EMPAT PULUH LIMA

40.9K 3.4K 46
                                    

'Selamat pagi, Delta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Selamat pagi, Delta...'

***

Bunyi jam weker di nakas sebuah kamar memekakkan ruangan persegi itu. Siapa pun yang mendengarnya berdering dikala tengah tertidur pasti akan kesal dan lebih parahnya membuang jauh-jauh serta kembali bergelut dengan selimut. Namun ada juga yang memilih untuk mematikan jam tersebut lalu mengumpulkan nyawa sejenak sebelum bangkit dari ranjang. Begitulah Damara biasanya.

Bedanya dengan kali ini, ia begitu bersemangat ketika mendengar jam weker miliknya mengeluarkan suara. Ia tidak perlu mengumpulkan energi terlebih dahulu seperti biasanya untuk keluar dari zona nyaman, kasur. Beberapa detik setelah jam weker berdering ia langsung memasuki toilet dan membersihkan diri.

Alarm jam weker bukan seberapa jika dibandingkan dengan alarm stelling. Namun jika tidak terdapat hal mendesak, dering jam weker juga terasa sangat menyebalkan. Meskipun paskibra sering mengadakan kegiatan atau latihan di pagi hari sekali, tidak lantas membuat Damara rajin bangun pagi. Ia tetap sama, malas untuk bangun pagi jika tidak terdapat hal yang mengharuskannya untuk bangun sebelum matahari merangkak. Jika ada waktu untuk tidur, kenapa tidak?

Bukan karena paskibra ia bangun lebih awal dari biasanya. Ada sesuatu hal yang ingn ia lakukan sebelum ke sekolah. Sejak semalam ia tersenyum tidak jelas ketika rencana yang akan ia lakukan pagi ini terngiang-ngiang di kepalanya. Walaupun faktanya ia kurang tidur sebab tak bisa tidur untuk menantikan hari esok. Harusnya ia menghiraukan bunyi jam weker.

"Mau ke mana Bang? Tumben pagi-pagi udah siap?" tanya Dara yang melihat anak sulungnya yang telah rapi dengan pakaian batik khas SMA Erlangga. Terasa sedikit aneh, biasanya jika ia melihat anaknya rapi di jam seperti ini pastinya dengan setelan PDL Paraga.

"Ke rumah Delta."

"Uuhhh... yang lagi kasmaran," goda Dara.

"Abang berangkat ma," pamit Damara mencium tangan Dara.

"Loh, Davina gimana?"

"Mama aja ya yang antar, atau nggak suruh pakai sepeda aja." ucap Damara sembari mencomot selembar roti tawar di meja makan.

"Jauh Bang, kasihan adekmu."

"Abang dulu juga gimana ma, pake sepeda. Nggak jauh kok, cuma dua kilometer," ucap Damara sebelum meninggalkan dapur.

"BANG, NANTI AJAK PACARMU KE RUMAH" Damara menanggapi perintah Dara dengan mengacungkan jempol dari belakang dan terus berjalan tanpa berbalik menghadap Dara.

***

Ketika memencet bel rumah Delta ia menemukan Aisyah yang membukakannya pintu. Padahal ia berharap bahwasanya Delta lah yang berada di posisi Aisyah. Melihat wajah kaget Delta rasanya sangat menyenangkan.

Damara dipersilahkan masuk dan dituntun Aisyah untuk duduk di meja makan. Sarapan tentunya, sembari menunggu Delta menampakkan batang hidung mungilnya.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang