'Berjalan bersama menyusuri masa depan'
***
Seperti ada angin tornado yang berhembus kencang, kuat, cepat, dan menyeramkan, Delta memasuki kelas dengan peluh dan napas yang memburu. Ia mendaratkan bokongnya dikursi dan melepaskan ransel dari punggung. Memutar badannya lalu meraih botol minuman yang terselip disaku tas.
"Lo kenapa? Kayak habis dikejar anjing" tanya Yara ketika melihat temannya yang tidak jelas.
Penampilan tidak begitu rapi dan sedikit acak-acakan. Padahal dipagi hari seperti ini anak sekolahan pada umumnya masih rapi, segar dan harum karena pembelajaran yang panjang dan menantang belum menerjang.
"Gakpapa," jawab Delta sambil menggeleng cepat.
Yara hanya mengangguk mendengar jawaban Delta. "Lo udah pr matematika? Gue nyontek ya..." Ia tidak punya banyak waktu saat ini untuk memikirkan hal lain, masih ada pr matematika yang belum ia kerjakan dibuku prnya.
Bagai ibu peri yang mengabulkan permintaan sang putri, tanpa menjawab Delta langsung menyerahkan buku prnya.
"Wahh Thank you...," riang Yara. Tidak biasanya Delta memberikan hasil pekerjaan begitu saja tanpa menceramahinya terlebih dahulu. Ingin rasanya Yara bertanya ada apa dengan Delta yang begitu baik hari ini. Tapi Yara takut jika setelah ia bertanya Delta malah mengambil buku pr miliknya.
"Delta! Bisa-bisanya lo berangkat ke sekolah bareng Kak Dama!?" Pekik Tia dari kejauhan. Ia memasuki kelas dengan berlari dan langsung menghampiri meja Delta.
Delta menunduk sembari memijat pelipisnya. Walaupun Delta yakin nantinya berita ini akan tersebar, tapi seharusnya tidak secepat ini.
Karena teriakan Tia, teman-temannya yang sudah datang ke sekolah lebih awal tadinya pasti tidak tau, kini menjadi tau.
Buktinya teman-teman sesama gennya langsung mengerumuni Delta. Jelas ingin tau. Jika biasanya yang mereka kerumuni adalah Tia, saat ini malah bertukar posisi. Delta yang menjadi narasumber.
Mengapa semua orang ingin tau permasalahan hidup orang lain. Baik jika setelah diceritakan akan diberikan masukan dan solusi. Tetapi yang didapat malah sebaliknya, kalau tidak digoda, dicemooh, dihujat, parahnya sampai diceritakan ke orang lain dengan ditambahkan bubuk cabe. Padahal bumbu penyedap rasa sudah cukup.
Pantas saja jika orang memakan mie instan suka ditambahkan banyak cabe, enak soalnya.
Yara menghempaskan pulpennya dimeja, ia menghentikan kegiatan menyonteknya. Ternyata ada yang lebih urgent daripada pr matematika. "Lo..." tunjuk Yara pada Delta. Tangannya masih melayang diudara dengan mulut yang terbuka. Tidak percaya akan fakta yang ada.
"Kenapa lo bisa bareng Kak Dama gue?!" serobot Tia dengan mengguncang tubuh Delta. Nada bicara Tia bukan seperti senior yang melabrak junior tetapi lebih kepada teman yang meminta penjelasan dengan tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAMARA [END]
Teen FictionAkan ada waktu dimana Senior tunduk pada Junior Damara Hanif Khaeru seorang Purna Paskibraka Nasional dan juga ketua Paskibra SMA Erlangga. Dikenal dengan sosok yang berprestasi namun buruk di kalangannya. Datar, dingin, cuek, kaku, bossy, dan tegas...