42. MLYL🎀 Kemarahan Ressi

78 14 21
                                    

Ressi pov

Hari ini, gue memutuskan buat bolos sekolah. Gue mau nganterian makanan untuk All sekalian jenguk temen All yang gue tahu itu salah satu sahabatnya. Dikarenakan gue gak bisa masak, gue minta tolong sama mommy untuk dimasakin makanan kesukaan All.

Tadinya gue pengen pergi sendiri, udah lama juga gak nyetir. Tapi daddy kekeh mau ngantar. Gue sama daddy lagi dalam perjalanan kerumah sakit.

"Hubungan kamu sama All gimana? " tanya daddy tanpa menoleh dan tetap fokus menyetir.

"Alhamdulillah makin baik dad, Ressi juga nyaman sama All. Dia baik juga perhatian dan baik banget! " jawab gue antusias.

"Yakin kamu All orangnya baik? " tanya daddy. Gue mengernyitkan dahi bingun. Maksudnya apa daddy nanya gitu.

"Yakin kok dad." jawab gue. "Kok daddy nanya gitu? " tanya gue. Daddy menggeleng. "Gakpapa! "

Setelahnya tidak ada percakapan lagi. Hanya suara musik yang terdengar. Beberapa saat menempuh perjalanan, kita sampai dirumah sakit. Kalau nanya gimana gue bisa tahu rumah sakitnya, jawabannya daddy. Entah bagaimana daddy bisa tahu.

Gue berjalan beriringan dengan daddy. Dengan rantang makanan di tangan kanan gue. Saat melewati taman, langkah gue terhenti tatkala melihat sosok yang gue cari duduk di kursi taman dengan perempuan disebelahnya.

Gak mungkin All selingkuh kan?!. Perlahan langkah kaki gue mendekati dua sejoli itu. Seketika, mata gue terbelalak kaget melihat adegan didepan gue.
Sesak rasanya, dengan nafas memburu, gue menghampiri kedua sejoli itu dan melempar rantang yang gue bawa hingga mereka menghentikan aktivitas mereka dan menatap gue kaget.

****

All pov

Pagi ini gue terbangun saat mendapati usapan dikepala gue. Senyum gue tak bisa ditahan melihat orang yang gue tunggu membuka matanya kini menatap gue dengan senyum manisnya.

"Maaf aku ketiduran, kamu udah lama bangun? Ada yang sakit? Mau aku panggilin dokter? " tanya gue. Fani terkikik pelan. "Subuh tadi, gak ada yang sakit kok. Cuma rada kaku aja tangan sama kakinya. " jawab Fani. Gue tersenyum lega.

"Ohya, kamu gak mandi ya? " tanya Fani sambil tertawa. Gue menggaruk tengkuk kikuk seraya menyengir kuda lalu menggeleng.

"Yaudah kamu mandi gih! Tadi juga aku udah bilang sama ibuk untuk bawa baju untuk kamu! " ujar Fani. "Yaudah aku mandi dulu, kalau perlu sesuatu panggil aku atau suster! " Ujar gue, Fani mengangguk saja.

Setelah selesai mandi, gue duduk dikursi sebelah ranjang Fani sambil memegang semangkok bubur. Gue mengarahkan sesendok bubur ke depan mulut Fani, tapi dia malah menggeleng.

"Harus makan biar cepat sehat Ni! " ujar gue. Lagi lagi Fani menggeleng. Gue menghela nafas sabar.

"Ketaman mau? " tanya gue. Fani mengangguk. "Tapi harus makan dulu! " ujar gue.

Fani mendengus kesal. "Yudah aku mau makan tapi makannya ditaman! " tidak ada cara lain, gue cuma mengangguk menyetujui.

Setelah sampai ditaman. Kita duduk bersisihan dikursi taman. Gue menyuapi Fani dengan telaten, hingga pertanyaan yang keluar dari mulut Fani menghentikan pergerakan gue.

"Kamu gak mau gitu, nikah sama aku? "

"Makan lagi yah. " ujar gue mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Jawab dulu! Kita kan bentar lagi lulus, kamu juga tahu kalau aku kepingin nikah mudah! " kekeh Fani.

"Kamu cinta sama aku kan? " tanyanya.

"Kamu tahu jawabannya Ni! "

"Yaudah, setelah lulus kita nikah yah! "

"Gak bisa Fani! " Mata Fani mulai berkaca kaca, membuat gue merasa bersalah karena membuatnya menangis.

"Gini, kamu pasti punya cita cita kan? Emang kamu gak mau wujudtin cita cita kamu? Aku pun begitu!" jelas gue.

"Kamu tahu Do! cita cita terbesar aku itu nikah sama kamu! Dicintai sama kamu! Hidup bahagia sama kamu! " gue tertegun mendengarnya. Gue menatap Fani dalam begitu pun Fani.

Entah keberanian dari mana, gue menarik tengkuknya lalu menciumnya. Fani pun membalas apa yang gue lakuin. Hingga suara bantingan menghentikan semuanya.

Tahu siapa yang melempar, seketika mata gue terbelalak kaget. Didepan gue, Ressi dengan berurai air mata memandang penuh amarah.

"Berengsek!!! " makinya.

"Ressi! " kaget gue.

"Loh bohongin gue! Loh khianatin gue keparat! " makinya lagi, membuat kita menjadi tontonan orang orang. Gue mencoba meraih tangannya tapi suara yang teramat penuh penekanan menghentikan pergerakan gue.

"Jangan sentuh putri saya! "

Ujar daddy sambil menghampiri kita. Gue tak bisa berkata kata lagi. Pikiran gue kalut sekaligus takut.
Daddy menarik Ressi menjauh. Saat gue mau mengejar, sebuah tangan menghentikan gue.

"Dia siapa? " tanya Fani dengan suara bergetar. Membuat rasa bersalah semakin kentara gue rasakan. Gue menggenggam tangan Fani, menunduk. Tak kuasa menatap matanya yang sekarang berurai air mata.

"Maaf! " gumam gue.

"Dia siapa?! " tanyanya lagi.

"Dia, aku. Itu."

"Jawab Edo! " bentaknya.

"Dia... Istri aku Fani. Maaf, maaf, maaf! " ujar gue. Fani melepas paksa genggaman tangan gue.

"Anterin gue masuk! " suruhnya. Gue mengangguk lalu memapah Fani duduk dikursi rodanya.

"Kenapa jadi begini! " batin gue...

Ingin rasanya gue menangis, melihat bagaimana terlukanya dua orang yang gue cintai menangis karena gue. Tapi gue gak boleh lemah!





                         

                                          TBC



PenulisRR:')
Senin 26 Oktober 2020 (19:19)

My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang