Nara tersenyum geli saat melihat nama kontak Arga di ponselnya. Percayalah, itu bukan Nara yang mengubahnya; Arga sendirilah yang melakukan perubahan itu.
Nara bergegas berganti baju, segera berlari turun ke bawah dan membukakan pintu. Benar saja, Arga sudah menunggu di luar dengan setelan santainya yang terlihat menawan.
"Lama banget!" ucapnya, suaranya langsung terdengar penuh protes saat melihat Nara.
Nara mendengus, "Gimana aku nggak lama? Kamu tiba-tiba banget, sih!" balasnya, kesal namun tetap tersenyum.
Arga menggenggam tangan Nara dan membawanya menaiki motor sportnya. Nara naik dan langsung melingkarkan tangannya di perut Arga, menyandarkan kepalanya di bahu kekasihnya. Perjalanan terasa nyaman, ditambah angin malam yang menerpa wajah mereka.
Saat sampai di tempat yang membuatnya teringat akan kenangan pertama mereka, Nara menatap Arga bingung. "Kamu ingat tempat ini?" tanya Arga sambil tersenyum lebar.
"Ya mana saya tahu, saya kan ikan," jawab Nara sambil berusaha menahan tawa.
Arga mendengus. "Serius, Ra."
Nara hanya terkekeh. "Ya ingat lah! Yakali aku nggak ingat tempat pertama kali kita kencan." ucapnya, membuat senyum Arga semakin lebar hingga beberapa pengunjung wanita di sekitar mereka memekik kegirangan.
"Jangan senyum-senyum gitu!"
Arga mengerutkan keningnya, "Kenapa?"
"Ck, kamu nggak sadar ya kalau cewek-cewek di sini pada liatin kamu terus!"
"Yah, soalnya aku ganteng," jawab Arga dengan bangga, berusaha terlihat keren.
Nara menatap Arga tak percaya. "Cari tempat lain aja, males aku di sini!" Nara mulai kesal.
"Aku udah pesan makanan kita, loh sayang..." Nara memandang Arga sinis.
"Silahkan dinikmati."Pelayan datang membawa pesanan mereka, sesekali melirik Nara, membuat Arga menggeram marah, terutama saat melihat Nara yang tersenyum mengejek.
"Makasih ya," ucap Nara kepada pelayan sambil mengerling, membuat pelayan pria itu blush dan hampir mimisan.
Nara panik. "E-eh, Mas-nya kenapa?" tanyanya sambil memberikan tissue kepada pelayan tersebut.
"Sa-saya nggak papa, Nona." Gugup pelayan itu.
Arga yang sudah mulai geram langsung mengusir pelayan tersebut. "Udah, pergi sana." ketusnya. Pelayan itu mengangguk dan pamit pergi.
Nara menatap Arga dengan sinis. "Kenapa kamu merah gitu mukanya?" tanyanya, pura-pura polos.
"Diem atau aku makan kamu disini." balas Arga, sedangkan Nara terkekeh renyah tak perduli dengan tatapan heran dari para pengunjung lain.
~
Nara telah siap dengan pakaian formalnya, menunggu Arga untuk pergi ke tempat photoshoot. Ketika mobil Arga akhirnya tiba, Nara segera melangkah masuk.
"Lama banget sih," keluh Nara.
"Aku ketiduran, Ra, Bunda nggak bangunin aku," ucap Arga sambil menyandarkan kepala di setir. Sejak acara pertunangan mereka, Arga dan kedua orang tuanya telah berbaikan, hidup mereka kembali harmonis.
"Oke." balas Nara, mengerti karena mereka baru pulang jam 1 malam dari pasar malam.
"Kita langsung ke tempat photoshoot kamu?" tanya Arga.
Nara menggeleng. "Kita cari bubur dulu yuk. Aku lapar, belum sarapan tadi," katanya.
Arga mengangguk dan melajukan mobilnya menuju warung langganan mereka. Setelah selesai makan, Arga langsung melanjutkan perjalanan menuju tempat kerja Nara.
"Kamu mau nunggu atau langsung pulang?" tanya Nara, sambil menatapnya.
"Langsung pulang aja. Aku mau kumpul sama Vandalas. Nanti kalau sudah selesai, telpon aku ya. Aku jemput." Arga menjelaskan, diiringi anggukan Nara.
"Bye," Nara melambaikan tangannya pada Arga. Arga mengklakson dan segera pergi.
~
"Ahh... ssshh... hmmm... kocok terus, Ger..."
"Ahh... iya, Jer, bentar... dikit lagi..."
Rio menoyor kepala Gerry dan Jeremi keras, membuat kedua lelaki itu terbentur di dinding.
"Awss! Sakit, Yo!" Gerry memegang kepalanya yang terbentur, begitu pun Jeremi.
"Jorok." ucap Rio, menahan geli.
"Lah emang kita ngapain?" tanya Jeremi dengan wajah bingung.
"Lo berdua kalau lagi ngocok telur, biasa aja, njing! Gak usah ngedesah juga, goblok!" ucap Farrel, jijik melihat tingkah kedua sahabatnya ini.
"Lah! Itu biar gue sama Jeremi semangat, tau!" balas Gerry santai dan mendapat tatapan tajam dari Rio, Farrel, dan Felix.
"Ngapain lo pada?" tanya Arga yang ternyata sudah tiba di markas mereka.
"Eh, bos, kita lagi ngocok nih," ucap Jeremi dengan santai.
Arga melototkan matanya tak percaya, memandangi teman-temannya jijik. Rio, Farrel, dan Felix hanya mendengus kesal melihat cara pandang Arga pada mereka.
"Jangan mikir aneh-aneh," ucap Rio sambil berjalan menuju sofa. Arga, Farrel, dan Felix pun mengikutinya, duduk di sofa untuk mabar.
"Lanjutin, Ger!" ucap Jeremi dan Gerry mengangguk.
"Ahhh... kocok terus, Jer... ahh..."
"Bentar, Ger... akhhh gue nggak tahannnn..."
"BACOT LO BEDUA!"
"PEN MATI LO PADA!"
"MATI AJA KALIAN, NJING!"
"GUE POTONG ANU LO BEDUA JADI DADU MAU?!"
Teriakan dari keempat teman tersebut membuat Gerry dan Jeremi bergidik ngeri. Akhirnya mereka berdua melanjutkan kerjaan mereka dengan diam, lebih baik menghindari kemarahan teman-teman mereka.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGARA
Teen FictionIni kisah tentang tiga cowok menyukai satu cewek yang sama. (2020)