EMPAT PULUH DELAPAN

36.1K 3.4K 117
                                    

'Ambyar'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Ambyar'

***

"Delta ayo berangkat," titah Agam pada Delta untuk segera menaiki mobil.

"Pa..." Delta memelas.

"Apa?! Masuk..." Tak ada kesempatan untuk membantah saat ini. Wajah Agam yang ketat dan suara yang tegas membuat nyali Delta ciut.

Ia tak menyangka akan seperti ini. kedatangan Agam semalam membuatnya dan Aisyah memekik senang sekaligus kaget. Belum sampai tiga bulan sesuai dengan perintah di atas, Agam sudah pulang. Tidak masalah, ia dan Aisyah mensyukurinya.

Kepulangan Agam kali ini tidak diselimuti tangis haru di bandara seperti sediakala ketika menghantarkan keberangkatan para TNI. Entah apa alasan tidak adanya sesi penjemputan prajurit TNI oleh ibu-ibu persit. Ia tak mau tahu, yang penting papanya pulang dengan keadaan yang baik. Bukan dengan jasad yang turut dilapisi bendera kebangsaan.

Namun ternyata kepulangan Agam menjadi boomerang untuk Delta saat ini. Dengan status yang tidak hanya menjadi anak dari Letkol Agam Lingga Samudera, namun juga pacar dari seorang Damara Hanif Khaeru.

Semua tidak akan berantakan jika Damara yang keras kepala itu sedikit mengurangi kerasnya kepala itu. Ia sudah memerintahkan Damara untuk tidak menjemputnya untuk menghindari kesalah pahaman dan kekagetan Agam sementara. Ia belum siap untuk mengungkapkan hal sebenarnya yang telah terjadi.

Tapi, sudahlah...

Beras sudah menjadi nasi, tidak bisa kembali di tanam untuk mendapatkan biji beras.

Dengan berat hati Delta membuka pintu mobil dengan mata yang tak lepas dari Damara yang berdiri di sana.

Ketika ia sudah masuk ke dalam mobil, Agam justru menghampiri Damara. Sungguh ia tak ingin mati penasaran karena tidak dapat mendengar pembicaraan mereka. Menurunkan sedikit kaca mobil tidak bisa ia lakukan, Agam mematikan mobil dan pintu turut terkunci untuk mengeluarkan diri dari delman besi.

***

Delta memasuki kelas dengan langkah gontai. Tidak ada semangat dan gairah seperti biasanya. Pagi-pagi harusnya mood-nya bagus karena masih fresh. Tapi pikirannya malah telah terkontaminasi.

Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

"Kusut amat tuh muka, kan bareng pangeran."

Tanpa memperdulikan Yara, ia membawa diri ke bangkunya. Ia cukup pusing dengan situasi sebelumnya, ditambah dengan meladeni Yara, yang ada otaknya terurai.

"Kok lo gak di anter pangeran sampe ke kelas?"

"Iya padahal gue dari tadi berdiri di depan kelas cuma buat nungguin lo" Tia tanpa permisi masuk ke pembicaraan.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang