"Pagi, Bunda!" sapa Nara saat melihat Tiara yang sedang memasak. Sebulan lalu, Adam dan Tiara telah melaksanakan pernikahan mereka.
Tiara tersenyum dan membalas sapaan Nara, "Pagi juga, sayang! Duduk dulu, kita sarapan."
Nara segera duduk di meja makan dan mulai melirik ke sekitar, mencari keberadaan Ayah dan Adiknya.
"Ayah sama Ryan kemana, Bun?" tanya Nara.
"Ayah masih tidur, sayang. Kalau Ryan mungkin juga masih tidur," jawab Tiara sambil tetap fokus pada masakannya.
"Bunda, biar Nara aja yang bangunin Ryan!" kata Nara, lalu beranjak menuju kamar Ryan.
Setibanya di kamar Ryan, Nara langsung memanggilnya.
"Oyy, bocah! Bangun!"
Namun, tidak ada reaksi dari Ryan.
"RYANNN!! BANGUN!" teriak Nara dengan lebih keras.
Ryan yang mendengar teriakan itu langsung terbangun dengan kaget.
"Haa! Bangun juga, lu!"
"Kak! Ngagetin!" Ryan kesal, masih setengah sadar.
"Lo sih kebo banget! Lihat ini udah jam berapa!" Nara menunjukkan jam.
Ryan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 6:45, dan matanya membulat kaget.
"Astaga, aku telat!" Ryan langsung berlari ke toilet dengan cepat.
~
"Ara?" panggil Arga saat Nara turun dari motor.
Nara menoleh. "Hm?"
"Jangan suka-suka liat adik kelas, apalagi yang cowok," kata Arga dengan nada sedikit kesal.
"Hmmm, gak bisa! No degem no life!" balas Nara dengan santai.
Arga mendengus. "Aku ngambek nih,"
"Silahkan ngambek! Tapi jangan cari-cari aku nanti!" ancam Nara.
"Eh, eh, iya, maaf deh, aku gak jadi ngambek," kata Arga cepat-cepat, menyadari kesalahannya.
"Gitu dong! Jadi makin sayang!" ujar Nara sambil menangkup kedua pipi Arga, membuat siswa-siswi Garuda yang melihat mereka merasa gemas.
"Ayo ke kantin," Arga menggenggam tangan Nara dan membawanya ke kantin.
Sesampainya di kantin, Arga mengedarkan pandangannya mencari sahabat-sahabatnya. Setelah melihat mereka, dia langsung menuju ke arah mereka.
"Pagi, kalian!" sapa Nara saat sudah duduk di tempat yang disediakan.
"Pagi!"
Arga menoleh pada Nara. "Ra, kamu gak makan?" tanyanya.
"Enggak, aku udah sarapan di rumah tadi," jawab Nara. Arga mengangguk tanda mengerti.
"P-permisi, k-kak!" ucap seorang cowok tampan dan imut pada mereka.
"Eh, ada degem!" ucap Adel dengan girang. Felix menatap cowok itu dengan tatapan kurang suka.
"Iya, ada apa?" tanya Nara.
"Ini, buat Kakak!" ucap cowok itu sambil menunduk dan memberikan sebatang coklat kepada Nara.
Saat hari terakhir MOS, para peserta memberikan coklat kepada anggota OSIS yang mereka idolakan.
Nara tersenyum dan menerima coklat tersebut. "Makasih, ya! Sekarang angkat kepalanya. Jangan nunduk terus, apa muka aku nyeremin?" tanyanya dengan nada bercanda.
Cowok itu akhirnya mengangkat kepalanya dan melirik takut-takut ke arah Arga. Benar saja, Arga sedang memberikan tatapan tajam.
"Arga! Jangan nakutin dia," ucap Nara. Arga pun akhirnya memalingkan mukanya.
"Pergi lo." perintah Arga.
"K-kalau gitu, aku balik dulu ya, Kak! Permisi!" ucap cowok itu, lalu segera menjauh dari mereka.
Beberapa menit kemudian, tempat mereka dikerumuni oleh peserta MOS lainnya.
"Anjir, sesek gue!" Ucap Felix.
"Adik-adik satu-satu ya!" Seru Gerry.
"Kalian mau ngapain?" Tanya Felix.
"Kami mau ngasih coklat buat Kak Nara dan Kak Felix," jawab salah satu cowok dari kerumunan.
"Yaudah, baris dong! Gerah nih!" ucap Felix dengan nada sedikit galak. Selama MOS, Felix dan Nessie lah senior tergalak, namun tak mengurangi fans mereka.
Mereka pun berbaris rapi dan mulai memberikan coklat pada Nara dan Felix. Bahkan ada yang minta foto bareng Nara, tetapi tidak diizinkan oleh Arga, yang menjadi "pawang" dalam situasi tersebut.
Di meja mereka sudah penuh dengan coklat, bunga, dan boneka. Coklat yang diterima Nara terlihat paling banyak, bahkan ada yang memberikannya coklat dalam paperbag berukuran besar.
"Anjir, jadi artis seharian gue." Ucap Felix dengan bangga.
"Bangga lo? Lihat deh Nara! Coklat dia jauh lebih banyak daripada lo, dia santai aja!" ucap Gerry dengan nada mengolok.
"Yaudah lah, biarin aja! Nih, semua coklat aku buat kamu," kata Felix sambil memberikan semua coklatnya kepada Adel.
Mata Adel berbinar-binar. "Beneran?!" Felix mengangguk. "Aww, makasih sayang!" Adel langsung memeluk Felix dari samping.
"Bulol," ejek Arga dengan nada sinis.
"Heh, gak sadar lo? Tangan lo dari tadi gak lepas-lepas dari tangan Nara." Balas Felix sinis.
Nara terkekeh. "Udah deh! Nih, kalian boleh ambil coklat gue." Nara sambil menyodorkan salah satu paperbag berisi coklat.
"Waw, makasih Naracuu! Tau aja kalau gue lagi pengen coklat!" ucap Jeje dengan girang.
"Jangan banyak-banyak, nanti sakit gigi!" ucap Alan yang tiba-tiba sudah duduk di samping Jeje.
"Sejak kapan kamu ada di sini?" tanya Jeje kaget.
"Barusan," jawab Alan. Jeje langsung menyandarkan kepalanya di bahu Alan, sementara Alan mengusap-usap kepala Jeje dengan lembut.
"Tolong dong ingat jomblo! Jangan pacaran-pacaran di sini!" ucap Jeremi sambil bernyanyi dengan nada lagu Doraemon.
"Diem lo, jomblo!" balas mereka semua serempak.
"Astagfirullah! Orang ganteng disayang pacar orang!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)