WIR 2

20 2 0
                                    







Hari ini aku sakit, bukan lagi ditubuh, melainkan dihati. Mungkin tak akan sesakit itu jika aku melihat Fajar mengantarkan Zella pulang untuk pertama kalinya sejak mereka berpacaran. Fajar tak pernah lagi dekat denganku, dengan satu alasan, dia ingin menjaga kepercayaan Zella.

Aku tak tahu apa penyebab pada keretakan hubungan mereka yang terbilang pasangan terfavorit disekolahan ini. Hingga aku mendengar dari mulut Zella sendiri yang mengakui sudah tidak lagi berhubungan dengan Fajar. Lalu kupaksa Fajar untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Semuanya diucapkan Fajar secara gamblang.

Ada tiga kata yang sempat mampir ke hati untuk merusaknya.

"Gue nggak nyerah."

Ya! Aku diam lagi. Fajar begitu mencintai sahabat kecilku itu. Sebagai calon tunangannya, aku terpaksa menerima kenyataan pahit ini. Meskipun sakit sekali, aku tetap meneguhkan kepercayaanku kalau Fajar tidak akan menyakiti perempuan lain selain diriku.

Maka kuikhlaskan Fajar menggapai Zella lagi, lewat penyakit yang kuderita. Dengan syarat, aku harus pergi meninggalkan segala-galanya. Meninggalkan semua kenangan dihidupku sejak kecil hingga sekarang.

Karena jika aku hidup, Fajar kehilangan cintanya. Karena jika aku hidup, Zella kehilangan hatinya. Karena jika aku hidup, orang tua kami kehilangan kesejahteraannya.

Maka sekarang, aku sudah rela pergi membawa diriku yang terbelenggu luka. Tidak masalah selagi semua orang bisa bahagia, meski tanpa adanya aku diantaranya.

***

"Aku mau nanya, boleh?"

Fajar menoleh, membalas tatapanku dalam. Seulas senyum tipis terukir indah dibibirnya, menjadikan aku ikut tersenyum juga.

"Kalau kamu nanya, aku juga mau nanya, boleh?"

Langsung saja aku mencubit pipinya gemas. Wajahnya begitu tampan dimataku. Benar-benar kekasih yang diidamkan banyak wanita. Kami kembali menatap deburan ombak didepan sana. Menikmati angin sejuk yang menerpa sekujur tubuh.

"Menurutmu, bahagia itu apa?"

Fajar merunduk. Memperhatikan pasir putih dibawah pijakan kakinya.

"Bahagia itu ketika apa yang kuraih sudah kudapatkan. Dan apa yang kudapatkan hanya boleh diambil sama Tuhan."

Alisku bertaut bingung, "Kamu nggak sedih kalau suatu saat aku diambil sama Tuhan?"

"Kamu nggak boleh nanya lagi. Kan sekarang gantian aku yang nanya."

Sontak aku mendengus sebal. Padahal aku sudah penasaran setengah mati apa yang menjadi jawabannya itu.

"Yaudah apa!"

Kini raut wajahnya berubah serius. Tatapannya masih menyorot deburan ombak didepan sana.

"Kenapa kamu ngebet banget pengin balikan sama aku?"

Haa? Pertanyaan macam apa itu? B-brengsek! Pipiku bersemu merah menahan malu. Kurang ajar sekali dia menanyakan hal itu padaku. Meskipun benar, setidaknya jangan ditanyakan kalau dirinya sendiri sudah tahu jawabannya.

"Karena gue bingung mau bersanding sama siapa lagi kalau bukan sama elo!!"

Fajar meringis, menatapku geli. Hingga semburan tawanya berhasil keluar dari mulut biadabnya itu.

"Jujur banget? Hahaha."

"Lo mau gue bohongin perasaan gue sendiri? Iya?"

"Hahaha."

"Yang serius, ih!"

"Hahaha."

"FAJAR VIRENNT NARENDRA!!"

"Apa sayangku....?" Fajar menaikan sebelah alisnya, memperhatikan wajahku geli.

"Dasar cowok brengsek!!" aku mendorong bahunya hingga dirinya terjungkal menghantam pasir. Dia segera membersihkan sebelah pipinya yang penuh dengan pasir.

Aku langsung lari sekecang-kencangnya. Tidak mau sampai tertangkap karena pasti dia akan membalasku. Sial! Dia berhasil meraih tanganku dan segera memelukku erat. Mencium telingaku hingga aku bergidik karenanya.

Lalu berbisik, "Bahagianya gue cuma satu. Kita selalu bersama dalam suka maupun duka. Gue mau hidup sampai mati sama lo. Bilang mau dong."

Segera kutonyor dahinya menjauhi wajahku yang sudah salah tingkah ini.

"Nggak!"

Fajar memberengut. Perlahan dia mengendorkan pelukannya. Menatapku tajam. Seolah-olah dia ingin menelanku hidup-hidup.

"NGGAK MAU NOLAK! HAHAHAHA."

"Hei!"

Akhirnya kami saling kejar-kejaran. Menyusuri daratan pantai yang tak berujung ini. Menikmati indahnya pagi hari. Sebentar lagi matahari akan terbit. Cahaya yang paling kusukai karena cahaya itu adalah milik Fajar, kekasih hatiku.

TAMAT

Haloooo gaes cek cek... Saya siapa ya? Oh iya saya kan manusia hahaha *plak! Apaansi?!

Oh iya ni gaes udh tamat seperti yg saya janjiin. Udh tamaattttt😭😭😭😭😭 gapapalaaa🤒😐yg pnting mereka bisa bahagia. Eh mereka siapa? Yagatau hahahahah

Baca dong masa gamau baca smpe tamat sih:" aku sedih lho:"

Hahahaha canda kok canda:'v

Selamat membaca & semoga bahagia

Salam, Sankhaa

FAJAR [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang