BAGIAN LIMA PULUH TIGA

11 2 0
                                    

BERHASIL membujuk Fajar, kami segera pergi ke rumah sakit. Tidak memperdulikan kondisi riasan dan kebayaku yang awut-awutan. Hanya demi mencapai satu tujuan, memaksa Kinan agar mau dioperasi.

Pintu kamar rawatnya terbuka lebar. Tiba-tiba langkahku terhenti saat dokter menempelkan defribrilator didada Kinan. Reflek tubuh Kinan sedikit terangkat karena dikejutkan oleh alat pacu jantung itu.

Tidak mungkin!

"KINAN!!" raungku menggema hingga keluar dari ruangan itu. Dengan cepat Ayah mencekal tanganku agar tidak mendekati Kinan selama dokter sedang berusaha menyelamatkan nyawanya.

"LEPASKAN AKU, AYAH! KINAN, KUMOHON JANGAN SEKARANG! NGGAK, KINAN!"

Fajar ikut mencekal tanganku. Berusaha menenangkanku. Menenggelamkan kepalaku diceruk lehernya. Ayah melepaskanku saat tahu ada Fajar disampingnya.

"Maaf, Tuan. Anak anda tidak bisa kami selamatkan."

Dengan gerakan kasar, aku langsung menghentikan dekapan Fajar. Memarahi semua orang secara membabi buta.

Tubuh Kinan yang sudah terbaring kaku langsung kupeluk. Meraung memarahinya yang pergi secepat itu. Aku telat memberi pertolongan untuknya.

"Ayah bilang mau donor sumsum tulang belakang buat Kinan, 'kan? Kenapa bohong!?"

"Kinan menolaknya, Zella. Dia memarahi kami habis-habisan untuk melakukan donor sumsum tulang belakang. Dia mengucapkan selamat tinggal untuk kami semua. Jadi, ikhlaskan dia pergi, Zella." sahut Tante Andin menatap nanar putrinya yang sudah tak bernyawa.

Aku menggelengkan kepala kuat. Tidak! Kenapa Kinan yang harus mati!? Kenapa tidak aku saja!? Ya Tuhan, tidak cukupkah Engkau memisahkan kami sewaktu kecil? Kenapa Engkau sekarang memisahkan kami untuk selama-lamanya?

Malam ini hanya menyisakan isak tangisku. Aku menangis tanpa henti menyaksikan sahabat, saudara, keluargaku untuk terakhir kalinya. Tak percaya bahwa untuk kedua kalinya dia hilang tanpa bisa kembali lagi. Sakit, sangat sakit.

Bahkan kita belum merasakan kebersamaan menjadi saudara. Bahkan kita belum merasakan kehangatan dalam berkeluarga disatu rumah yang sama.

Kuhomon padamu, Kinan. Kembalilah meskipun terlalu sukar kudapatkan. Tolong....

Sampai dihari pemakamannya tiba, aku belum mendapati Kinan datang padaku. Yang terlihat hanyalah gundukan tanah yang sudah ditaburi bunga. Kinan datang dengan keadaan dirinya yang baru. Sudah menempat sepenuhnya didalam tanah.

"Kalau suatu saat nanti ada kehidupan kedua, gue mau jadi tanah aja nggak mau lagi jadi manusia."

Sekarang lo duluan yang jadi tanah.

Kinan mencuramkan alisnya dan menatapku sekilas, "Lah kenapa? Mendingan jadi manusia karena manusia itu makhluk yang sempurna."

Apa gue bisa minta lo jadi manusia lagi?

"Gue tetep pilih tanah karena meskipun selalu diinjak pada akhirnya semua manusia ada dibawah tanah, membusuk dengan sendirinya. Tanah nggak pernah balas dendam, dia hanya menjalankan tugasnya untuk melindungi manusia agar ketika ada yang ingin melukainya maka tanahlah yang menjadi penghalangnya."

Gue nggak mau tanah bikin lo hancur. Gue mau tanah selalu lindungi elo dari kejamnya dunia.

"Tetep aja tanah itu selalu diinjak sama manusia."

Tapi sekarang gue lagi diatas tanah yang lo singgahi.

"Manusia nggak akan memiliki kaki kalau nggak ada tanah. Intinya manusia harus selalu melihat ke bawah, saling tolong menolong tanpa melihat kasta."

Katakan, bagaimana caranya supaya gue bisa nolongin elo?

Kinan tersenyum semringah. Dia menghela napas lega, "Gue bersyukur banget bisa kenal sama lo, Zel. Seorang cewek yang kuat meskipun dihidupnya banyak banget masalahnya. Mungkin orang lain bakal bunuh diri tapi lo kuat, lo nggak kayak gitu."

Mungkin ucapan lo salah untuk hari ini. Gue udah nggak sekuat dulu.

"Gue nggak mau mati karena terpaksa. Gue mau mati karena ikhlas."

Dan kini pilihan gue cuma satu. Gue mau mati karena terpaksa.

"Bisa aja lo." kemudian kami tertawa bersama lajunya mobil yang membawa kami menuju kediaman Kinan.

-<<<FAJAR>>>-

Hayolooo~

Fajar mau aku tamatin malam ini. Jangan sedih ye:v

Soalnya aku mau fokus bikin cerita aku yang baru, YANG TAK PERNAH ADA. Iya kayak kamu yang nggak pernah ada dihati aku yang sekarang. Hahahahahha😑

Udhlah apaansi:"

Selamat membaca dan semoga bahagia

Salam, Sankhaa

FAJAR [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang