'Biar waktu yang menjawab kisah kita'
***
Sudah tiga hari Delta tidak enak badan. Mungkin ia masuk angin karena memakai pakaian lembab satu harian di danau. Jauh dari kota bahkan pasar sehingga waktu itu mereka memutuskan untuk membiarkan pakaian basah mengering dengan sendirinya hingga sore.
Terhitung tiga hari pula siswa-siswi sekolah diliburkan. Namun Delta masih stay dirumah, bahkan menjejakkan kakinya di halaman depan rumah pun tidak. Ruang lingkupnya hanya kamar, dapur, toilet, dan begitu seterusnya.
Berulang kali Agam dan Aisyah membujuk Delta untuk ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang intensif, tapi dengan keras Delta tolak. Ia mengalami pilek, pusing yang terkadang datang, dan suhu tubuh yang hangat, bukan panas, hanya itu keluhannya. Selain tidak parah, ia juga tidak ingin tertusuk benda kecil nan tajam yang menakutkan bak ular dengan taring yang berbisa.
"Lo itu tinggal di hutan ya, hp gak aktif gitu," ujar Yara yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu dan salam.
Terakhir Delta mengaktifkan sambungan ponselnya dengan internet saat di danau ketika ia melihat hasil raport. Jujur ia galau dengan hasil prestasinya yang menurun, butuh waktu untuk menerimanya. Memang tidak ada kaitannya dengan ia mengaktifkan sambungan internet, hanya saja ia terlalu malas menanggapi pesan yang mungkin dikirimkan temannya yang mengemukakan reaksi tak menyangka akan penurunan prestasinya.
"Lowbat"
"Listrik lo putus sampai gak bisa ngecas Del?"
"Kamar gue adem gak?"
"Adem"
"AC-nya nyala, lo tau jawabannya."
"Lah terus kenapa gak lo charge kalau habis baterai?"
"Mager"
"Jadi lo selama tiga hari ini lo cuma di ranjang, makan di antar, dan berarti lo juga pakai pampers dong!?" Yara menyimpulkan aktivitas temannya selama mager.
"Gak lah," sanggah Delta tegas.
"Kalau gak, berarti bisa dong pas lo mau ke toilet sekalian ngecas hp lo."
"Lupa"
"Tiga hari itu 72 jam, gue gak yakin selama itu lo gak ingat. Dan ini tuh bukan zamannya lagi tanpa gawai, tiga jam aja gak pegang berasa ada yang hilang."
"Namanya lupa itu gak ingat. Kalau gak ingat, nyerempet aja nggak, apalagi ngelintas dalam pikiran."
"Ah udah lah, capek gue ngomong sama lo" Yara memutuskan untuk merebahkan diri di sofa.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Delta setelah lama hening.
"Ya ampun itu mulut berpahala banget," sindir Yara.
"Beneran nanya nih gue."
"Sebagai sohib yang baik dan peduli, gue tuh khawatir banget pas tau kalau lo sakit. Lagian chat gue dari kemaren-kemaren masih ceklis satu, ya gue bingung dong."
"Tau dari mana lo kalau gue sakit?"
"Tante Aisyah bilang pas gue beli donat semalam." Delta hanya ber-oh-ria ketika mendengar jawaban Yara.
"Tumben banget lo sakit, sampai tiga hari lagi. Biasanya juga setengah hari doang."
"Takdir," Yara mengerutkan dahi tak percaya.
"Eh iya, Kak Dama gimana tuh pas tau lo sakit? Pasti heboh banget kan doi. Eh tapi gak heboh sih Kak Dama, pasti dia dengan perawakannya yang stay cool."
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMARA [END]
Teen FictionAkan ada waktu dimana Senior tunduk pada Junior Damara Hanif Khaeru seorang Purna Paskibraka Nasional dan juga ketua Paskibra SMA Erlangga. Dikenal dengan sosok yang berprestasi namun buruk di kalangannya. Datar, dingin, cuek, kaku, bossy, dan tegas...