Arga. Arga mengangguk dan membalas senyum Nara sebelum menatap Regan dengan senyum mengejek. Regan terlihat semakin kesal.

Pertandingan pun dimulai. Para pemain mulai menggiring bola, sementara para siswi di tribun tak henti-hentinya berteriak histeris menyemangati.

"AYOOO FARREL!"

"RIOOO ASTAGAAA KEREN BANGET!"

"JEREMIIII! GO GO GO!"

"GERRY SEMANGAT!"

"FELIX, AYO SAYANGGG!"

"ARGAKU SAYANG! AYO, KAMU PASTI BISA!"

Nara dan Adel langsung menggeram marah ketika mendengar Fiona dan Zahra meneriakkan pacar mereka dengan sebutan 'sayang.' Adel melirik Nara, lalu mereka mulai menghitung dalam hati.

Satu... dua... tiga...

"ARGAAA SEMANGAT! AKU SAYANG KAMU!" teriak Nara.

"FELIX, AKU SAYANG KAMU, SEMANGAT!" teriak Adel bersamaan.

Teriakan mereka sukses membuat Fiona dan Zahra mendengus kesal, terutama saat Arga dan Felix membalas teriakan itu dengan senyum lebar. Lebih parahnya lagi, Arga dengan santai mengedipkan mata ke arah Nara, sementara Felix memberikan flying kiss pada Adel.

Nara dan Adel menatap Fiona dan Zahra dengan senyum penuh kemenangan.

"Idih, lo berdua tadi ngapain, sih?" Tanya Jeje yang baru datang bersama Dania.

"Semangatin pacar kita lah," jawab Adel santai.

"Ya ampun, gue jomblo," ucap Dania dengan nada sedih, membuat ketiga gadis itu tertawa lepas.

"Eh, Alan mana?" tanya Nara pada Jeje.

"Lagi di kantin. Nanti nyusul ke sini bareng adik lo sama Angel," jawab Jeje. Nara hanya mengangguk.

Tak lama kemudian, Alan, Ryan, dan Angel tiba di tribun dan bergabung dengan mereka.

Dania langsung mendengus ketika melihat Jeje mulai bermanja-manja pada Alan. "Kalau mau pacaran jangan di sini, please!" sindirnya.

Jeje hanya tertawa kecil. "Iri bilang, bos!" balasnya, sementara Dania mengerucutkan bibir, kesal.

"Heh, bocah! Lo—"

"Siapa yang lo bilang bocah?" potong Alan, menatap Dania dengan alis terangkat.

"Ya elo lah!" tunjuk Dania tanpa ragu.

Alan memutar bola matanya, jengah. "Biar lo tau aja, gue itu seangkatan sama lo. Cuma gara-gara gue telat sekolah, jadinya masih kelas 11!" jelas Alan, kesal.

"Gak nanya," jawab Dania tanpa ekspresi.

Alan langsung melotot. "Jeje, temen lo ngeselin banget, sih!" adunya pada Jeje, yang malah tertawa melihat pertengkaran kecil mereka.

"Dia emang ngeselin orangnya," jawab Jeje sambil mengelus punggung Alan, berusaha menenangkannya.

"Jeje mah! Bukannya belain temennya, malah belain pacarnya! Gak peka banget sih lo!" cibir Dania sambil mendengus.

"Yang ada, lo yang gak peka, Dan," sahut Nara yang sedari tadi menyimak perdebatan mereka.

"Kok gue?" tanya Dania dengan bingung.

"Lo gak peka. Ada yang ngode-ngode ke lo, tapi lo nya malah cuek. Kasian kan orang yang udah ngasih kode," tambah Adel sambil tersenyum licik.

"Siapa emang orangnya?" tanya Dania penasaran, meski pura-pura cuek.

"Ya ada lah!" jawab Nara dengan tatapan misterius.

"Tapi gue takut pacaran!" ucap Dania tiba-tiba.

"Takut kenapa?"

Tbc

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang