LIMA PULUH

38.2K 3.2K 111
                                    

'Malunya sampai ke usus'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Malunya sampai ke usus'

***

"Karena saya tau apa yang akan kamu selesaikan. Saya tidak ingin anak saya bersedih karena sulitnya mengetahui kabar kamu. Dan... tidak menutup kemungkinan kamu akan berpaling berkat minimnya itensitas kalian bertemu."

"Maaf sebelumnya, tapi saya bukan laki-laki yang mudah untuk menjalin hubungan. Pantang bagi saya untung mengingkari janji yang telah saya buat. Saya laki-laki yang bertanggung jawab, Om bisa pastikan itu."

Agam berpikir sejenak

"Baik, saya izinkan. Tapi saya ingin kamu menunjukkan bahwa hubungan kalian tidak menjadi hambatan untuk meraih cita-cita kalian. Masih ada sekitar satu bulan untuk kamu buktikan jika anak saya masih tetap memegang prestasi di sekolah bilamana kalian memiliki hubungan."

Agam percaya jika berpacaran bisa menjadi penyemangat untuk ke sekolah maupun belajar. Tapi Agam juga yakin jika berpacaran, akan ada waktu yang dikorbankan untuk menyokong suatu hubungan. Tidak hanya aktivitas bertemu secara langsung, tapi secara online juga bisa dengan berkirim pesan berjam-jaman atau bermalaman.

Agam pernah berada diposisi itu. Tidak ada yang senang bila pesan diabaikan. Saat pesan masuk dari seseorang yang spesial, akan berat rasanya jika menunda untuk membalasnya. Akhirnya kegiatan belajar terganggu, bahkan terhenti.

"Jika gagal, kamu tau artinya."

Farhan diam setelah Damara mengungkapkan keluhan. Jika ia berada di posisi Damara, pasti merasakan hal yang sama.

"Gue rasa lo harus ngasi tau Delta untuk masalah ini. Karena ini semua ada di tangan Delta. Yang bisa mempertahankan atau meningkatkan prestasinya di sekolah hanya dia. Lo cuma bisa beri dorongan eksternal."

"Iya tapi gue gak mau nekan dia."

"Gue dengar-dengar dia pintar, pasti permintaan papanya bukan masalah besar."

"Iya, di sekolah sebelumnya dia emang selalu juara kelas. Tapi di SMA pasti bakal beda lagi.Bisa aja persaingannya lebih susah." Damara mengacak-ngacak rambutnya frustrasi. Ia tidak ingin Delta terbebani atas hubungan mereka.

"Kalian bisa coba. Mungkin lo bisa bantu dia belajar, otak lo kan lumayan juga."

Farhan memekik, Damara menabok lengan atasnya.

"Setidaknya lo bisa nikmati sisa-sisa kebersamaan kalian kalau pada akhirnya permintaan itu gak tercapai."

***

"Lo kok enak banget gak bawa apa-apa, sambil makan lagi," protes Sapta pada Zakat yang berjalan sambil memakan snack keripik singkong.

"Terserah gue lah," jawab Zakat tanpa bersalah. Ia malah berlakon menjadi bintang iklan keripik singkong yang membuat Sapta hanya dapat menelan ludah.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang