Sudah 2 minggu Naya koma, seakan-akan nyaman dengan mimpi panjangnya. Orang-orang terdekat Naya selalu berharap agar kondisi perempuan itu semakin membaik, namun yang terjadi malah sebaliknya. Kondisi Naya memburuk hari demi harinya.
Kini Andin dan Elvano memasuki ruangan ICU. "Naya, anak Mamah. Kamu kapan bangun?" ucap Andin.
Di dalam hati Elvano menggerutu, 'Lah sekarang nganggap anak, kemarin-kemarin pas masih sadar kemana aja?'
"Naya jangan buat kita semua khawatir."
"Kamu kuat sayang, ayo bangun." Andin menggenggam tangan Naya erat. Air matanya sudah turun.
Liat Nay, sekarang orang tua lo udah nganggep lo ada.
Kedua sudut bibir Elvano tertarik kemudian mendekat ke sisi lain. Ia mengelus pipi tirus Naya lembut. Elvano membisikkan sesuatu,
"Bangun cantik, gue rindu ocehan lo. Gue rindu mata dan senyum cantik lo. Kita semua mengharapkan lo bangun. Jadi jangan mengecewakan mereka yang selalu nungguin lo bangun."
Elvano menjauhkan wajahnya. Di depannya ibu Naya masih setiap menatapi wajah anaknya yang pucat pasi.
Lengkung di bibir Elvano menghilang ketika melihat layar monitor menunjukkan garis lurus bersamaan dengan suara nyaring. Tubuhnya seketika menegang, berusaha memahami apa yang terjadi. Andin segera memencet tombol interkom di samping ranjang. Datanglah dokter beserta suster ke ruangan tersebut.
Elvano dan Andin diminta untuk keluar ruangan. Mereka hanya bisa melihat dari balik pembatas jendela kaca.
Air mata mengalir begitu saja di ujung matanya. Elvano menempelkan tangannya yang sudah bergetar di kaca. Disana, di dalam ruangan itu Naya sedang di tangani oleh dokter. Beberapa kali sempat menggunakan alat Defibrilator agar jantung Naya bisa berdetak lagi.
"Naya gue mohon..." lirih Elvano. Ini terlalu mendadak, ia tidak ingin kehilangan sosok itu.
Jangan menyerah Naya. Keluarga lo, teman-teman dan gue masih butuh lo.
Bertahanlah.
Naya gue mohon, lo kuat!
Jangan tinggalin gue, lo udah janji gak akan pernah ninggalin gue Nay.
Andin sudah terisak, melihat keadaan Naya saat ini. Layar monitor masih menunjukkan garis lurus. Tapi Dokter masih melakukan upaya apapun untuk mengembalikan detak jantung gadis itu.
Tuhan ternyata masih memberi kesempatan, detak jantung Naya mulai berdetak kembali. Semua orang menghela nafas lega. Tubuh Elvano luruh begitu saja, lututnya sangat lemas. Ia mengusap wajahnya frustasi, tadi itu sangat menakutkan.
Gue seneng lo gak nyerah Nay.
Tapi hari ini, gue nyaris kehilangan lo.
***
Seseorang memakai hoodie hitam bertudung, nampak melewati anak tangga dengan sebuah palu digenggaman. Dia mempercepat langkahnya agar cepat sampai tujuan.
Sampai di depan sebuah pintu besi yang terkunci rapat. Lelaki itu memukul gembok menggunakan palu sekuat tenaga sampai gembok terbuka dengan kondisi mengenaskan. Masa bodoh jika nanti akan terkena hukuman.
Dibukanya pintu itu. Semilir angin menerpa kulitnya ketika melewati pintu. Disini, kejadian itu terjadi. Lelaki itu membuka tudung hoodienya.
Elvano, adalah orang itu. Setelah dari rumah sakit ia langsung ke sekolah yang sedang sepi karena tanggal merah. Bagaimana ia bisa masuk? Dia menyelinap masuk diam-diam, memanjat gerbang tinggi sekolah.
Di tempat ini sangat sunyi. Elvano berjalan mendekat ke pembatas tepat pada posisi jatuhnya Naya. Ia melihat ke bawah yang terlihat sangat tinggi. Tubuh mungil itu terjatuh dari ketinggian ini?
"Maaf Nay, harusnya gue gak ke koperasi hari itu. Harusnya gue jagain lo selalu," gumam Elvano pelan. Elvano menyandarkan punggungnya pada pembatas dengan posisi terduduk.
"Sebenarnya apa yang terjadi disini Nay?"
"Gue tau pasti ada hal lain disini. Lo gak mungkin ngelakuin hal bodoh itu." Matanya menelusuri ke segala penjuru rooftop yang lumayan luas. Elvano menggerang pelan sembari mengacak rambutnya frustasi.
Sampai ketika pandangannya terhenti pada benda putih di sebuah pot bunga disisi kiri yang tak jauh dari posisinya. Penasaran, Elvano segera mengecek untuk mengetahui benda apa itu.
Tangannya terulur mengambil benda kecil yang ternyata adalah sebuah kancing baju. Kedua alis Elvano saling bertaut. Mengapa ada kancing baju disini?
Sebenarnya milik siapakah ini?
Mungkinkah ada orang lain saat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Teen FictionIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...