Saling bertolak belakang

384 49 2
                                    

Setelah Fiza, kini giliran Elvano yang memasuki ruang BK dimana polisi sedang menunggu untuk menanyakan perihal Naya.

"Rileks aja, saya disini bukan menginterogasi kamu. Cuman pengen nanya aja sedikit," ucap polisi itu yang bernama Fajar. Sedangkan Elvano menundukkan kepala sembari saling mengaitkan tangan yang sedikit gemetar.

"Kamu pacarnya Nayara Maheswari? Siswi yang terjatuh dari atap sekolah?" Elvano menganggukan kepalanya pelan.

"Saat dia terjatuh kamu lagi dimana?"

"Saya ke koperasi sekolah, tapi tepat di depan mata saya dia jatuh," ucap Elvano pelan.

"Apakah sebelumnya kamu bertengkar dengan dia?" tanya Fajar lagi. Elvano menggelengkan kepala.

"Dia punya masalah di rumahnya?" Lagi-lagi Elvano menganggukan kepala. "Keluarga Naya selalu menyalahkan dia atas kecelakaan kecil adiknya." Fajar terlihat menuliskan sesuatu di catatan kecilnya.

"Apa kamu tau dia selalu mengkonsumsi obat Antidepresan?" Mendengar itu, Elvano mendongakkan kepalanya.

"Tidak Pak," jawab Elvano. Fajar mengeluarkan sesuatu yang sudah dibungkus untuk dijadikan barang bukti.

"Itu kami temukan di tas milik Naya." Elvano menatap obat itu tidak percaya, bagaimana bisa perempuan itu tidak mengatakan padanya sama sekali?

"Bapak bohong kan? Saya gak pernah liat dia mengkonsumsi itu Pak!"

"Mungkin dia tidak memberitahukan pada kamu Elvano."

"Kami meyakini ini adalah kasus percobaan bunuh diri, Naya diduga menderita depresi. Dia juga menuliskan bahwa ia merasa tertekan di buku diarynya. Sahabat dia yang perempuan juga mengatakan hal yang sama," lanjutnya.

"Fiza Pak?"

"Iya."

2 jam yang lalu...

"Jangan takut, bilang aja apa yang kamu ketahui tentang sahabat kamu, Naya," ucap Fajar.

"Dia punya masalah keluarga, dia juga pernah bilang ke saya kalau dia tertekan. Katanya dia lelah untuk hidup," jawab Fiza tanpa menatap polisi di depannya.

"Apa itu benar?"

"Benar Pak."

"Jadi maksud kamu, Naya itu melakukan percobaan bunuh diri?"

"Iya Pak." Tangan Fiza saling beradu meninggalkan bekas luka disana. Ia sama sekali tidak berani menatap langsung, hanya menundukkan kepala dengan mata berkaca-kaca.

"Naya tidak mungkin melakukan percobaan bunuh diri Pak!" sanggah Elvano.

"Dari mana kamu tau jika dia tidak mungkin melakukannya?"

"Saya berjanji akan pergi dengannya minggu ini Pak, dia tidak mungkin meninggalkan saya," nada suara Elvano menjadi sendu.

"Sudah kamu kembali ke kelas saja, terimakasih telah menjawab pertanyaan saya," ucap Fajar. Ia sama sekali tidak tega melihat anak muda di hadapannya.

"Tolong percaya saya, Naya tidak mungkin melakukan bunuh diri. Itu semua tidak benar, pasti ada dalang di balik semua ini!"

"Kamu jangan berasumsi dulu, biar kami pihak kepolisian yang akan menelusuri kasus ini lebih lanjut." Fajar berlalu pergi meninggalkan Elvano yang nampak memikirkan suatu hal yang janggal.

Mengapa Fiza berkata demikian?

***

"Fiza," panggil Elvano kepada sahabatnya yang sedang melamun.

"Fiza," panggilnya lagi, membuat Fiza tersadar dan menatap Elvano bingung.

"Kenapa El?"

"Lo kenapa bilang ke polisi kayak gitu?"

"Maksudnya?"

"Lo kan tau Za, Naya gak mungkin ngelakuin bunuh diri!"

"Tau darimana lo?" Elvano benar-benar dibuat tidak percaya akan ucapan Fiza.

"Gue sahabat sekaligus pacar Naya! Jadi gue tau, dia gak mungkin ngelakuin hal merugikan kayak gitu!"

"Kita gak tau semua tentang Naya, El. Bahkan kita aja gak tau dia suka minum obat Antidepresan. Gue benci dia yang selalu nutupin masalah dari kita."

"Mungkin aja dia nunggu waktu yang tepat Za," ujar Elvano.

"Kapan waktu yang tepat itu El? Naya itu terlalu misterius. Kita cuman tau masalah keluarganya aja bukan apa yang sebenarnya dia derita selama ini."

"Mungkin dia cape sama hidupnya, makanya ngelakuin hal itu," lanjut Fiza.

"Lo gak percaya sama sahabat lo sendiri Za?"

"Gue percaya, tapi sebenarnya disini Naya yang gak percaya sama kita."

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang