57.MLYL🎀 Curiga

106 11 58
                                    

All pov

Gue mengerjab lalu membuka mata. Sesuatu terasa melingkar di pinggang gue. Pusing menyerang membuat gue mengusap kepala. Gue melepas tangan yang melingkar di pinggang gue lalu berbalik.

Tapi, oh tunggu! Kenapa gue telajang?!

Deg


Apa ini. Mata gue yang bermasalah atau apa? Kenapa ada mantan? Atau karena gue rindu mantan makanya ada mantan di sini?

Gue mencubit pipi. Sakit! Ini bukan mimpi!!!

Otak gue mendadak bleng, ada apa ini. Pikiran kotor bergentayangan di otak gue. Dalam hati gue berdoa, semoga hal yang gue pikirkan hanyalah mimpi.

Dia, Fani. Menggeliat pelan lalu membuka matanya. Menatap gue dangan pandangan yang? Ah entahlah.

Lalu, dia menangis!

"Hikss, hikss. " Fani memukul dada gue sambil terisak.

"Fan? " panggil gue.

"Kamu jahat Edo! Kamu hiks rusak aku! "

Deg

"Ini mimpi kan Fan? " tanya gue. Jantung gue berdebar kencang. Rasa ketakutan menghantui gue.

"Mimpi?! Mimpi kamu bilang?! Setelah apa yang kamu lakuin ke aku tadi malam! Kamu bilang mimpi?! Hikss"

"Tolong jangan bilang ini nyata! Gue gak mungkin perkosa loh kan? " tanya gue takut takut. Pandangan gue menjadi kosong.

"Hiksss, iya! Kamu perkosa aku! Masa depan aku hancur! " isak Fani.

Sungguh, gue tak mengingat apa pun. Semua mendadak ilang. Tapi melihat keadaan gue juga Fani yang seperti ini membuat gue yakin, apa yang gue pikirkan benar benar terjadi.

Gue menatap Fani yang terisak. Gue bangkit lalu memungut pakaian gue yang berserakan di lantai. Sekilas gue lihat noda merah pada seprei. Oh no! Ini benar!

Setelah memakai kembali pakaian, gue duduk di tepi kasur sebelah Fani.

"Maaf, " hanya itu yang bisa gue omong.

"Gue gak ingat apa pun semalam. Maaf,"

Fani tak menggubris, tetap diam dengan isak tangisnya.

Pikiran gue teringat Ressi yang gue tinggal. Bagaimana gue jelasinnya? Apa Ressi marah?

Ah bodoh! Tentu saja dia marah! Apa lagi setelah tahu apa yang terjadi. Gue harus segera pulang.

Gue melirik Fani yang mencoba duduk sambil menutup tubuhnya menggunakan selimut. Gue memungut pakaiannya yang juga berserakan di lantai. Seganas itu kah gue di ranjang? Bahkan seprei keadaannya sangat kacau.

Gue membantu Fani memakai kembali pakaiannya.  Gue menggenggam kedua tangannya. "Fan, aku minta maaf. Sungguh ini di luar kendali aku. Bahkan aku gak ingat apa pun semalam, "

"Bisa kamu jelasin gimana kita bisa dalam keadaan begini? " tanya gue. Fani mengangguk.

"Aku ketemu kamu di bar dalam keadaan mabuk berat. Lalu kamu minta di antar pulang, aku iyain. Terus, waktu di jalan mau keluar kamu tiba tiba narik aku ke kamar ini. Terus hikss kam-kamu hikss" Fani terisak, tak sanggup melanjutkan ceritanya.

Gue ingat! Gue mabuk tapi tak sampai mabuk berat. Lalu ada orang kasih gue minuman yang ternyata di campur obat perangsang. Fani datang gue minta di antar pulang karena gue sudah tak tahan. Di jalan, gue pingsan. Lalu, inilah akhirnya!

"Maaf, aku tahu aku salah aku berengsek. Tapi tolong rahasiain ini dari Ressi. Jangan sampai siapa pun tahu. " ujar gue memohon.

Gue tahu gue berengsek, bukan tak mau tanggung jawab, hanya saja gue sudah punya Ressi. Dan yang pasti, gue sudah tak menyimpan rasa apa pun lagi pada Fani. Jika dulu, saat gue masih mencintai Fani. Mungkin gue akan tanggung jawab walau sudah punya Ressi.

My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang