Sosok misterius

333 40 2
                                    

NEXT GAK? JANGAN LUPA KOMEN YA!!!><

HAPYY READING💗

*Bonus*

Pulang sekolah, Elvano dan Fiza berjalan bersama di koridor menuju parkiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pulang sekolah, Elvano dan Fiza berjalan bersama di koridor menuju parkiran. Dari arah depan mereka terdapat seorang laki-laki berwajah kejam sedang berjalan berlawanan arah. Lelaki itu melemparkan senyuman miring. Ketika berpas-pasan, lelaki itu mengucapkan sesuatu, "Munafik."

Langkah Fiza terhenti, jantungnya berdegup sangat kencang. Ia menolehkan kepalanya menatap punggung lelaki itu yang mulai menjauh. "Kenapa Za?" heran Elvano.

"Fiza?" panggil Elvano lagi menyadarkan perempuan itu. Fiza kembali meluruskan pandangannya.

"Lo kenapa?"

"Nggak ko."

"Beneran?"

"Iya El, ayo pulang. Gue cape banget hari ini."

***

Seorang laki-laki terlihat sedang menatap Naya dari balik pembatas jendela kaca. Wajahnya tidak terlihat jelas karena tertutup oleh topi hitam dengan pandangan tidak lepas dari sosok Naya.

Di lain arah, Elvano menatap sosok serba hitam itu bingung. Ia segera menghampiri lelaki itu.

"Lo siapa?" tanya Elvano. Tetapi lelaki itu segera berlari menghindar.  Elvano bertanya-tanya, sebenarnya siapa laki-laki itu? Mengapa menghindar? dan mengapa dia memperhatikan Naya? Lelah dengan pikirannya sendiri, Elvano memilih pada tujuan awalnya.

Setelah menjalani ketentuan yang harus dilakukan terlebih dahulu, juga memakai masker, Elvano memasuki ruangan untuk melihat sang putri tidur.

Ia perlahan duduk di kursi yang telah disediakan di sisi ranjang.  Tangannya menggenggam tangan dingin itu lembut. Tatapannya tak pernah lepas dari wajah yang sangat pucat dan terpasang banyak alat untuk menunjang hidup.

"Bangun cantik, lo tidur terlalu lama," ucapnya.

"Mimpiin apa sampe lo gak mau membuka mata untuk melihat dunia?" Suara lelaki itu terdengar diantara bunyi alat elektrokadiogram yang mendeteksi detak jantung Naya.

"Liat, lo jadi kurus gini. Pipi lo juga jadi ilang Nay. Padahal gue suka pipi tembem lo."

"Mau sampe kapan istirahatnya?" Elvano masih asik mengajak Naya berbincang, walaupun ia tahu tidak akan ada balasan dari perempuan itu.

"Maaf gue dateng sendiri, Fiza gue tungguin  gak dateng-dateng coba, kan kesel guenya. Yaudah masuk sendiri aja."

"Nanti gue bawa dia deh, seret sekalian."

"Yah jadi gak seru ya Nay, kalau lo diem gini. Biasanya lo barbar banget. Biasanya lo suka banget bikin video di hp gue sampe-sampe penyimpanan hp gue penuh sama video lo doang. Yang lucunya gue malah rela hapus game gue dari pada videonya. Bucin banget ya gak?" Elvano terkekeh kecil.

"Harusnya lo bersyukur punya gue Nay, gue setianya bukan maen, gue juga ganteng. Bonus itu."

"Gue cuman dikasih waktu sebentar Nay, makanya cepet bangun biar bisa lama-lamaan bareng gue. Nanti kita main bertiga juga." Elvano mengecup kening Naya walaupun terhalang oleh maskernya. Lalu membisikkan sesuatu di telinga perempuan itu.

"Cepet bangun Nayara, gue sayang lo. Jangan terlalu lama, gue gak bisa nahan rindunya." Setelah itu Elvano keluar dari ruangan, tapi ia dikejutkan oleh seseorang.

"Fiza?"

"Hai!" balas Fiza tersenyum kecil.

"Lo udah lama disini?"

"Lumayan lah."

"Lo kenapa telat coba. Jadi gak bisa jenguk Naya langsung," ucap Elvano.

"Gak papa, gue bisa liat dia dari sini." Fiza menatap Naya dengan senyuman kecil.

"Dia tidur pulas banget ya El?"

"Iya pulas banget. Kayaknya lagi mimpiin gue deh, jadi betah," sahut Elvano dengan pedenya. Fiza memukul bahu Elvano kesal.

"Ko dipukul guenya?"

"Gedek gue denger omongan lo. Dimana-mana kalau mimpiin lo dia bakal langsung bangun sangking buruknya." Elvano hanya berdecih.

"Ayo Za, pulang," ajak Elvano akhirnya. Fiza mengangguk lalu keduanya berjalan beriringan keluar dari rumah sakit.

"Mau makan dulu gak?" tanya Elvano saat sudah menaiki motornya.

"Gak deh."

"Kenapa lo? Diet? Tumben nolak?"

"Nggak ko."

"Oh iya gue lupa, gak mungkin seorang Fiza diet. Hobinya makan mulu. Kalau badan udah segede gajah baru gue percaya lo bakal diet."

"Kurang ajar emang ya bibir lo!" Fiza memukul bibir Elvano yang membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Sakit Za, kena gigi."

"Emang gue peduli?"

"Dah pulang sendiri sonoh!!" ujar Elvano kesal. Sedangkan Fiza langsung berjalan ke pinggir jalan raya untuk menemukan angkutan umun.

"Lah baper dia, Za bareng gue!! Baperan bener lo ah!" Elvano segera menyalakan motornya dan menyusul Fiza.

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang