Akan ada waktu dimana Senior tunduk pada Junior
Damara Hanif Khaeru seorang Purna Paskibraka Nasional dan juga ketua Paskibra SMA Erlangga. Dikenal dengan sosok yang berprestasi namun buruk di kalangannya. Datar, dingin, cuek, kaku, bossy, dan tegas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Gue atau handphone sih pacarnya?'
***
Dmn?
Pesan Damara telah terkirim sejak 30 menit yang lalu. Namun belum ada balasan dari penerima pesan tersebut. Dari halte yang dipenuhi anak-anak paskibra yang menunggu jemputan hingga hanya dirinya seorang, orang yang ditunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya.
Pinggang Damara sampai pegal saking lamanya nangkring diatas motor. Jika saja bukan karena pacar, ia tidak akan mau menunggu dengan waktu yang lama tanpa kepastian.
Tanpa kepastian, sebab pesannya hanya terkirim dengan ceklis satu. Dapat dipastikan bahwa Delta sedang tidak menggunakan ponselnya.
Saking buntu dan bujur arus, Damara sampai tidak terpikirkan untuk menelepon Delta via telepon saja. Jika menggunakan via telepon biasa, walaupun ponsel Delta tidak terhubung dengan jaringan internet, panggilan teleponnya akan tetap masuk bukan.
***
Bunyi ringtone khas panggilan masuk dari ponselnya memenuhi kamar. Delta yang terkapar di ranjang lantas bergegas mengambil ponselnya yang masih bersemayam didalam tas.
Tukang Mara Mara Calling
Itulah nama Damara pada kontaknya. Wajar saja ia beri nama itu. Waktu itu ia mengganti nama kontak Damara saat ia sedang kesal dan dalam mood buruk terhadap pemilik kontak tersebut.
"Aduh... angkat gak ya?" gusar Delta.
Baru saja akan menjawab panggilan tersebut, panggilan tersebut sudah terputus.
"Rezeki anak baik" Delta mengusap dadanya lega.
Namun sedetik saat ponselnya mendarat di nakas, ponselnya kembali mengeluarkan suara yang memekakkan indra pendengaran.
"Ihh nyaring banget sih! berisik. Besok-besok gue silent aja lo," marah Delta pada ponselnya.
"Halo"
"I-iya Kak?"
"Dimana?"
"Di... ru-mah Kak"
Tut..
Delta melihat layar ponselnya untuk memastikan jika panggilan tersebut benar-benar telah berakhir. Ia bergedik ngeri. Damara pasti marah padanya karena sudah melalaikan perintahnya.
"Ya Allah lindungilah hambamu ini dari mara bahaya," rapal Delta dalam doa nya.
Delta benar-benar tidak tenang saat ini. Rasa takut benar-benar melingkupinya.
Bukan tanpa alasan ia tidak mengikuti perintah Damara untuk menunggunya di halte sekolah. Ia hanya masih shockdengan kejadian di lapangan. Sangat tidak percaya dengan statusnya saat ini telah menjadi pacar seorang Damara, ketua paskibra yang dingin, cuek, datar, tegas, tukang perintah, tukang marah-marah dan semena-mena terhadapnya selama ini.