Seorang perempuan berlari tergesa-gesa di koridor dengan keringat bercucuran di dahinya. Raut wajah perempuan itu menunjukkan ketakutan yang amat sangat, sesekali melirik ke belakang.
Sampai akhirnya menabrak sesuatu yang keras di depannya. Ia mendongak melihat siapa itu.
"Aldo..."
***
Naya berjalan lunglai memasuki kelasnya, ia menduduki kursi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Wajahnyapun memucat dan tatapannya menjadi kosong.
"Nay, lo gak papa?" tanya Fiza khawatir namun tak dari jawaban dari sahabatnya.
"Naya!" Fiza mengguncang-guncangkan tubuh Naya.
"Apa?" jawab Naya menatap Fiza kosong.
"Lo kenapa? Luna ngomong apaan?" Naya hanya menggelengkan kepalanya.
"Ngomong sama gue Nay, biar gue bejek-bejek tuh si Luna!" Mendengar namanya, Luna membalikkan tubuh menatap Fiza tajam.
"Apa lo?" tantang Fiza. Luna hanya mencebik kesal lalu kembali menghadap ke depan.
"EL PACAR LO NIH!" Elvano yang sedang mengobrol bersama teman langsung menghampiri Naya panik. Ia menangkup kedua pipi Naya.
"Lo kenapa sayang?"
"Naya, kenapa? Soal orang tua lo?" Naya menatap manik mata Elvano. Bulir air mulai keluar dari pelupuk mata Naya, tangannya bahkan sudah gemetaran.
"Gue takut El," ucap Naya sangat pelan.
"Lo bilang apa Nay?" tanya Elvano. Elvano melepaskan tangannya dari pipi lalu menatap perempuan itu terheran.
"Lo kenapa sih Nay? Bilang kalau ada apa-apa!" sahut Fiza.
"Lo kalau diem gini mana kita ngerti!!" Naya menatap Fiza dengan tatapan sulit diartikan.
"Itu yang di belakang ada apa?" sahut Pak Andra membuat Elvano segera kembali ke kursi begitupun dengan Naya yang sudah menghadap ke depan.
"Ada apa?" tanya Pak Andra lagi.
"Nggak Pak," jawab Fiza.
"Yasudah, jika ada apa-apa kalian bisa bicarakan dengan saya. Karena rapat selesai lebih cepat, Bapak bisa masuk ke kelas ini. Sekarang buka buku paket bab 1." Semua orang menuruti perintah Pak Andra sedangkan Naya masih terdiam dengan tangan gemetar di bawah meja.
***
Sudah berhari-hari Naya tidak masuk sekolah, dia seakan-akan menghilang tanpa kabar. Hal itu membuat Fiza dan Elvano merasa khawatir. Kemarin mereka mendatangi rumah Naya, namun rumah itu kosong tidak ada penghuni satupun. Bahkan mereka berkali-kali menghubungi perempuan itu, tapi tidak aktif sama sekali.
"Naya hari ini bakal masuk gak ya?" tanya Elvano.
"Semoga aja."
"Gue takut dia diapa-apain sama orang tuanya!"
"Jangan suudzon dulu eh!"
"Habisnya dia gak pernah kayak gini Za, lo liat terakhir kali muka dia pucet banget. Mungkin ada sesuatu di rumahnya." Keduanya terdiam sembari memikirkan keadaan Naya.
Seorang perempuan memasuki kelas dengan kepala menunduk tanpa ada semangat. Melihat itu, Fiza dan Elvano segera menghampiri.
"Naya!" Fiza mendekap tubuh Naya erat.
"Lo kemana aja sih? Ngilang tiba-tiba!! Gue khawatir tau," ujar Fiza mencurahkan isi hati.
"Maaf buat kalian khawatir." Fiza melepaskan dekapannya. Dahinya berkerut melihat raut wajah Naya.
"Lo kenapa Nay? Ada masalah?"
"Gue gak papa," balas Naya segera menduduki kursinya.
"Nay," panggil Elvano menggenggam tangan Naya lembut. Naya hanya menatap mata Elvano tanpa membuka suara.
"Lo ada masalah hm?" Naya menggeleng lemah. Tapi tangannya sudah gemetar saat ini di dalam genggaman.
"Bilang sama kita Nay kalau ada apa-apa!" sahut Fiza.
"Gue gak papa Za."
"Lo selalu gitu! Kenapa sih gak bisa terbuka sama kita?"
"Kalian gak usah tau," ucap Naya datar. Fiza menatap Naya tidak percaya.
"Nay ko gitu?" ujar Elvano.
"Lo jangan kayak gitu Nay, gue lama-lama muak sama kelakuan lo yang so main rahasia!"
"Gak semua hal bisa diucapin ke kalian. Hal ini cukup gue yang tau."
"Terserah!!" Fiza membawa tasnya ke kursi depan yang kosong karena sedang tidak hadir.
"Maaf El, sebaiknya lo gak usah tau tentang ini," ucap Naya tersenyum kecil berusaha meyakinkan. Sedangkan Elvano hanya bisa menghela nafansya kasar kemudian kembali ke kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Teen FictionIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...