41. MLYL 🎀 Ketahuan!

74 15 24
                                    

All Pov

Udah delapan jam gue nunggu sambil mondar mandir di depan ruang operasi. Tadi saat sampai di dekat supermarket, sedang ramai ramai nya karena terjadi kecelakaan.

Jantung gue seakan terlepas dari rongganya, melihat korban kecelakaan itu Fani dengan darah disekujur tubuhnya. Sedari tadi juga ponsel gue terus berdering, tapi gue abaian. Seketika gue teringat Ressi yang gue tinggal di taman. Gue rogoh kantong mencari ponsel.

Terdapat enam belas panggilan tak terjawab jiga lima puluh empat pesan dari Ressi. Segera gue telepon balik Ressi. Tapi tak kunjung di angkat.

Pintu ruang operasi dibuka. Menampilkan sang dokter dengan wajah tak dapat gue artikan.

"Gimana keadaan Fani dok?! " tanya gue. Dokter yang gue liat namanya Rena dari nama tagnya itu menatap gue.

"Anda siapanya? " tanyanya. "Saya pacarya dok! " jawab gue.

"Apa ada keluarganya?" tanyanya lagi. Gue merutuki kebodohan gue karena lupa mengabari keluarga Fani.

"Gak ada. " jawab gue.

"Begini, pasien mengalami luka serius. Tangan kirinya patah. Kaki kanan mengalami keretakan tulang paha. Kepala pasien juga mengalami benturan keras hingga mengeluarkan banyak darah. Kami membutuhkan keluarga korban untuk donor darah. Golongan darah pasien O negatif. " jelas sang dokter. Kenapa parah banget.

"Saya hubungi keluarganya dulu! " ujar gue. "Tolong cepat,  pasien membutuhkan penangan segera!" gue mangangguk lalu segera menelpon orang tua fani.

Beberapa saat menunggu, akhirnya kedua orangtua Fani datang. Gue menjelaskan apa yang dokter bilang. Juga Fani yang butuh donor darah segera. Ayah Fani, Edwin. Segera mendonorkan darahnya.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.  Dan operasi baru selesai. Menurut penjelasan dokter. Fani sudah melewati masa kritisnya. Karena sudah larut malam, gue memutuskan buat menginap dirumah sakit. Sekalian menjaga Fani.

Didepan gue, orang yang gue sayang terbaring lemah dengan perban dimana mana. Sesak rasanya melihat orang yang kita cintai seperti ini. Gue genggam tangan Fani yang terbebas dari infus. Mengecupnya seklias. Sebelah tangan gue beralih mengusap pelan perban dikepala Fani.

"Jangan gini, bangun dong! "

"Kalau tahu begini lebih baik aku aja yang jemput kamu tadi!"

"Maaf aku lalai menjaga kamu! "

Berbicara tanpa mendapat jawaban. Hanya itu yang bisa gue lakukan. Berharap Fani mendengarnya. Gue tersentak saat mendapat usapan pada bahu gue. Tante Fera, ibunya Fani. Menatap gue seraya tersenyum walau nampak jelas kesedihan dimatanya.

"Fani kuat nak, jangan sedih! " ujarnya. Gue cuma bisa tersenyum paksa. Walau dokter mengatakan Fani belum siuman karena obat bius, tapi tetap saja gue khawatir.

"Kamu gak pulang?, ini udah malam. " tanya om Edwin. Gue menggeleng. "Edo mau jaga Fani om! " jawab gue.

"Udah ngabarin mama papa? " tanya tante Fera. Sekali lagi, gue merutuki kebodohan gue. Bukan karena tak mengabari orang tua gue, bukan. Tapi Ressi, gue belum mengabari Ressi. Gue yakin dia udah pulang ke apartemen. Tapi tetap gue khawatir karena Ressi takut sendirian. Mau pulang tapi Fani gimana?

"Do! " panggil tante Fera.

"Nanti Edo hubungi mama papa dulu, Edo titip Fani sebentar." ujar gue lalu beranjak keluar ruangan. Gue milih kekantin sekalian makan. Sedari siang gue belum makan. Setelah memesan makanan, gue mau menelpon Ressi dulu. Panggilan pertama gak di angkat. Pada panggilan ketiga barulah diangkat.

"Assalamualaikum Ress! "

"Waalaikumsalam. Kamu dimana? Kok gak ngabarin?!"

"Aku lagi dirumah sakit, tadi temen aku kecelakaan."

"Astagfirullah, tapi kenapa baru ngabarin sekarang sih?! Gatau apa orang khawatir! "

"Maaf, kamu tidur sendiri malam ini gakpapa kan? "

"Gakpapa, aku juga dirumah mommy."

"Baguslah."

"Ohya All, aku kesel banget tahu! "

"Kesel kenapa? "

"Tadi waktu kamu tinggalin aku ketemu sama mamanya Anjel, masa dia ngeraguin aku anak kandung mommy sama daddy. Terus juga waktu mau pulang aku digangguin sama preman! "

"Hah, kok bisa."

"Yah bisa, aku kan pulangnya jalan kaki! "

"Kenapa gak naik taxi aja? "

"Gak ada uang! Juga taxinya gak ada yang lewat! Untung ada daddy yang bantuin!"

"Emmm... Yaudah, sekali lagi aku minta maaf yah."

"Iya gakpapa. "

"Ngomong ngomong, siapa temen kamu yang kecelakaan? "

Gue jadi bingung sendiri ini. Mau jujur gimana bohong juga gimana.

"Zi--Zion Ress. "

"Yaudah aku tutup yah, kamu tidur udah malam, gak baik begadang! " lanjut gue.

"Yaudah, Iya. Assalamualaikum! "

"Waalaikumsalam!"

Maaf gue bohong Ress...














                                            TBC







PenulisRR:')
Senin 26 Oktober 2020 (18:21)








My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang