Aku menatap telapak tanganku. darah mengalir keluar. Tepat ketika kaki ku mulai menyerah dan aku hampir pingsan, seseorang meraih ku dari belakang. Sinar matahari masuk melalui jendela yang keruh. Kakakku menangis, dan Hoseok berdiri disana dalam diam. Seperti biasa, lantainya dipenuhi piring-piring kotor, barang sisa, juga selimut. Ayah sudah lolos dari kamar sebelum aku menyadarinya.
Kemarahan dan kesedihan yang tak terkendali yang muncul ketika mencaci pada Ayah yang masih segar dalam ingatanku. Aku tidak tahu apa yang menahan ku saat aku akan menikamnya. Aku tidak tahu bagaimana memadamkan api yang mengamuk didalam diriku. Aku ingin bunuh diri, bukan Ayah. Jika aku bisa, aku ingin langsung mati disana.
Aku tidak bisa menangis. Aku ingin menangis, menangis dengan keras, menendang dan menghancurkan segalanya. Tapi itu semua tampak diluar kendali ku. "Maaf, Hoseok, aku baik-baik saja. Silakan pergi saja." Suaraku terdengar kering dan tenang, bertentangan dengan pikiranku yang panik. Aku mengantar Hoseok pulang ke rumah tanpa kemauannya dan menatap telapak tanganku. Darah masih mengalir turun. Alih-alih menikam Ayah, aku malah menghancurkan botol di lantai. Botol itu pecah berkeping-keping dan menggores telapak tanganku. Dunia berputar ketika aku memejamkan mata. Otakku membeku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Haruskah aku hidup?
Setelah aku sadar kembali, aku mendapati diriku melihat nomor Namjoon. Bahkan dalam situasi ini, atau karena situasi ini, aku sangat merindukan Namjoon. Aku ingin mengaku padanya. Aku hampir membunuh Ayah yang membawaku ke dunia ini dan yang memukulku setiap hari. Aku hampir membunuhnya. Tidak, aku benar-benar membunuhnya. Tak terhitung jumlahnya. Aku membunuhnya berkali-kali di kepalaku. Aku ingin membunuhnya. Aku ingin mati. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tersesat. Aku hanya ingin melihatmu sekarang.
💜
KAMU SEDANG MEMBACA
HYYH The Notes 1 [Terjemahan Indonesia] ✔
Fanfic[COMPLETED] Terjemahan bahasa indonesia dari buku HYYH The Notes 1 (花樣年華 The Notes 1)