"Naya, maafin gue yang jarang jenguk lo. Gue cuman selalu ngerasa bersalah ngeliat lo kayak gini. Kebenaran akan terungkap Nay, jadi lo bangun ya?" Fiza menggenggam tangan Naya erat.
"Gue gak akan takut lagi Nay, gue akan ungkap semuanya. Elvano juga bakal lindungin gue," lanjut Fiza.
"Gue akan lindungin kalian berdua," ucap Elvano.
"Tuh denger kan Nay? Makanya bangun ya. Gue sama El rindu banget sama lo."
"Ayo Za," ajak Elvano ketika melihat jam besuk mulai habis.
"Doain gue ya Nay. Gue bakal berani, kayak lo." Kedua sudut bibir Fiza tertarik. Kemudian berlalu pergi dari sana bersama Elvano.
Tujuannya bukan pulang ke rumah, melainkan kantor polisi. Ia akan mengungkap kebenarannya. Setelah sampai, ada Aldo yang sudah menunggu. Aldo? Iya, dia ikut. Untuk melindungi Fiza juga. Takut jika orang itu menyakiti Fiza lagi.
"Lama bener ya, gue nungguin dari tadi," ujar Aldo.
"Lah suruh siapa nungguin," balas Elvano.
"Kalau ke rumah sakit dulu, gue harus puter balik. Mending nungguin disini aja lebih deket."
"Gimana Za? Lo siap?" tanya Elvano pada Fiza.
"El gue takut."
"Gak papa ada gue sama Aldo yang bakal lindungin lo. Untuk sekarang lo bilang semuanya ke polisi. Supaya pelakunya ditangkep. Ini juga yang terbaik untuk Naya." Fiza menganggukan kepala mengerti. Ia menarik nafas lalu memantapkan langkahnya memasuki kantor polisi.
Nay, keadilan akan berpihak. Kebenaran akan terungkap, dan penjahat akan ditangkap. Karena memang seharusnya begini. Maaf tertunda.
***
Sebelum kejadian Naya...
Naya berjalan seorang diri di koridor, perkataan Luna tadi benar-benar mengganggu pikirannya. Langkah Naya terhenti ketika di depan ruangan guru, ia mendengar suara seorang perempuan yang terdengar ketakutan.Penasaran, Naya mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka. Kedua matanya membulat melihat apa yang terjadi di depannya.
Disana, wali kelasnya nampak sedang mengelus-elus pipi seorang siswi yang terlihat tidak nyaman sesekali menepis tangan Pak Andra pelan. Lebih parahnya lagi, tangan Pak Andra turun mengelus paha siswi itu.
"Pak jangan gini Pak."
"Diam..., katanya kamu mau memperbaiki nilai."
"Tapi bukan gini Pak." Siswi itu terus saja berusaha menjauhkan tangan Pak Andra dari pahanya.
"Kamu mau nilai kamu saya turunkan?" ancam Pak Andra yang dibalas gelengan pelan.
"Tenang aja kamu gak usah takut, cctv lagi rusak. Guru-guru lain lagi ngajar. Disini cuman kita berdua." Pak Andra mengelus leher siswi itu. Bahkan tubuh siswi itu sudah bergetar ketakutan, dia bangkit berusaha pergi dari sana tapi tubuhnya malah di dorong ke ujung ruangan.
"Lepas!!!"
"Diam!" sentak Pak Andra sembari menahan kedua tangan siswi itu agar tidak bisa melawan.
"Lepasin! Saya bisa laporin Bapak yang telah melecehkan saya!!" Siswi itu terus meronta agar dilepaskan.
"Silahkan saja, saya tidak takut," jawab Pak Andra yang sudah mendekatkan wajahnya namun siswi itu memalingkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Novela JuvenilIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...