Entah sudah ke berapa kali Fiza menghela nafasnya kasar. Ia rasa salah mengiyakan ajakan lelaki itu. Bagaimana tidak, lelaki itu hanya mengajak jalan-jalan di sekitar komplek. Jika begini lebih baik ia di rumah saja.
"El pulang yu," ajak Fiza.
"Katanya mau ditraktir."
"Lo mau traktir apa coba di sini?" kesal Fiza.
"Es krim ayo." Elvano menarik tangan Fiza menuju sebuah warung.
"Pilih aja, gue bayar." Fiza berdecih, kemudian mengambil es krim dan beberapa snack juga beserta minumannya.
"Dah tuh bayar," ucap Fiza.
"Gila ya lo jajan gak kira-kira." Elvano mengambil snack dan minuman untuknya. Lalu mengeluarkan beberapa lembar dari dompetnya. Untung saja ia membawa dompet, jika tidak, habislah nasibnya. Bisa saja pulang ke rumah untuk mengambil uang, tapi gengsinya terlalu besar. Masa seorang cogan ngutang? Kan gak lucu.
"Udah segitu aja? Gak nambah lagi?" ucap Elvano bermaksud menyindir.
"Gue mau lagi sih, tapi takut lonya jadi miskin."
"Ngomong lagi gue sumpel pake sendal." Elvano memberikan kantong plastik berisi makanan pada Fiza. Fiza langsung menerimanya sembari memakan es krim.
"Ayo ke taman bermain, udah lama gue gak kesana," ajak Elvano.
"Ngapain sih?"
"Gue cuman pengen aja." Keduanya melanjutkan langkah menuju taman bermain yang selalu dijadikan tempat bermain mereka.
Fiza dan Elvano berdiam di ayunan, sesekali mendorongnya pelan. "Ayunan itu sekarang kosong," ucap Elvano menatap ayunan di sebelahnya yang kosong.
"Dulu gue, lo sama Naya suka main disini. Kita saling lomba siapa yang paling tinggi."
"Bahkan disini kita pertama kenal," lanjutnya.
"Ah..., gue rindu masa kecil."
"El," panggil Fiza tiba-tiba.
"Apa?"
"Maaf." Elvano menatap Fiza bingung lalu terkekeh pelan.
"Lo minta maaf kenapa coba, hayohhh punya salah apa lo sama gue?"
"Nggak, mau minta maf aja."
"Dasar aneh."
"Lo gak jauh aneh dari gue ya."
"Loh ko jadi gue yang kena?" ucap Elvano tidak terima.
"Lah emang lo aneh dari kecil, lo selalu menyendiri aja. Sampe gue sama Naya kesel sendiri."
"Lo gak inget pertama kali kita temu lo berdua jengut rambut gue tiba-tiba? Sumpah ya lo sama Naya udah barbar dari kecil."
"Habisnya lo nyebelin sih." Tawa Fiza pecah mengingat kenangan itu dimana ia bisa bersahabat dengan Elvano.
Dulu, saat umur 8 tahun Fiza hanya berteman dengan Naya. Saat hendak bermain, di ayunan terdapat seorang anak lelaki berdiam seorang diri. Alhasil mereka mendekati anak lelaki itu dan mengajaknya bicara namun tidak ada balasan sama sekali. Anak lelaki itu terus bungkam.
Geram, kala itu mereka berdua menjengut rambut Elvano kecil dan dibalas oleh Elvano yang menjengut rambut keduanya. Hal itu segera dipisah oleh Rere, yang sedang kebetulan lewat.
"Kenapa kalian berantem?" tanya Rere. Rambut ketiga anak itu nampak berantakan dengan raut wajah kesal. Namun terlihat menggemaskan.
"Fiza cuman ngajak dia ngomong, dia malah diem aja!" ucap Fiza kecil menunjuk pada Elvano.
"Naya sama Fiza cuman mau ngajak dia temenan aja ko. Kasian dia sendirian soalnya. Tapi dianya nyebelin!" kini Naya yang berucap. Rere terkekeh kecil melihat kelakuan ketiga anak itu.
"Nama kamu siapa?" tanya Rere pada anak lelaki di depannya.
"Elvano," jawab Elvano pelan.
"Elvano, mereka berdua mau temenan sama kamu loh."
"El gak mau punya temen."
"Kenapa? Kalau gak punya temen nanti kamu kesepian loh, gak enak."
"Kita berdua juga gak maksa kamu temenan sama kita ko, ayo Nay, ayo Mah." Fiza menggandeng tangan Naya dan Rere kemudian berlalu pergi.
"Elvano mau temenan sama kalian." Langkah mereka terhenti mendengar itu, lalu Naya dan Fiza berlari memeluk tubuh Elvano erat.
"Yee kita punya temen baru Nay!" ucap Fiza girang. Ketiga anak itu berpelukan sembari berloncat-loncat kegirangan. Begitupun dengan Elvano yang sudah tersenyum lebar.
Mereka melepaskan pelukannya. "Kita akan menjadi sahabat! Pokoknya kita harus tetep sahabatan sampai besar dan selama-lamanya!" ujar Naya. Namun siapa sangka? Ucapan anak kecil berumur 8 tahun itu ada benarnya. Buktinya mereka masih bersahabat sampai kini.
"Gue harap Naya bisa cepat sadar dan bisa kesini lagi. Duduk di ayunan ini, seperti dulu," ucap Elvano memandang langit biru dengan tersenyum.
"Dan lo Za, jangan terlarut dalam kesedihan terlalu lama. Sedih boleh, tapi jangan sampai tenggelam dalam kesedihan itu. Kita harus kuat Za. Disana Naya lagi berjuang melawan maut." Elvano mengalihkan pandangannya ke arah Fiza yang sedang menundukkan kepala.
"Gue juga sedih, tapi gue berusaha kuat. Gue percaya Naya akan bangun." Fiza mendongakkan kepalanya menatap Elvano ketika merasakan tangannya digenggam erat.
"Udah ya jangan sedih lagi."
Elvano maaf..., gue gak bisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Genç KurguIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...