Peduli.

644 63 2
                                    

Banyak sekali orang-orang yang sedang berdiam diri di kantin sembari saling bercengkrama. Untung saja Naya, Fiza dan Elvano kesini lebih dulu jadi bisa mendapatkan meja.

"Mau makan apa? Gue pesenin," seru Elvano.

"Mau bakso," ucap Naya.

"Gue samain aja," kali ini Fiza berucap.

"Oke, duit?"

"Dari lo lah." Elvano mendengus mendengar ucapan Fiza.

"Dasar maunya gratisan mulu!" Setelah mengatakan itu, Elvano berlaku pergi membeli makanan.

"Ko gue ngerasa cepet banget ya, berasa baru kemaren gue MPLS dibentak-bentak osis haha. Eh udah jadi kakak kelas," ujar Fiza membuka topik.

"Iya yaampun, dijemur dilapangan mana lagi panas dibentak-bentak disuruh jalan cepet. Dimarahin terus intinyamah haha."

"Tapi gue paling suka acara minta tanda tangan, cakep-cakep soalnya tuh osisnya. Untung gue bisa foto bareng sebelum dia lulus."

"Lo ya, cogan mulu pikirannya."

"Gak papa lah, dari pada lo Elvano mulu."

"Tapi kan dia milik gue, gak kayak lo halu."

"Iya tau yang punya pacarmah beda," ucap Fiza malas. Naya hanya terkekeh kecil.

"Eh Nay, keadaan rumah lo gimana? Kalau nggak lo tinggal sama gue ajalah. Dari pada tersiksa disana."

"Makin parah. Tenang aja, gue udah biasa ko."

"Masalahnya lo selalu kena marah Nay."

"Gue kan cuman dianggap boneka pelampiasan emosi doang bukan anak mereka."

"Makanya lo mending pindah ke rumah gue, Mamah gue pasti seneng kalau ada lo. Kayaknya dia lebih seneng punya anak kayak lo deh dari pada gue," kata Fiza.

"Eh gak boleh gitu Fiza. Harusnya lo bahagia punya Mamah yang perhatian dan baik banget."

"Iya sih. Tapi lo kalau ada apa-apa
telepon gue sama Elvano, biar kita langsung bantu lo keluar dari rumah menyebalkan itu."

"Oke oke! Thanks Fiza." Kedua sudut bibir Naya tertarik. Ia benar-benar beruntung mendapatkan sahabat seperti Fiza.

"Kayak kesiapa aja lo."

"Makanan datang!" datanglah sosok Elvano sembari membawa nampan. Ia menyimpan setiap mangkuk dan gelas di meja.

"Aduh udah cocok jadi pelayan. Lo mending bantuin tukang bakso kantin aja El," celetuk Fiza.

"Kurang asem lo emang." Elvano segera mengembalikan nampan lalu kembali menduduki kursi di samping Naya.

"Naya jangan pedes-pedes!" ucap Elvano mengingatkan ketika perempuan itu tengah menyendokkan sambal ke mangkuk baksonya.

"Kalau gak pedes gaenak El." Naya menatap Elvano memohon agar lelaki itu mengijinkan.

"Gak, nanti perut lo sakit lagi."

"Sekarang nggak akan, gue jamin!"

"Pokoknya nggak!" Bibir Naya mengerucut kesal.

"Jangan so imut deh, nggak akan mempan," seru Elvano memakan baksonya. Kesal, Naya menepuk pipi pacarnya lumayan keras sehingga bakso di mulut Elvano mencuat keluar.

"Jorok anjir El!!" pekik Fiza ketika bakso yang keluar dari mulut Elvano berada di sebelah mangkuknya.

"Ulah Naya noh, ngapain sih nabok gue segala? Sakit." Elvano menatap Naya dengan wajah berpura-pura terluka.

"Habisnya ngeselin."

"Gue sayang sama lo, jadi gue gak mau lo sakit lagi."

"Hareudang, hareudang, hareudang," nyanyi Fiza tiba-tiba membuat pasangan itu menoleh ke arah sahabatnya.

"Iri ya? Makanya cari pacar," sahut Elvano.

"Gak ah makasih."

"Gue baru inget, emang ada yang mau sama lo?"

"Kurang ajar!" Fiza melempar gumpalan tisu tepat di wajah Elvano.

"Mampus!" Itu bukan Fiza, melainkan Naya.

"Sayang lo tega ke gue?"

"Tega banget."

"Dahlah gue emang selalu ternistakan diantara kalian." Elvano kembali memakan baksonya dalam diam. Sedangkan Naya diam-diam memasuki banyak sambal ke dalam baksonya tanpa sepengetahuan lelaki itu.

Sadar, Elvano menatap mangkuk bakso Naya yang sudah sangat merah.

"Nay!" Yang dipanggil hanya terkekeh lalu melahap baksonya.

"Awas kalau lo sakit perut nelepon gue. Gak akan peduli gue asli!" Naya menyimpan sendoknya kemudian melihat pacarnya sedang merajuk.

"Yah El ko jadi marah?"

"Gimana gak marah Nay, lo gak tau gue khawatir banget pas tau lo dirawat di rumah sakit 3 hari gara-gara maag lo itu." Ia tau Elvano melarang hanya untuk kebaikannya. Dirinya memang egois.

"Ya maaf, gak akan gue makan deh." Naya mendorong kecil mangkuk itu.

"Lo makan punya gue." Elvano menukar mangkuk, lalu memakan milik Naya.

"El lo kan gak kuat pedes!" ucap Naya tidak percaya dengan kelakuan Elvano yang tergolong nekat. Masalahnya lelaki itu sama sekali tidak kuat terhadap pedas. Bahkan mata Elvano sudah berair. Segera, Naya menjauhkan mangkuk baksonya dari Elvano.

"Itu belum abis Nay."

"Jangan makan lagi!"

"Wah gue ngerasa lagi liat drama korea secara langsung," sahut Fiza yang akhirnya membuka suara.

Naya mengeluarkan tisu dari saku roknya lalu mengelap kedua mata dan hidung Elvano tanpa merasa jijik.

"Lain kali jangan gitu lagi!"

"Lo juga jangan makan pedes lagi."

"Iya."

"Nih cepet minum," titah Naya menyodorkan es teh pada Elvano yang langsung diminum.

"Dunia berasa milik berdua ya, gue ngontrak," gumam Fiza.

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang