TIGA PULUH DELAPAN

40.2K 3.6K 131
                                    

'Tiap hari juga boleh kalau joggingnya gini'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Tiap hari juga boleh kalau joggingnya gini'

***

Damara melajukan motornya. Ralat, motor Delta dengan santai. Sembari menikmati hawa sejuk di pagi hari dan cuaca yang masih mendung sebab matahari belum diatas.

Pagi yang baik diawali Damara dengan memakai bawahan celana hitam diatas lutut yang meyebabkan otot kaki yang sangat keras malu-malu menampakkan diri. Dan dikombinasikan dengan atasan t-shirt abu-abu yang mencetak bentu tubuhnya.

"Izin om, kedalam"

"Mau ngapain pagi-pagi ke sini?" tanya bapak tentara yang dikenal Damara bernama Eko Prasetyo. Beliau memikul pangkat Sersan Dua. Saking seringnya ia dan teman-temannya yang melakukan latihan fisik di Batalyon Infanteri daerah tersebut, ia mengenal beberapa tentara.

"Ke rumah teman Om," jawab Damara.

"Ke rumah teman kok pagi-pagi gini, ndak biasanya. Farhan toh?" ujar Eko dengan logat jawanya.

"Bukan om"

"Lah terus siapa? Cowok atau cewek?"

"Cewek Om," Ungkap Damara tak rela.

"Walah cewek toh, pacarnya ya?" Damara menampakkan deretan gigi rapinya.

"Siapa?" tanya Eko.

"Delta"

"Delta anaknya Pak Agam yang rumahnya di blok A?"

"Kayaknya sih Om, belum pernah ketemu sama Papanya. Tapi kalau letak rumahnya benar," menggaruk kepala yang tak gatal. Ia merasa gelap akan diri Delta.

"Wahh... Gak salah lagi itu, Delta anaknya pak Agam." Eko geleng-geleng tak percaya.

"Emang kenapa Om?" Damara luar biasa penasaran.

"Pangkat pak Agam itu gak main-main, orangnya..." Eko lagi-lagi menggeleng.

"Galak, tapi ya dalam kategori tegas kalau di TNI. Apalagi Delta anak tunggal, bayangin aja lah itu gimana...," sambungnya.

"Jadi saya gak boleh pacarin anaknya, gitu Om?" cicit Damara.

"Ya... ndak tau sih, tapi menurut Om mungkin agak selektif." Damara hanya mengangguk-angguk, tak berniat untuk menimpali.

"Yaudah kalau gitu Om kesana dulu ya," pamit Eko untuk menuju ke kumpulan prajurit yang tengah berbaris.

***

Setelah perbincangan singkat yang memengaruhi pikiran, Damara kembali melanjutkan perjalanan yang tak lagi jauh.

Damara mengucapkan salam serta memencet tombol bel. Sembari menunggu penghuhi rumah untuk membuka pintu, Damara memerhatikan lingkungan sekitar. Lapangan sangat jelas terlihat dari rumah Delta. Sehingga cukup nyaman jika bersantai didepan rumah, mengingat banyak aktivitas yang dilakukan oleh prajurit-prajurit beserta anak-anaknya maupun masyarakat luar yang ingin melakukan aktivitas di lapangan.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang