TIGA PULUH DUA

39.7K 3.6K 137
                                    

'Jantung berdebar-debar, rasanya tak menentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Jantung berdebar-debar, rasanya tak menentu...
hati bergetar-getar, menanti kamu disini...'

***

Setelah mengisi perut dan mencharger diri dengan tidur sepulang dari sekolah, di sore harinya Delta berkunjung ke rumah Davina. Seperti janjinya pada waktu itu, akan ke rumah tersebut di lain waktu.

Sebenarnya yang Delta ucapkan hanya sekedar kata, tidak benar-benar dari hati. Ia memang akan ke sana kembali, namun tidak dalam waktu dekat seperti ini. Tapi Delta jika sudah berjanji akan pantang untuk mengingkari.

Jika saja Davina tidak mengubungi Delta semalam, Delta tidak akan ke rumah Davina. Ia bahkan memberitahu Delta akan betapa sulitnya perjuangannya mendapatkan kontak Delta. Sampai-sampai Davina membuat abangnya sakit perut akibat memakan makanan pedas yang ia berikan. Dengan begitu Damara akan bersemayam didalam toilet sehingga ia dapat membongkar isi ponsel Abangnya.

"Abang tuh pelit banget kak, masa mau minta kontak kakak aja gak dikasi. Ditanya-tanyain dulu, malah katanya biar Abang aja yang ngechat apa yang mau Davina omongin sama Kak Delta. Kan ribet banget itu," dumel Davina di via telepon semalam.

"Assalamualaikum," salam Delta setelah memencet bel rumah.

"Bentar" suara dan langkah Davina tergesa-gesa dari dalam masih bisa Delta dengar.

Ceklek

"Yey! Akhirnya Kak Delta datang juga, Davina nungguin loh daritadi sampai gak bisa tidur," histeris Davina setelah membuka pintu.

"Kok gitu sih, Kan janjinya sore. Harusnya tidur dulu tadi, isi baterai."

Davina menyengir, "Ayo kak masuk."

Keduanya masuk kedalam rumah, berhubung anak tangga yang terletak disamping ruang keluarga, mereka berpapasan dengan Damara yang sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan televisi yang menyala.

"Kak," hormat Delta dalam bentuk sapaan dan hanya diangguki oleh Damara bersamaan dengan wajah tanpa ekspresi. Walaupun ia ke sini karena Davina, ia harus ingat untuk menyapa Damara yang notabenya adalah seniornya di paskibra. Bisa berabe kalau tidak bertegur sapa.

"Tumben nonton sendiri Bang, biasanya sama Mama" Protes Davina kala melihat Damara yang enjoy menonton televisi sendiri. Lagipula seingatnya Damara tadi berada di kamar, kenapa sekarang tiba-tiba ada di ruang keluarga? Setahu Davina, Abangnya bukanlah orang yang mau dan senang menonton televisi, ia lebih senang menghabiskan waktu dengan olahraga, ekstrakurikuler dan berdiam diri di kamar dengan ps maupun tumpukan buku. Kalaupun menonton televisi, ia hanya menikmati suasana yang berada di dekat keluarga, bukan menikmati tayangan televisi.

"Mama dikamar"

"Yaudah Kak, ke kamar Davina aja kalau gitu. Padahal tadi Davina mau ngajak Kakak nonton tv."

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang