All pov
"All gak boleh! "
"Cuma sebentar Ress, kalo masalahnya udah kelar aku balik. Janji gak lama. "
Tadi pagi, papa telepon kalo ada masalah di kantor dan menyuruh gue datang ke kantor. Ressi sedari tadi merengek melarang gue pergi. Gue bingung dengan sikapnya akhir akhir ini. Sangat manja ya walau pun dulu juga manja, tapi tak semanja sekarang.
Ressi terus memeluk erat leher gue dan melingkarkan kakinya di pinggang gue. Mencoba menahan agar gue tak pergi.
"Sayang. " panggil gue. Ressi mendongak dengan bibir yang di manyunkan.
"Boleh ya? Sebe-"
"Gak! Gak boleh! " Ressi melesupkan wajahnya di ceruk leher gue. Gue merasakan leher gue basa juga bahu Ressi yang bergetar.
Nangis.
Entah kenapa Ressi menjadi sangat cengen. Di tegur biasa saja langsung menangis. Dan yang paling membuat gue heran kenapa setiap pagi Ressi muntah muntah?
Kalau di ajak periksa ke dokter, pasti ia menolak. Dan kalau gue memaksa, maka akan berakhir dengan tangisan Ressi.
Gue mencium puncak kepala Ressi. "Syth, jangan nangis. "
Ressi mendongak dengab mata sembabnya. "Makanya jangan pergi, " ujarnya.
"Jangan gini dong, biasanya kamu gak papa kalau aku pergi. Kan gak lama juga, jangan cengeng gini! " ujar gue sedikit jengah.
"Jahat, hiksss, hikss. "
Lihatkan, langsung menangis. Gue menggendong Ressi ke kamar lalu menurunkannya di kasur. Dengan paksa gue melepas pelukannya.
"Udah, diem di rumah. Aku pergi dulu. "
"GAK BOLEH! " Ressi berteriak marah.
"Jangan manja gini. Kantor lagi ada masalah! Tolong ngerti! " tegas gue sedikit membentak. Ressi diam sambil menunduk masih dengan tangisnya.
Gue pergi meninggalkan Ressi yang masih menangis. 'Tak apa dia marah, nanti bujuk saja dengan es krim' pikir gue.
****
Gue menghela nafas lelah. Masalah kali ini sangat rumit dan menguras tenaga. Kenapa bisa ada karyawan yang lalai begini?
Gue memijat pangkal hidung, kepala gue berdenyut nyeri. Berjam jam duduk di depan laptop sangat melelahkan. Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat. Dan sudah dipastikan Ressi akan marah besar.
Malam ini gue terpaksa lembur. Belum lagi di tambah pekerja papa yang juga harus gue selesaikan. Papa sedang kurang enak badan, maka dari itu gue yang menggantikan tugasnya juga mengurus masalahnya.
Hari semakin larut, namun masih banyak berkas berkas yang harus gue periksa. Tadi Brian, asisten sekaligus tangan kanan papa. Menawarkan membantu, tapi gue tolak. Juga tadi ia bilang anaknya tengah sakit.
Selesai.
Sekarang sudah jam sepuluh lewat. Gue bergegas membereskan berkas berkas lalu beranjak pulang. Gue cepat cepat menuju parkiran. Melajukan mobil dengan kecepatan lebih agar cepat sampai.
Namun, saat di tengah perjalanan. Kesialan menimpa gue, mobil gue tiba tiba mogok. Gue ingat kalo gue belum mengganti oli mobil. Gue merutuk dalam hati.
Hari sudah hampir tengah malam. Jalanan ini juga sepi. Ditambah dengan ponsel gue yang kehabisan baterai.
Double shit!
Sebuah mobil berhenti di depan gue. Lalu seseorang turun. Dan yah, gue tahu siapa dia.
"Ngapain loh disini? " tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA:).... "Jika cintamu hanya sekedar sandiwara, tak apa teruskan saja, setidaknya aku bisa merasakan cintamu walau hanya angan" Ressi--- ------------------------------------- "MAMAAA!!! RESI NGOMPOL!!! " All berteriak kaget meli...