All pov
"Udah bego! Loh udah minum bayak! " berang gue. Gimana enggak coba, ini udah terhitung gelas ke tiga belas yang Vano minum. Bahkan Criss dan Zion juga udah geram sama kelakuan Vano.
Gue sama ketiga sahabat gue lagi nongkrong di Nigth Club atas kehendak Vano. Dia cerita kalau hubungan dia sama Anjel lagi ada masalah. Sebenarnya gue kasihan juga melihat Vano kayak gitu. Selalu gagal dalam percintaan.
"Hubungan loh sama dia gimana All? " tanya Zion.
"Yah gitu. " jawab gue acuh. Criss berdecak kesal. "Maksudnya udah baikan belum?!" kesal Criss.
"Terus juga, hubungan loh sama mantan gimana? " tanya Zion. Gue menghembuskan nafas gusar, lalu menceritakan semua yang gue alami akhir akhir ini. Termasuk Ressi yang selalu nolak gue.
Zion dan Criss terbahak palan. Sedangkan Vano sudah tertidur di sofa seberang gue.
"Sabar bro, mungkin dia belum siap aja. " ujar Criss. Gue mengangguk acuh.
"Sekarang loh masih berhubungan sama Fani? " tanya Zion. Gue diam, meneguk sedikit wine lalu menyandarkan tubuh gue ke sandaran sofa.
"Masih. " jawab gue.
"Jangan egois bro, kalo loh masih mau sama Fani, ceraikan Ressi. Begitu pun sebaliknya, kalo loh maunya Ressi, jauhin Fani! " ujar Zion.
"Gue setuju kata Zion! " sahut Criss.
"Gue gak tahu, gue mau mereka berdua. Memilih satu diantara mereka adalah hal yang gak bisa gue jalani. Awalnya gue udah berniat mau milih Ressi dan melepas Fani. Tapi setengah hati gue gak rela, gue cinta dia, sayang dia. Tapi... Juga cinta dan sayang sama Ressi. Gue bingung!" terang gue.
"Jangan jadi laki laki pengecut! Kalo loh kayak gini terus, sama aja loh sakitin hati mereka berdua! Karena gue yakin, gak akan ada cewek yang mau cowoknya punya yang kedua! Bergitu pun cewek satunya lagi! Gak akan mau jadi yang kedua! Please! Jangan gini! kalo Ressi, Ressi aja! Kalo Fani, Fani aja!. " jelas Zion sedikit membentak.
"Aarrrkkkhhh, gue bingung! " geram gue sambil mengacak rambut frustrasi.
"Saran gue, loh lebih baik loh sama Ressi. Karena apa? Karena status kalian udah sah! Coba loh bayangin jadi Ressi yang menjanda diusia semuda dia. Apa loh gak kasihan? Gue gak bermaksud menjelek jelekan mantan loh, tapi. Fani gak sebaik yang loh kira! " Saran Zion.
"Maksud loh apa?! " tanya gue sedikit berang saat Zion menjelek jelekkan Fani, jujur gue gak terima.
"Suatu saat loh pasti tahu maksud gue." jawab Zion membuat gue semakin penasaran maksud perkataannya.
"Gue setuju sama sarannya Zion. Coba deh loh solat tahajud, minta jawaban sama Allah. Berdoa semoga dapat memilih demgan tepat! " usul Criss.
Gue tersenyum lalu mengangguk. Dalam hati gue bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Dengan cerita masalah gue ke mereka, beban gue sedikit meringan."Mending kita pulang, Ressi pasti khawatir sama loh. Dari kemarin gak pulang. Criss, loh sama gue bantu papah Vano, bawa dia ke apartemen gue aja!" ujar Zion.
"Ya, thanks! " ujar gue sambil tersenyum.
"Sans ae!" sahut Zion dan Criss berbarengan.
****
(22:15)
Gue tiba di apartemen, membuka pintu. Sedikit rasa bersalah hinggap di hati gue. Sejak kemarin malam Ressi nolak gue, gue gak pulang dan menginap di apartemen Zion setelah mengantar Fani pulang.
"Assalamualaikum!" salam gue. Tak ada sahutan. Gue melangkah menuju kamar, dan hal pertama yang gue liat saat masuk adalah Ressi yang duduk dilantai tepi kasur sambil menelungkup kan wajahnya di atas kasur.
Ressi belum menyadari keberadaan gue, dengan langkah perlahan, gue mendekati Ressi lalu berjongkok di sampingnya. Bahunya bergetar menandakan ia sedang menangis.
"Ress! " panggil gue. Ressi tersentak kaget. Lalu menghamburkan diri memeluk gue.
"Kamu kamana? Hikss... Kenapa gak pulang?! Hikss... Gak hikss tahu apa! Aku hikss khawatir! " tanyanya dengan terisak. Gue mengeratkan pelukannya.
"Maaf!" gumam gue pelan. Dengan gerakan pelan, gue melepas pelukannya. Menangkup wajahnya yang nampak sangat berantakan. Mata sembab dan sedikit membengkak, hidung merah juga juga bibir pucat. Membuat rasa bersalah menyeruak didada gue.
Perlahan gue mengangkat Ressi, duduk ditepi kasur dengan Ressi dipangkuan gue. Tangisnya sudah mereda.
"Dari mana? Kok bau alkohol?! " tanyanya.
"Tadi aku nongkrong di Club sama temen. " jawab gue.
"Kenapa gak pulang?!"
"Aku nginap di apartemen Zion. "
"Kanapa gak kasih kabar?! "
"Lupa. " cicit gue pelan.
"Lupa? Lupa kamu bilang?! Kamu gak tahu apa sepanik apa aku?! Aku khawatir All! Hikss! " berang Ressi lalu kembali menangis. Gue memeluknya, menyembunyikan wajahnya didada gue.
"Maaf. " Ressi melepas pelukannya dengan kasar.
"Selalu gitu! Berbuat salah terus minta maaf!-"
"Lah kan kalo aku minta itu kamu gak ngasih, yah maaf aja dong yang diminta. "
Plak!
"All bego! " gue miringis pelan saat lengan gue menjadi sasaran amarah Ressi.
"Sakit sayang. " protes gue.
"Sakitan mana sama hati aku?! " tanyanya sarkas. Gue menyengir.
"Cengar cengir cengar cengir! Kamu tuh yah! Aarrkhh, kesal aku! " kesal Ressi. Gue terbahak melihat wajah kesalnya. Sunggu, siapa pun yang melihatnya pasti akan gemas sendiri.
"Jangan ketawa! "
"Iya iya maaf, tidur yuk capek. " ajak gue.
"Mandi dulu! Kamu bau! "
Gue menyengir. " Yaudah, aku mandi dulu."
"Hm! "
TBC
PenulisRR:')
Rabu 4 November 2020 (19:31)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA:).... "Jika cintamu hanya sekedar sandiwara, tak apa teruskan saja, setidaknya aku bisa merasakan cintamu walau hanya angan" Ressi--- ------------------------------------- "MAMAAA!!! RESI NGOMPOL!!! " All berteriak kaget meli...