Kabar tidak mengenakkan

433 47 0
                                    

Sudah berjam-jam, namun dokter belum kunjung keluar dari ruang operasi. Orang tua Naya pun sudah berada di depan pintu ruang operasi menunggu kabar sang putri. Begitupula dengan Elvano dan Fiza hanya menatap pintu itu penuh harap.

"Elvano, Fiza, sebaiknya kalian pulang. Biar Bapak yang akan mengabari kalian nanti," ucap Pak Andra.

"Saya mau disini Pak," ucap Elvano. Sedangkan Fiza hanya diam tidak menanggapi. Pak Andra menghela nafasnya lalu kembali duduk di samping orang tua Naya.

"El, mending lo makan dulu gih," ujar Fiza pada Elvano yang sudah memucat.

"Gak."

"Naya di dalem sana, lo juga mau ikutan sakit?"

"Gue mau tunggu sampe denger kabar," kukuh Elvano.

"El, yaudah kalau lo tetep gak mau. Lo sekarang ke toilet gih, bersihin tangan lo. Mau liat Naya sedih ngeliat lo kayak gini?" Elvano menatap kedua telapak tangannya yang terdapat darah mengering. Memori tentang Naya yang terjatuh tepat di depan mata kembali terputar. Hatinya kembali merasa nyeri.

"Gue ke toilet dulu," pamit Elvano berlalu pergi menuju toilet. Disana, ia membersihkan tangannya dan juga membasuh wajah. Elvano melihat pantulan dirinya di kaca, sungguh berantakan. Air mata kembali luruh, rasanya sangat sakit. Untung saja keadaan toilet sedang sepi jadi ia bisa menangis meluapkan rasa sakit di hatinya.

Kedua tangan Elvano meremas pinggiran wastafel erat, memori itu terus saja terngiang di kepala membuat air matanya kembali turun tanpa permisi. Hanya untuk hari ini, ia akan menangis sejadi-jadinya.

  ***

Setelah dari toilet, Elvano terburu-buru kembali. Langkahnya memelan ketika melihat ibu Naya dan Fiza terlihat menangis.

Ini tidak seperti yang dibayangkan bukan?

Dia tidak pergi kan?

Tidak kan?

"Fiza kata dokter apa?" tanya Elvano mencengkram kedua bahu Fiza panik.

"DOKTER BILANG APA ZA!!" Elvano mengguncang-guncangkan tubuh Fiza. Tapi tangis Fiza malah semakin membuncah

"GUE GAK MAU DENGER TANGISAN LO! GUE MAU DENGER KONDISI NAYA!!"

"Elvano pelankan suaramu, ini rumah sakit," ucap Pak Andra memperingatkan.

"Naya koma," ucap Fiza membuka suara. Elvano melepaskan tangannya dari bahu Fiza.

"Lo bohong kan Za? Lo cuman bercanda kan?"

"Itu bener El. Keadaan Naya sangat buruk, jantungnya sempet berhenti untung aja dia masih mau berjuang buat kembali hidup."

"Sumpah Za gak lucu." Elvano menempelkan punggungnya di tembok, tubuhnya luruh begitu saja. Tatapan lelaki itu nampak kosong.

"El." Fiza mendekati Elvano.

"Diem Za, gue lagi gak mau denger candaan lo. Naya pasti sadar sebentar lagi kan? Gue udah janji bakal bawa dia jalan-jalan minggu ini soalnya."

"Elvano!!" sahut seseorang mendekati kursi Elvano dengan raut wajah masam.

"Apa sayang apa?"

"Gue kesel banget pokoknya sama lo!" Elvano mencubit pipi Naya gemas.

"Jangan pegang gue!" Naya menepis tangan Elvano kasar.

"Galak ya bini gue."

"Hilih."

"Lo kesel kenapa hm?"

"Katanya mau main!! Tapi malah dibatalin!" ucap Naya bersidekap dada.

"Ya maaf, ada urusan sayang."

"Dahlah males!"

"Yaudah gue janji deh minggu sekarang kita jalan-jalannya gimana?" ujar Elvano menatap perempuan itu dengan tatapan jahil.

"Nanti dibatalin lagi!"

"Nggak akan, kemanapun yang lo mau deh. Gue bakal turutin."

"Bener?" Kedua mata Naya berbinar.

"Iya." Naya menepuk kepala Elvano tiga kali. "Peliharaan gue pinter banget!"

"Heh sini lo!" ujar Elvano tak terima tapi Naya sudah kembali ke kursinya dengan girang.

Sudut bibirnya tertarik mengingat itu. Kini bukan dirinya yang tidak menepati janji tapi keadaan yang memaksa. Elvano mengacak-acak rambutnya frustasi berusaha menerima kenyataan.

"Naya udah dipindahin ke ruang ICU. Kita cuman bisa berdo'a supaya dia bisa cepet sadar."

"Za," panggil Elvano pelan.

"Hm?"

"Tolong bangunkan gue dari mimpi buruk ini."

"Elvano ini bukan mimpi." Fiza mensejajarkan tubuhnya dengan lelaki itu.

"Sakit Za, rasanya sakit. Ingatan dia jatoh di depan mata gue terus keinget. Gue gak bisa lupain itu Za, gue bodoh kenapa gue gak lari nyelamatin dia." Elvano menjengut rambutnya.

"Itu bukan salah lo, jadi stop nyalahin diri sendiri! Gue juga sakit El, dia juga sahabat gue!"

"Gue sayang sama Naya, Za," parau Elvano.

"Gue juga sayang Naya, El."

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang