Aku meninggalkan kantor polisi dengan Taehyung. "Terima kasih." Aku membungkuk dan berteriak dengan lebih bersemangat, tapi aku benar-benar tidak berminat. Kantor polisi tidak jauh dari rumah Taehyung. Jika dia tinggal lebih jauh dari kantor polisi, apa dia masih ada disana sejauh ini? Mengapa orang tuanya memilih tinggal begitu dekat dengan kantor polisi? Dunia begitu tidak adil bagi anak yang bodoh dan baik hati ini. Aku meletakkan tanganku dibahu Taehyung dan dengan santai bertanya apa dia lapar. Taehyung menggelengkan kepalanya. "Apa petugas polisi menyambutmu kembali dan membelikanmu makanan?" Aku bertanya lagi, tapi dia tidak menjawab.
Kami berdua berjalan dibawah sinar matahari, tapi anginnya sedingin es seperti mencubit hatiku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya ketika aku merasakan rasa dingin di dalam tubuhku. Hatinya pasti merasa hancur dan terluka. Atau, Apakah hatinya masih tersisa? Berapa banyak penderitaan yang dia alami? Aku tidak bisa menatap matanya, jadi aku mengalihkan pandanganku ke atas. Sebuah pesawat terbang menabrak langit yang agak suram. Aku pertama kali melihat bekas luka dipunggung Taehyung pada saat di kontainer Namjoon. Aku tidak bisa bertanya pada diri sendiri ketika dia tersenyum begitu lebar dengan hadiah kaos baru untuknya.
Aku tidak punya orang tua. Aku juga tidak memiliki ingatan tentang Ayah, dan ingatanku tentang ibu berhenti pada usia 7 tahun. Aku mungkin memiliki lebih banyak luka yang terbuka mengenai keluarga dan masa kecil daripada siapa pun. Orang-orang selalu berkata begitu mudah sehingga kita perlu luka-luka kita, merangkulnya, dan menerimanya sebagai bagian dari hidup kita. Bahwa kita perlu berdamai dan memaafkan orang lain untuk terus hidup. Bukannya aku tidak menyadarinya. Bukannya aku tidak mau mencobanya. Tapi mencobanya tidak menjamin akan berhasil. Tidak ada yang mengajariku bagaimana caranya. Dunia memberi kami luka baru bahkan sebelum yang lama bisa sembuh. Tentunya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat terhindar dari luka. Aku sadar akan hal itu. Tapi apa kita benar-benar harus terluka sedalam ini? Untuk apa? Mengapa hal-hal ini terjadi pada kita?
"Aku baik-baik saja. Aku bisa pergi sendiri," Kata Taehyung di persimpangan. "Aku tahu." Aku memimpin jalan. "Aku benar-benar baik-baik saja. Lihat. Aku baik-baik saja." Taehyung tersenyum. Aku tidak menanggapi. Dia tidak mungkin baik-baik saja. Tapi begitu dia mengakui bahwa dia tidak baik-baik saja, dia tidak akan sanggup menanggungnya. Jadi dia mengabaikan kebenaran. Itu sudah menjadi kebiasaannya. Taehyung mengikutiku, dan memasang penutup kepalanya nya. "Kamu benar-benar tidak lapar?" Aku bertanya kepadanya ketika kami berjalan ke koridor luar yang menuju rumahnya. Dia tersenyum bodoh dan mengangguk. Aku tinggal sebentar dan mengawasinya berjalan menuju pintu dan akhirnya aku berbalik. Jalan yang dilaluinya dan jalan yang aku lewati sempit dan suram. Dia dan aku berjalan sendirian.
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
HYYH The Notes 1 [Terjemahan Indonesia] ✔
Fanfiction[COMPLETED] Terjemahan bahasa indonesia dari buku HYYH The Notes 1 (花樣年華 The Notes 1)