Keadaan kelas XII IPA 1 benar-benar kacau balau. Ada yang berkonser ria, ada yang asyik bergosip, ada yang membuka salon dadakan, dan ada juga yang sibuk bermain TikTok. Tak ketinggalan, beberapa siswa malah tidur. Tidak ada yang bisa menenangkan kelas ini. Bahkan Ketua OSIS sekalipun tak mampu mengendalikan situasi. Nara, sang Ketua OSIS, malah ikut bergabung dengan kelompok gosip. Hadeuh...
"Siapa first love mu?" tanya Chika, mengikuti tren video TikTok yang sedang viral.
"Umm... Sandi... hahaha, Sandi!" jawab Reina sambil terkekeh.
Tiba-tiba, seorang cowok berbadan besar dengan kacamata bulat—yang kebetulan juga bernama Sandi—menengok ke arah Reina dengan mata berbinar. Tanpa ragu, ia langsung menghampiri Reina dengan senyum lebarnya.
"Reina? Gue gak tau ternyata selama ini lo nyimpen rasa sama gue. Gue akan balas perasaan lo, Rei. Gue terima jadi pacar lo!" ucap Sandi dengan percaya diri, membuat seluruh aktivitas di kelas berhenti seketika. Semua mata kini tertuju pada Sandi dan Reina.
"Ih, apaan sih! Gue gak ada perasaan sama lo!" sahut Reina dengan kesal.
"Loh, tadi kan Chika tanya siapa cinta pertama Reina, dan Reina jawab 'Sandi'. Di kelas ini yang namanya Sandi cuma aku," jelas Sandi, masih dengan keyakinan tinggi.
Reina melotot, "Gak ya! Gue cuma ngikutin video di TikTok! Gue gak ada rasa sama lo! Jauh-jauh sana!" ucap Reina sambil bergidik jijik.
"Oh, gue salah ya? Hehehe..." Sandi menyengir lebar, dan langsung disambut sorakan dari seluruh murid kelas.
"Selamat siang, anak-anak!" ucap Bu Rika, guru mereka, yang baru saja memasuki kelas. Sontak, semua murid buru-buru kembali ke tempat duduk masing-masing.
"Siang, Bu!" jawab mereka serentak.
"Hari ini kalian kedatangan murid baru! Maaf Ibu baru bawa dia sekarang, soalnya tadi lagi ngurusin surat pindahnya," jelas Bu Rika. "Ayo, silakan masuk!" panggilnya pada murid baru tersebut.
Begitu murid baru itu memasuki kelas, suasana kelas langsung menjadi ricuh dengan bisik-bisik yang penuh kekaguman.
"OMAIGAT! Populasi cogan bertambah!"
"Anjirrr ganteng banget, euy!"
"Waduh! Bagi ID Line dong!"
"Pacaran yuk!"
"Nikah kuy!"
"Gantengan dia daripada Arga, njirr!"
"YEEE! PACAR GUE LEBIH GANTENG!" pekik Nara tiba-tiba, membalas ucapan terakhir yang dilontarkan salah satu siswi.
Pekikan Nara membuat kelas mendadak hening, semua menatap Nara dengan pandangan datar. Sedangkan Nara sendiri bingung.
"Sudah, anak-anak!" ujar Bu Rika setelah murid-murid kembali tenang. Ia kemudian menatap cowok baru itu. "Silakan perkenalkan diri kamu," perintahnya.
Cowok itu mengangguk. "Hai, kenalin nama gue Alvaro Moritz. Panggil aja Al atau Varo. Gue pindahan dari Amsterdam," ucapnya dengan santai.
"Baik, Alvaro. Kamu bisa duduk di bangku yang kosong," ucap Bu Rika sambil menunjuk bangku di belakang Nara dan Adel. Alvaro mengangguk dan berjalan menuju bangku tersebut.
"Kalian hari ini free class! Semua guru akan mengikuti rapat, jadi Ibu pamit dulu. Selamat siang!" Bu Rika segera meninggalkan kelas setelah memberi pengumuman itu.
Setelah Alvaro duduk, Adel langsung berbalik ke arahnya. "Hai, gue Adel!" sapanya ceria.
"Gu—"
"Gue udah tau!" potong Adel cepat sebelum Alvaro sempat menyelesaikan kalimatnya.
Alvaro tersenyum kecil dan kemudian mengalihkan pandangannya ke Nara. Melihat hal itu, Adel langsung menyiku Nara.
"Aduh! Sakit, kampret!" ringis Nara. "Kenapa sih?"
"Kenalan sana sama Varo!" ucap Adel, mendesaknya. Nara akhirnya berbalik.
"Gue Nara," ucapnya singkat.
"Alvaro," balasnya sambil tersenyum.
Cantik.
Nara hanya mengangguk sebelum kembali menghadap ke depan. Saat itu, ponselnya berbunyi—sebuah pesan dari Arga.
Arga
Kamu dimana, sayang? Gak ke kantin?Nara
Ini mau ke kantin, wait yaaSetelah mematikan ponselnya dan menaruhnya di saku, Nara menoleh ke Adel. "Del, gak ke kantin?" tanyanya.
"Ayo!" balas Adel semangat.
"Lo, Je?" tanya Nara ke Jeje.
"Lo berdua duluan aja! Gue mau nunggu Alan," jawab Jeje. Nara dan Adel mengangguk, mengerti.
Adel kemudian melirik ke arah Alvaro. "Al, lo gak ke kantin?" tanyanya.
"Gak tau kantin di mana," jawab Alvaro, sedikit ragu. Maklum, dia masih murid baru.
"Kalau gitu, lo bareng kita aja!" ajak Adel tanpa ragu.
"Emang boleh?" Alvaro melirik ke arah Nara, sedikit canggung.
"Boleh kok! Ayo!" sahut Adel dengan antusias. Alvaro akhirnya mengangguk dan bergabung dengan mereka.
Sepanjang koridor, banyak siswa yang memperhatikan mereka bertiga. Lebih tepatnya, para siswi yang terpana menatap Alvaro. Wajar saja, Alvaro memang ganteng, sebelas dua belas sama Arga, si pangeran sekolah.
Sesampainya di kantin, Nara, Adel, dan Alvaro segera mencari keberadaan Arga dan kawan-kawannya. Tak lama, Felix melambaikan tangan, memanggil Adel. Mereka pun berjalan mendekati kelompok Arga.
"Eh, dia siapa, Del?" tanya Felix sambil menunjuk ke arah Alvaro.
"Oh, kenalin, ini Alvaro! Murid baru," jawab Adel sambil tersenyum. Teman-teman Arga mengangguk, menerima perkenalan itu.
"Kenalin, gue Felix," sapa Felix dengan ramah.
"Gue Jeremi!" sahut Jeremi.
"Gue Gerry, yang paling ganteng!" kata Gerry dengan cengiran khasnya.
"Gue Farrel," ujar Farrel sambil tersenyum tipis.
"Rio," ucap Rio singkat.
"Dan gue Alvaro," balas Alvaro dengan senyum sopan.
Di tengah perkenalan itu, Jeremi menepuk bahu Arga. "Ga, kenalan, dong!" seru Jeremi, membuat Arga sedikit tersentak. Namun, dengan cepat, Arga mengubah ekspresinya menjadi lebih tenang.
"Arga," ucapnya singkat, memperkenalkan diri tanpa banyak basa-basi. Tatapan Arga tertuju pada Alvaro dengan sedikit ketegangan, terutama ketika ia menyadari bahwa Alvaro tampak tertarik pada Nara, gadis yang sangat ia sayangi.
"Yaudah, lo duduk aja," kata Gerry, memberi isyarat kepada Alvaro untuk bergabung. Alvaro mengangguk dan duduk di sebelah Jeremi.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)