Tidak bisa memiliki

368 42 1
                                    

Nayara Maheswari, terlihat sedang berjalan di koridor seorang diri sesudah dari toilet. Pembelajaran sedang berlangsung, maka dari itu koridor terlihat sangat sepi dan juga gelap karena tidak ada kelas di sekitarnya hanya ada ruangan eskul saja.

Jujur, sedari tadi ia merasakan ada yang mengikuti dari belakang. Naya mempercepat langkah agar cepat sampai ke kelas. Tubuhnya terlonjak kaget ketiga ada tangan menahan bahunya.

"Naya," panggil seseorang. Naya membalikkan tubuhnya penasaran, walaupun ia merasa sangat takut.

"Aldo?" kaget Naya.

"Hai, gue nakutin lo ya?" ucap lelaki bernama lengkap Aldo Alfian.

"Nggak ko," jawab Naya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue cuman mau mastiin aja itu lo apa bukan, ternyata bener."

"Oh, Aldo gue ke kelas dulu ya?" pamit Naya hendak pergi namun tangannya ditahan. Naya kembali menoleh menatap Aldo bingung.

"Kenapa ya Do?"

"Lo gak ada niatan putusin Elvano?" raut wajah Naya berubah menjadi datar. Selalu ditanyakan seperti itu jika bertemu. Aldo sedari kelas 10 selalu mengejarnya namun ia selalu menolaknya dan memilih Elvano. Alasan lain ia menolak juga karena Aldo itu terkenal dengan sikap yang kasar.

"Nggak."

"Kenapa?" tanya Aldo sembari mencengkram tangan Naya membuat perempuan itu meringis kecil.

"Sakit Do."

"Jawab gue kenapa Nay? Kenapa lo gak pernah bisa nerima gue! Lo malah lebih milih Elvano!"

"Lepasin, tangan gue sakit Aldo." Naya berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Aldo dengan kuku sudah menancap di kulitnya.

"Jawab dulu!!" Nada suara Aldo meninggi. Tubuh Naya menegang saat itu juga.

"Gue gak suka cowok kasar!" jawab Naya memberanikan diri menatap mata lelaki itu. Akhirnya Aldo melepaskan cengkraman ketika mendengar jawaban Naya. Sedangkan Naya sudah mengelus tangannya yang terasa perih.

"Gue gak suka cowok kasar kayak lo Aldo, gue benci! Kenapa gue pilih Elvano? Karena dari dulu gue suka sama dia dan dia selalu nganggep gue benda paling berharga yang harus dia jaga. Gak kayak lo, nyakitin!" Setelah mengucapkan itu, Naya berlalu pergi meninggalkan keterdiaman Aldo mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Naya.

Kedua tangannya mengepal lalu menatap punggung yang mulai menjauh itu dengan seringaian di wajahnya.

"Kalau gue gak bisa milikin lo, maka Elvano juga gak bisa milikin lo. Impas," gumam Aldo kemudian berlalu pergi.

***

Bel istirahat mulai berbunyi, guru yang mengajar segera mengakhiri pelajarannya dan berlalu pergi dari kelas. Begitupun dengan siswa-siswi yang sudah menuju kantin untuk mengisi perut mereka.

"Wah gila sih, si El masa satu kelompok sama Luna?" ucap Fiza pelan pada Naya.

"Cuman kelompok Za," balas Naya.

"Dia kayaknya suka deh sama El, liat aja kegirangan banget sampe senyum mulu," nyinyir Fiza menatap Luna di depannya.

"Gak boleh nuduh dulu Fiza, kebiasaan deh." Fiza memutar bola matanya malas mendengar ucapan Naya.

"Elvano ayo jajan!!!" ajak Fiza akhirnya.

"Bentar!" balas Elvano kesal yang sedang mencatat tulisan di papan tulis.

"Lo sih so-soan gak nulis, eh ternyata dikumpulin mampus lo!" Fiza dan Naya menghampiri meja Elvano.

"Bacot!" Tangan Elvano menulis sangat cepat sampai-sampai tulisannya terlihat tidak rapih.

"El, liat tuh tulisannya sampe gak kebaca gitu," tegur Naya.

"Gapapa asal ngerjain."

"Elvano! Nulis yang bener kan itu buat catatan lo juga, nanti ujian ma---"

"Iya sayang iya," sahut Elvano agar perempuan itu menyudahi ocehannya.

"Dengerin dulu! Bukannya dipotong!" kesal Naya.

"Udah yee!" Elvano berjalan menuju meja guru dan menyimpan bukunya disana.

"Ayo!" ajak Elvano.

"Ehm Elvano," ujar seseorang mendekati Elvano yang menatap orang itu bingung.

"Kenapa ya Lun?"

"Lo mau gak ke kantin bareng gue?" ajak Luna terang-terangan. Hal itu pula membuat Fiza dan Naya terkejut mendengarnya.

"Gimana ya Lun, gue bareng sahabat gue soalnya," ucap Elvano menggaruk tengkuknya tidak gatal.

"Gue mau ngomongin soal kerja kelompok kita doang ko."

"Tapi Lun...," Elvano menggantung ucapannya, ia menatap kedua perempuan itu dengan tatapan bingung.

Naya menghela nafasnya kasar lalu berjalan mendekat. "Lo sama Luna aja El, itu juga buat kelompok lo juga kan? Gue biar sama Fiza." Setelah mengucapkan itu Naya menarik tangan Fiza keluar kelas.

"Makasih Naya!" girang Luna sedikit berteriak.

"Ayo Elvano!" Luna tanpa malu menarik tangan lelaki itu dengan senyuman tak luntur di wajahnya.

Elvano? Tentu saja ia merasa sangat risih akan perlakuan Luna.

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang