CHAPTER 15

58.2K 3.7K 211
                                    

Sabtu pagi, mereka semua telah berkumpul di rumah Arga untuk melakukan persiapan. Tiga mobil sudah siap digunakan: mobil milik Arga, Rio, dan Farrel.

"Semua barang udah siap, gak ada yang ketinggalan, kan?" tanya Nara untuk memastikan.

"Gak ada, semuanya udah masuk," jawab Felix.

"Oke, ayo kita berangkat!" Nara bersiap masuk ke mobil Farrel, tapi tiba-tiba Arga menahannya.

"Barenh gue aja," kata Arga.

"Eh, gak perlu. Gue bareng Farrel aja biar lo bisa bareng teman-teman lo," tolak Nara dengan halus.

"Lo mau duduk di mana, Nar?" tanya Farrel dari dalam mobil. Nara melirik ke dalam, melihat Jeje, Alan, dan Gerry sudah duduk di sana.

"Yaudah, gue di mobil Felix aja," kata Nara, lalu berjalan menuju mobil Felix. Namun, saat tiba di sana, Adel malah menolaknya.

"Hush, hush! Sana, di sini udah penuh," ujar Adel sambil melambai seolah mengusir.

Nara mendengus kesal. "Jahat lo semua!"

Jeremi, yang melihat situasi itu, mencoba menggoda. "Udah, Nar. Naik sama Arga aja. Lo gak kasihan dia sendiri di mobil?"

Dengan sedikit kesal, Nara akhirnya berjalan menuju mobil Arga dan masuk ke dalam.

"Kenapa ke sini?" tanya Arga saat melihat Nara masuk ke mobilnya.

"Gak boleh?" Nara balas bertanya.

"Tadi katanya gak mau," Arga mengingatkan.

Nara mendengus. "Yaudah, gue jalan kaki aja!" balasnya, setengah bercanda tapi terdengar kesal.

Arga terkekeh sambil mengacak rambutnya. "Marah-marah terus,"

"Yaudah sih," jawab Nara, masih agak kesal.

Arga pun menjalankan mobilnya, diikuti oleh mobil teman-temannya dari belakang. Sepanjang perjalanan, Nara terus bertanya-tanya dalam hati kenapa Arga terlihat begitu cuek.

"Ga?" panggil Nara tiba-tiba.

"Hm?" jawab Arga tanpa banyak ekspresi.

"Kenapa lo cuek banget, dah?" Arga tersenyum tipis.

"Lo udah nanya itu berapa kali, Ra."

"Ya kan gue cuma nanya," balas Nara sambil mengangkat bahu.

Sambil mengalihkan perhatiannya, Nara merogoh tasnya dan mengambil snack yang dibelinya sebelum pergi ke rumah Arga. Setelah membukanya, dia menyodorkan bungkusan itu ke arah Arga.

"Lo mau?" tanya Nara, sambil menyodorkan keripik ke Arga.

Arga mengangguk sambil membuka mulut, berharap Nara menyuapkannya. Tanpa ragu, Nara menyuapkan keripik itu langsung ke mulut Arga, membuat suasana di antara mereka terasa lebih santai.

"Lo cocok," ucap Arga tiba-tiba, sambil mengunyah keripik.

Nara menoleh dengan bingung. "Cocok apa?"

Arga menatapnya dengan senyum nakal. "Cocok jadi calon ibu dari anak-anak gue."

Nara langsung menepuk lengan Arga dengan sebal. "Kampret! Gak cocok banget lo gombal kayak gini, sumpah!"

Arga tertawa kecil, tapi matanya sesekali memandang Nara dengan lembut. "Serius, lo keliatan alami banget tadi. Gak heran kalo anak-anak kita nanti bakal betah sama lo."

Nara pura-pura mendengus, mencoba menyembunyikan senyum yang hampir muncul. "Lo tuh bener-bener kampret. Gombal aja kerjanya."

Arga tertawa lebih keras kali ini, tapi dia tetap memandang Nara dengan tatapan yang lebih serius. "Tapi gue serius, Ra. Kadang, gombalan itu ada benarnya juga."

ARGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang