63. MLYL🎀 kebenaran

112 9 41
                                    


All pov

Mengusap wajah kasar. Lelah. Gue lelah, lelah akan masalah yang tak kunjung usai juga ditambah adanya masalah kantor. Tadi, selama meeting gue hanya melamun dan mendapatkan ceramah dua jam non stop dari papa.

Belum lagi Ressi yang tak mau gue temui. Sudah beberapa hari ini gue ke rumahnya selalu di usir daddy. Dan surat perceraian yang di kasih daddy, tak gue tanda tangani. Jangankan tanda tangan, menyentuhnya saja enggan.

Suara pintu diketuk, lalu seseorang masuk. Ia berdiri di depan gue dengan wajah menunduk.

"Ada apa Jeral? " tanya gue.

Jeral, asisten pribadi gue. Terus menunduk. Tak biasanya dia seperti ini. Biasanya kalau gue bertanya, akan langsung di jawab dengan tegas olehnya.

"Jeral?! " sentak gue.

Jeral terkesiap, lalu berdehem pelan. "Saya, saya mendapat kabar tentang nona Ressi. "

"Kabar apa? "

"Nona Ressi, dia----"

******

Awan semakin hitam. Rintik air mulai turun, sesekali langit mengeluarkan bunyi yang memekakkan telinga. Hari ini benar benar suram. Sesuram hati gue.

Gue melangkah tergesa-gesa. Setelah mendengar kabar dari Jeral, gue bergegas ke rumah daddy. Memastikan apa yang Jeral katakan tidaklah benar. Tapi semua sirna saat mendengar jawaban dari asisten rumah daddy.

Terlamat!

Gue terlamat. Dia pergi!

Gue jatuh terduduk di halaman rumah daddy. Bunyi petir terdengar memekakkan telinga, seteres demi setetes air turun bersama luruhnya air mata gue.

Di bawah hujan yang mulai deras di sertai petir, gue menangis dalam diam. Menangisi hal yang sudah terjadi. Gue menyesal! Tapi semua sudah terlambat, Ressi pergi!

Tuhan!
Sebegitu besarkah dosaku sampai sampai kau memisahkan aku dari orang terkasihku? Aku tahu aku salah, tapi jangan pisahkan aku dari Ressi. Apa pun akan aku lakukan untuk menebus dosaku. Ku mohon kembalikan Ressi padaku.

*****

"Apa kau akan terus mengurung diri seperti ini? "

Gue tersentak kaget saat mendengar suara bariton itu. Menghela nafas, gue beranjak dari lantai lalu duduk di tepi kasur.

Papa ikut duduk di sebelah gue, menepuk pundak gue. "Jangan jadi pecundang seperti ini, papa tahu kau nak. Kau tidak akan berbuat hal semacam itu. Carilah kebenaran, " tukas papa All.

"Terlambat paa, Ressi pergi. " ucap gue putus asa.

"Kau mencintainya bukan? "

"Ya, sangat cinta. "

"Kalau begitu perjuangkan cintamu, " ucap papa All.  Gue menimang sejak ucapan papanya.

Benar, gue tak boleh jadi pecundang seperti ini. Gue cinta Ressi, gue sayang Ressi. Dan gue, harus berjuang.

"All akan cari bukti kalau All tidak berbuat hal itu. "

Papa tersenyum. "Jangan sebut kau anak papa kalau kau tak dapat memperjuangkan cintamu, nak! "

Gue berjalan tergesa. Bahkan gue menghiraukan panggilan mama. Membuka pintu, gue dikejutkan dengan kehadiran Criss. Wajahnya nampak kusut. Ada kantung mata di wajahnya. Bahkan penampilannya yang selalu rapi sangat berbanding terbalik sekarang. Baju yang dikeluarkan dan kemeja yang kancing atasnya sudah terbuka. Rambutnya bahkan sangat berantakan.

My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang