TIGA PULUH EMPAT

41.8K 3.4K 174
                                        

'Good Looking vs Good at Heart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Good Looking vs Good at Heart

***

"Ada informasi penting yang mau gue bilang"

"Apa?" tanya Farhan penasaran.

Mereka tengah bersantai disebuah cafe di tengah kota. Tempat tersebut dipenuhi oleh muda-mudi yang asik dengan ponsel, walaupun duduk dalam satu meja dengan banyak penghuninya.

Niatnya hati hanya sebentar, sekedar upload story saat ini. Ingin mengatakan pada dunia akan keberadaannya saat ini. Namun pada akhirnya tenggelam dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Sering dilakukan oleh cewek-cewek.

"Berhenti dulu lah kalian main gamenya," pinta Sapta.

Kejadian yang paling sering dilakukan oleh cowok-cowok saat berkumpul ialah bermain game bersama. Ke cafe, beli es teh atau kopi panas lalu duduk dan bermain game sepuasnya. Intinya membeli minuman tersebut hanya sebagai alibi untuk mengakses Wi-Fi.

Namun mereka sedikit lebih makmur dan berkelas. Mereka tidak memesan es teh maupun kopi panas dari kopi tubruk yang diseduh dengan air panas. Melainkan kopi yang diracik dari biji pilihan sehingga tercipta cita rasa kopi yang nikmat.

Mereka hanya ingin menikmati suasana yang berbeda. Jika sekedar numpang Wi-Fi, di rumah Damara juga ada.

"Cepat, apaan!" Farhan meletakkan ponselnya yang menampilkan beranda game yang baru saja ia mainkan, dan diikuti oleh Damara.

"Tentang jati diri gue."

Sapta yang berucap dengan mimik wajah lesu dan lemah membuat temannya semakin ingin tau hal yang disembunyikannya.

Damara dan Farhan yang paham akan situasi agak mencekam akibat sebuah fakta yang akan segera meledak memilih diam dan menunggu Sapta melanjutkan ucapannya sendiri.

Tidak dipaksa. Mungkin saja yang akan dikatannya adalah sesuatu yang penting dan sulit untuk diungkapkan.

"Bibit, bebet, dan bobot gue yang sebenarnya. Lebih tepatnya bibit," kekeh Sapta masih dengan raut wajah menyedihkan.

"Gue sebenarnya blasteran, bukan orang Indonesia asli"

Hening

"Awalnya gue gak percaya, tapi setelah gue analisis, telaah, identifikasi, perhatikan pikirkan, dan melakukan pengamatan, ternyata memang benar."

Damara dan Farhan masih diam, namun kedua alis mereka kompak menyatu.

"Gue sering nemuin helaian rambut gue yang warnanya coklat kalau lagi ngaca. Kalian tau sendiri kan, kalau rakyat Indonesia warna asli rambutnya itu hitam bukan coklat."

Farhan memutar bola matanya, lalu meraih ponselnya yang terletak di meja. "Dama, lanjut."

"Gue belum selesai ngomong woi!" kesal Sapta.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang