PERGI {Exchap Series}

33.8K 3.3K 171
                                    

'Hati-hati'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Hati-hati'

***

"Udah sana masuk!"

Lima belas menit telah berlalu sejak keduanya tiba di depan pagar rumah Delta. Damara pikir ada sesuatu yang akan Delta sampaikan. Namun, nyatanyatidak ada satu kata pun yang keluar dari bibir mungil tersebut. Delta hanya menatap wajah Damara dengan intens.

"Gak mau... belum selesai," tolak Delta manja.

"Apanya?"

"Ngelukis muka kamu di dalam kepala aku," ucap Delta memberi alasan akan keenganannya memasuki rumah.

"Ha?" Damara bingung.

"Biar aku masih ingat muka kamu kalau udah gak ada di sini."

"Tiap hari ketemu masa masih gak ingat."

"Iya, tapi kan aku gak pernah bener-bener liat muka kamu. Mana berani," lirih Delta pada akhir kalimat.

"Kenapa gak berani?"

"Karena kamu galak!" Delta berkata dengan nada yang tinggi dan kesal.

"Karena jantung, muka, tangan, bibir, seluruh badan aku gak kuat kalau natap lama-lama," lanjut Delta dalam hati.

Delta tidak kuat jika melihat sosok Damara terlalu lama. Walaupun status pacar telah tertanam sejak 8 bulan yang lalu.

Sikap dingin Damara yang belum sepenuhnya menghangat membuat Delta terkadang membatasi diri. Tapi terkadang ia berusaha untuk berani dan bertindak sesuai keinginannya.

Respon Damara tidak buruk, ia bisa menyesuaikan dengan apa yang Delta perbuat. Entah itu dari sikap maupun ucapan. Terkadang Damara bersikap dan berucap melebihi Delta. Sampai-sampai Delta baper. Padahal Delta yang berniat membuat Damara demikian, namun ternyata Damara bisa memutar balikan keadaan.

Godaan atau bahan kebaperan yang Damara lemparkan dengan gayanya yang khas, yaitu datar, dingin, dan polos layaknya seorang yang belum pernah membina suatu hubungan membuat Delta meremang.

"Itu tegas, bukan galak," jelas Damara pada Delta yang kini mencebikkan bibirnya.

"Emang gitu sih, orang suka gak sadar diri," sindir Delta.

"Siapa?" tanya Damara polos.

"Oh itu ada anak tetangga sebelah. Orangnya gak sadar diri, untung cakep," bual Delta.

"Kamu jangan macam-macam ya," peringat Damara tak main-main. Matanya kini menajam, diikuti dengan rahang yang mengeras.

"Macam-macam apa?"

"Sama tetangga kamu. Awas aja kalau nanti pas aku balik ke sini kamu udah sama dia." Tanpa bantahan, itulah nada bicara yang Damara gunakan.

"Kalau dia bisa ngertiin aku, kenapa nggak," ucap Delta enteng tanpa memikirkan sekitar dan dampak yang ditimbulkan.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang