LIMA PULUH EMPAT

40.3K 3.3K 78
                                    

'Indah untuk menutup segalanya'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Indah untuk menutup segalanya'

***

Hari yang paling dinanti seluruh anak sekolah, tapi bagi Delta hari ini adalah keramat. Penentuan dan keputusan yang telah ditetapkan wali kelas akan diungkapkan.

Kalau ada tempat dimana ia bisa melarikan diri sejenak dari lingkungan itu, ingin rasanya Delta bersembunyi disana. Sebenarnysa ranking bukan apa-apa baginya, hanya bonus. Tapi mengingat ranking kali ini berkaitan akan hubungan yang sedang dijalaninya, menjadi ketakutan sendiri untuknya mengetahui fakta-fakta hari ini.

Ia tidak menutup mata ketika melihat Damara yang menghentikan motornya di kantor Batalyon Infanteri yang dipimpin papanya. Ia juga tidak menutup telinga ketika mendengar pembicaraan Damara dan Agam.

Ini pertama kalinya Delta menjalani suatu hubungan, namun entah kenapa banyak sekali cobaan dan tantangannya. Ia iri melihat hubungan teman-temannya yang mulus semulus pantat barbie.

Kalau ia tau jika menjalin hubungan hanya mendatangkan air mata, lebih baik ia tetap sendiri bukan? Hidup bebas dan enjoy seperti dulu kala.

"Stop!" titah Delta

"Kenapa?" Damara menghentikan motornya, tapi mesin masih menyala.

"Gatel" mengusap-usap lengannya.

"Makanya pake jaket," semprot Damara namun tetap memberikan jaketnya.

Mereka sepakat untuk melarikan diri dari euforia SMA Erlangga. Biarlah, mereka di sini. Ketidakhadiran mereka pun bukan masalah bagi guru. Absensi? Jelas tidak lagi berlaku. Tapi jikalau mereka datang ingin mengambil bukti hasil belajar selama satu semester, tidak akan diberikan. Hanya orang tua yang bisa mendapatkannya.

Entah kenapa beberapa tahun belakang ini sekolah kerap kali melibatkan orang tua. Apa guru ingin membeberkan kelakuan mereka di sekolah kepada orangtua? Sepertinya benar. Dulu ketika Delta masih berseragam putih biru, ia diomeli Aisyah sepulang dari sekolah, padahal ia mendapatkan peringkat pertama. Jelas ini terjadi karena ungkapan hati kepala sekolah maupun wali kelas.

"Aku kan gak tau kalau mau ke sini," tutur Delta.

Semak belukar tinggi nan tajam mengapit jalan mereka. jalan yang benar-benar sempit, lebih diperuntukkan untuk pejalan kaki seorang. Untung saja motor Damara cocok untuk segala kondisi. Jalan berpasir, becek, tikungan, turunan, tanjakan, dan banjir.

"Pakai jaket gak mesti pas ke sini. Sekolah juga, kalau hujan gimana?"

"Gak punya jaket," putus Delta. Malas meyahuti Damara lebih lanjut.

"Beli lah," sewot Damara.

"Gak punya uang, beliin dong...," goda Delta. Jika ucapannya di kabulkan Damara, ia akan berpikir puluhan kali untuk menerimanya. Ia tidak mau dalam hubungan ini berat sebelah.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang