Jadi siapa?

339 31 2
                                    

Bentar lagi ending yeee

Happy reading❤

__________

Sudah 2 hari Elvano tidak masuk sekolah, Fiza menjadi khawatir. Jadi sepulang sekolah Fiza memilih datang ke rumah Elvano. Sekalian untuk menjelaskan sesuatu.

"Eh Fiza," ujar Rita ketika melihat kedatangan Fiza.

"Mamah Rita, Elvanonya ada?"

"Ada ko di kamarnya, dia lagi sakit."

"Kalau begitu, Fiza mau ke Elvano dulu," pamit Fiza. Tapi Rita menahannya. "Kamu sakit Fiza? Muka kamu pucet gitu, mata kamu juga bengkak."

"Gak papa ko Mah."

"Bener?"

"Iya, Mamah gak usah khawatir. Fiza mau liat keadaan El dulu." Fiza memasuki kamar Elvano yang tidak dikunci. Lelaki itu terlihat sangat pucat dan lemah. Fiza segera mendekat menduduki pinggiran kasur.

"El maaf," panggil Fiza pelan. Kedua mata Elvano membuka.

"Pergi."

"Dengerin gue dulu."

"Pergi."

"Tolong percaya sama gue El. Gue bener-bener gak ngelakuin itu."

"PERGI! Gue muak liat muka lo." Elvano menarik selimutnya dan memunggungi Fiza, enggan melihat perempuan itu.

"Tunggu sebentar lagi El, gue janji."

"Cepet sembuh. Maafin gue juga, gue pergi," ujar Fiza lalu keluar kamar. Sedangkan Elvano menghela nafasnya kasar. Kebenaran yang sangat menyakitkan.

***

"El gue kangen banget sama lo!" Rey langsung memeluk tubuh Elvano ketika lelaki itu memasuki kelas.

"Lepas, jijik gue." Elvano mendorong tubuh Rey agar menjauh.

"Kita pokoknya gak temen El!" ucap Rey berjalan menuju kursinya diikuti oleh Elvano. Namun pandangannya bertabrakan dengan Fiza. Elvano segera memalingkan pandangannya dan menduduki kursi.

"Lo masih marah sama Fiza?" tanya Rey.

"Lah kita temen?"

"Sumpah lo nyebelin banget El."

"Bodo. Woy liat tugas." Tanpa persetujuan Elvano mengambil buku catatan Rey.

"Ngasal gue."

"Asal ngerjain," balas Elvano yang sedang menyalin tugas dengan cepat takut bel masuk.

"Tuh si Fiza liatin mulu, mending baikan. Dari pada diem-dieman kayak gini."

"Biarin aja."

"Kasian woy."

"Gak peduli gue."

"Elvano," panggil seseorang. Elvano menoleh ke samping.

"Apa?"

"Kata Oma kita disuruh ke rumahnya pulang sekolah," ucap Luna.

"Oh."

"Mau kan?"

"Nggak."

"Tapi kata Oma harus dateng."

"Emang gue peduli?" tanya Elvano datar.

"Wah wah ada hubungan apa nih kalian?" tanya Rey heboh.

"Gue calon istri Elvano," jawab Luna percaya diri.

"Calon istri? Woy El beneran?"

"Ngehalu dia."

"Gue sama dia dijodohin sama Oma El," ucap Luna.

"Anjir masih jaman jodoh-jodohan?"

"Lo beneran sama Luna El?" Bukan Rey yang bertanya melainkan Fiza yang sudah menatap Elvano meminta penjelasan.

"Apa urusan lo?" tanya balik Elvano.

"Tapi lo udah punya Naya El!" Elvano berdecih mendengar itu.

"Lo lupa siapa yang buat Naya kayak gitu?"

"Gue udah bilang bukan gue! Kapan lo percaya sama gue? Kita kenal gak setahun dua tahun El, sesulit itukah lo percaya sama gue?" ucap Fiza dengan nada sedikit naik. Seketika kelas pun menjadi hening.

"Sulit Za, sulit banget," balas Elvano.

"Sakit El rasanya, sahabat gue sendiri gak percaya sama gue. Bukan gue pelakunya Elvano!"

"Kalau bukan lo terus siapa?" Elvano menatap Fiza tajam.

"Di---" Ucapan Fiza seketika terhenti. Tangannya menjadi bergetar.

"Siapa Za!" Elvano bangkit kemudian mencengkram bahu Fiza kuat.

"Tolong bilang ke gue, siapa pelaku sebenarnya." Air mata Fiza luruh begitu saja, ia terlihat menghindari sepasang mata yang sedang menatapnya dari jendela kelas.

"Za jawab! Gue gak minta lo nangis, lo udah bilang kalau pelakunya bukan lo. Terus siapa? Lo pasti tau Za."

"El udah!" Rey menarik tubuh Elvano agar menjauh dari Fiza. Perempuan itu menundukkan kepala, kedua tangannya pun mengepal.

"Shit!!" umpat Elvano emosi.

Suara bel masuk berbunyi nyaring. Fiza dan Luna segera kembali ke kursinya masing-masing. Fiza menelungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan. Sedangkan Elvano berusaha menahan emosi.

"Sadar bro, dia sahabat kecil lo. Kalau bener ada yang disembunyiin, dia bakal cerita ke lo kalau dia idah siap. Jangan maksa kayak gitu. Lo malah buat dia tertekan." Rey menepuk bahu Elvano.

"Selamat pagi anak-anak." Seorang guru memasuki kelas.

"Pagi Bu."

"Kita lanjutkan materi minggu kemarin."

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang