36.MLYL🎀 Janji

95 19 27
                                    

All pov

Tanpa memperdulikan umpatan umpatan yang keluar juga tatapan aneh dari sekitar, gue terus berlari memyusuri lorong rumah sakit yang entah kenapa sangat ramai hari ini.

Setelah mendengar kabar bahwa Ressi kecelakaan, gue langsung beranjak ke rumah sakit meninggalkan Fani tanpa sepatah kata pun. Biar lah dia marah nanti, karena yang terpenting sekarang adalah Ressi.

Tiba di depan UGD, gue liat disana udah ramai dengan sanak keluarga. "Resi gimana?" tanya gue seraya menatap satu persatu orang disana. Mommy menggeleng sedih. Lalu kembali terisak di dalam pelukan daddy.

"Masih ditangani dokter." jawab mama.

"Gimana bisa? " tanya gue.

"Nabrak tiang listrik karena menghindari anak kecil yang menyeberang jalan. " jelas papa.

Jujur gue khawatir banget, coba aja gue gak ninggalin dia pasti gak gini jadinya. Gue mendekat ke arah mommy yang masih saja menangis di pelukan daddy.

"Mom, maaf All lalai. " ujat gue pelan sambil menunduk. Mommy pegang pundak gue. "Gakpapa, bukan salah kamu All. " ujarnya. Gue cuma tersenyum tipis.

Tak berselang lama, pintu UGD terbuka. Menampilkan dokter Iren. Tante gue.

"Gimana keadaan anak saya? " tanya mommy. Dokter Iren tersenyum.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, hanya luka di dahi akibat benturan stir tapi tidak parah. Mungkin pasien harus dirawat dua tiga hari, karena kami masih harus memantau kesehantannya,terlebih benturan dikepalanya. Jika saat sadar pasien mengalami pusing berlebihan dan muntah muntah, kami akan melakukan penanganan lebih lanjut." jelas dokter Iren.

"Boleh dijenguk? " tanya daddy

"Boleh, setelah dipindahkan keruang rawat. "

****

Gue duduk di kursi sebelah ranjang Ressi. Menatap wajah yang tetap cantik walau bibirnya sedikit pucat. Sekarang disini cuma kita berdua, yang lain ada yang nunggu diluar ada juga yang kekantin.

Perlahan tangan gue bergerak mengelus rambut halus Ressi. Berharap dia sadar. Entah lah, dada gue sesek rasanya liat keadaan Ressi kayak gini.

"Euughhh."

Lehunhan Ressi membuat tanpa sadar senyum gue mengembang. Perlahan mata indah itu mengerjan terbuka.

"All. " panggil Ressi pelan. "Kenapa? ada yang sakit? Mana? "

"P-pu-sing." ujar Ressi terbatah.

"Gue panggil dokter dulu!" ujar gue seraya berdiri. Tapi sebelum gue beranjak, Ressi lebih dulu menahan tangan gue.

"Gak usah. " tolak Ressi. Gue mengangguk lalu kembali duduk.

Gue mengelus kepala Ressi. "Masih pusing? "

"Sedikit. "

"All. " panggil Ressi.

"Kenapa? "

"Haus. "

Gue ambil air minum di nakas, lalu menyodorkan nya kedepan mulut Ressi sambil mengangkat sedikit kepala Ressi dengan tangan satunya. Ressi mengangguk memberi kode bahwa ia selesai minum. Gue meletakan kembali gelasnya di atas nakas.

"All. " panggil Ressi pelan.

"Hm? "

"Maaf."

"hmm? "

"Soal kejadian di apartemen, itu-"

"Salah paham? " potong gue. Resi mengangguk.

"Gue maafin, tapi gue butuh penjelasan loh. " ujar gue, Ressi mengangguk. Lalu menjelaskan bahwa itu bukan seperti yang gue liat. Nathan juga gak cium Ressi. Lega, hati gue lega dengernya.

"Makasih udah ngertiin. " ujar Ressi.

"Iya."

"Boleh gue minta sesuatu? " tanya gue, Ressi mengernyit tapi tetap memgangguk.

"Jauhi dia! "

"Dia? "

Mantan loh, dan semua laki laki. "

"Loh, kok gitu! "

"Udah nurut aja, jangan ngebantah! " Tegas gue. Ressi mengangguk walau sangat terlihat ada keraguan disana.

"Emm All. "

"Hmm. "

"Pertanyaan loh lama itu, masih berlaku? "

"Pertanyaan yang mana? "

"Emm itu... masa lupa sih! "

"Yah bilang makanya biar gue inget! "

"Yang itu... Buat belajar.. .mem...."

"Mem? "

"Mencintai."

Oke gue inget sekarang.

"Loh mau? " tanya gue, Ressi mengangguk pelan.

"Loh... Juga kan? " tanyanya.

"Iya."

"Janji! " Ressi menyodorkan jari kelingking nya. Sunggu kekanakan, tapi gue tetap menautkan kelingking gue ke kelingking Ressi.

"Janji! "

Gue menatap lekat manik Ressi, Begitu juga Ressi. Seolah terhanyut dalam tatapan lembut Ressi, gue majuin wajah tanpa sadar, mengikis jarak diantara kita. Jarak bibir gue dan bibir Ressi hanya tiga senti. Sedikit aja gue majuin wajah, kedua bibir ini bertemu.

Seolah tak sadar apa yang gue lakuin. Gue menempelkan bibir gue ke bibir Ressi. Hanya menempel dengan mata yang terus menatap satu sama lain.

"Ekhem! "

Sial, disana, didepan pintu. Orang tua gue juga mertua gue beserta sanak saudara yang lain berdiri menatap kita dengan berbagai tatapan. Ressi sudah menunduk malu, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Jangan sekarang mesra mesraannya,Ressi baru pulih All. " ujar papa, membuat yang lain terkikik geli.

Ah, malunya gue! "

****

Hehe...
Dikit yah?...
Mahabqeun lah...

Next kah??






                                                TBC





                                                                                    PenulisRR:')
                                      Sabtu 17 Oktober 2020(19:51)

My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang