55.MLYL🎀 Memaafkan

77 14 32
                                    

Ressi pov

(06:16)

Gue bangun dengan tergesa gesa menuju kamar mandi. Gue membungkuk di wastafel lalu memuntahkan isi perut gue. Entahlah, perut gue terus bergejolak. Sudah seminggu ini terus seperti ini. Terasa ada yang memijat tengkuk gue dan sudah pasti itu All. Walau sikapnya masih dingin, tapi ia tetap peduli pada gue.

"Masih mau muntah? " tannyanya. Gue menggeleng lalu mengalungkan tangan gue ke lehernya dan melilitkan kaki gue di pinggangnya. All langsung menggendong gue seperti koala.

All duduk di tepi ranjang dengan gue yang duduk dipangkuannya. Gue bersandar pada bahunya. All mengusap punggung gue.

"Kedokter ya? " tawar All.

"Gak mau. "

"Panggil dokternya kesini aja? "

"Enggak. "

"All mual hiks, " adu gue pada All.

All menghela nafas sabar. " Berobat gak mau! Terus ngerengek mual! " omelnya.

Entah gue yang lebai atau apa, gue langsung menangis saat All memarahi gue. Gue menyembunyikan wajah gue di bahu All dan terus menangis. All terus mengusap punggung gue tanpa berucap apa pun.

"All. " panggil gue.

"Hm? "

"Mau sesuatu. " pinta gue.

"Apa? " tanyanya.

"Mau maaf. " cicit gue.

"Hah? "

"Jangan marah lagi, maafin aku. Ya? " pinta gue. All mengusap air mata gue lalu mengangguk.

Gue memeluknya. " Makasih! " ucap gue. Lagi lagi All mengangguk saja.

"Sarapan yuk? " ajak All. Gue menggeleng. "Nanti mual lagi. " cicit gue.

Selama seminggu ini apa pun yang gue makan akan berakhir di toilet. Entahlah, perut gue menolak semua makanan yang gue makan. Dan berakhirlah dengan gue yang demam.

"Aku masakin bubur mau? " tawar All. Berfikir sejank lalu mengangguk.

"Kamu tunggu-"

"Ikut! " potong gue sambil mengeratkan pelukan di leher All. Lagi, All mengela nafas sabar. All menggendong gue menuju dapur lalu mendudukan gue di kursi meja makan.

All mulai memasak dengan lihai. Pintar masak, soleh, penyabar, penyayang, tampan, dan mapan. Betapa beruntungnya gue memiliki suami seperti  All. Sungguh paket yang komplit.

Bubur yang All buat telah siap. All menghidangkannya diatas meja. Lalu ikut duduk disebelah gue.

"Makan! " titah All saat melihat gue hanya memandang bubur itu.

"Suapin! " pinta gue. Lagi dan lagi, All menghela nafas sabar. All menggeser buburnya lalu mengambil bubur gue dan mulai menyuapi gue dengan sabar. Sangat sabar karena gue makan selalu dengan gerakan slow motion. Walau ini bubur tak perlu dikunyah, tetap saja satu suapan perlu waktu dua sampai tiga menit untuk gue menelannya.

"Yaudah, habis ini istirahat biar besok baikan. Aku mau kekantor papa sebentar. "

"Ikut! "

"Jangan! "

"Gak mau tahu! Aku ikut! " kukuh gue sambil bersedekap tangan.

"Kamu lagi demam. Jangan! " tegas All.

Sudah gue katakan kalau gue yang sekarang lebih sensitif. Gue menunduk sambil menangis. "Hikss.."

Lagi, lagi dan lagi. All mengela nafas sabar. All membawa gue dalam pelukannya.

"Jangan nangis, aku gak jadi pergi." ujar All. Gue mendongak menatap All. "Beneran? " tanya gue memastikan. All mengangguk. "Iya."

"Makan lagi! " All mengarahkan sendok kemulut gue. Dengan cepat gue membekap mulut gue dengan tangan.

"Makan Ressi! " gue menggeleng masih dengan membekap mulut.

"Kalo gak makan aku pergi! " ancam All.

"Jangan! "

"Makanya makan! "

"Gak mau All, kenyang! " tolak gue.

"Kenyang dari mana, makan baru lima sendok! "
Gue mendengus kesal.

"Ayo buka mulut! " All mengarahkan sendoknya. Gue diam sambil menatap All kesal.

"Makan! " gue menggeleng tegas. "Gak! "

Entah sudah berapa kali All menghela nafas sabar. "Habis ini kita beli es krim, " tawar All.

Gue tersenyum senang. "Ayok beli es krim!" ajak gue.

"Makan dulu! " ujarnya.

"Gak mau All, mau es krim! " gue menarik tangan All. Tapi All tak bergeming sama sekali.

"All ayok! "

All menarik gue lalu mendudukan gue dipangkuannya. "Makan dulu baru beli es krim! "

"Aku mau es krim! "

"Iya es krim, tapi makan dulu! " gue menggeleng lalu bersandar di dada All.

"Ressi! "

"Gak mau All!"

"Yaudah! Gak jadi beli es krim! "

Lagi, gue menangis. "Kamu kok gitu?! "

"Makanya makan dulu! " All menghapus air mata gue.

"Makan ya? " lagi, gue menggeleng. Dan lagi lagi, All menghela nafas sabar.

"Mau makan sup ayam. " ujar gue.

"Yaudah, aku buatin dulu." ujar All.

"Maunya mama yang masakin! "

"Kan sama aja, aku belajar buat sup dari mama. "

"Gak mau All, maunya mama yang masakin."

"Yaudah, ayo! Kita keruma mama! "

*****

Rumah mama

"Nah udah matang," seru mama sambil menghidangkan semangkok sup di depan gue. Gue melirik sejenak mangkok sup dengan asap yang masih mengepul.

"Ayo di makan, katanya mau sup! " ujar All.

Gue menunduk. " Mau disuapin mama, " pinta gue.

Mama terkekeh pelan lalu duduk di kursi sebelah gue. "Sini mama suapin."

"Papa mana, ma? " tanya All.

"Dikantor, nanti sore baru pulang. " jawab mama.

Setengah mangkok sudah gue habiskan supnya. Gue menggeleng saat mama menyuapi gue lagi.

"Loh kenapa? " tanya mama.

"Kenyang. " jawab gue.

"Yaudah."

"Mama mau pergi arisan. Kalian gak papa kan ditinggal? " tanya mama. Gue mengangguk, lalu menyalimi mama, begitu juga dengan All.

*****

Gue duduk dipangkuan All seraya menonton kartun kesukaan gue. Upin Ipin. Dengan toples kacang yang tinggal setengah dipangkuan gue.

"All, " panggil gue.

"Kenapa? " tanya All

"Ngantuk. " gue meletakkan toples kaca di sebelah gue lalu berbalik menghadap All masih dengan duduk di pangkuannya.

Gue bersandar di bahu All, tangan gue memeluk lehernya erat. All mengusap kepala gue membuat gue semakin mengantuk. Tak lama kemudian, gue terlelap di pangkuan All.










                                           TBC






penulisRR:')
Sabtu 28 November 2020 (19:39)

My Love Your Love [Tamat] (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang