Elvano merebahkan diri di kasurnya, ia menyalakan ponsel dimana terdapat fotonya dan Naya sedang bersama. Perempuan itu terlihat sangat cantik dan menggemaskan. Elvano mengusap wajah Naya yang ia jadikan lockscreen.
"Bodoh," gumamnya. Elvano kini membuka galeri yang banyak sekali kenangan bersama. Dari mulai kecil sampai sekarang kenangan itu tidak pernah ia hapus. Dibukanya salah satu video.
"Hai guys! Kembali lagi dengan Naya Maheswari yang cantik jelita. Kangen ya? Iya tau ko gue ngangenin," ucap Naya sembari menggerak-gerakkan layar ponselnya.
Elvano tersenyum kecil melihat itu. Benar-benar menggemaskan.
"Berisik lo ah," sahut Fiza. Naya mengarahkan kamera pada Fiza dan Elvano yang sedang asik bermain PS.
"Liat guys gue dikacangin. Gak ada akhlak emang," ujar Naya memasang wajah sebal. Ia mendekatkan kamera pada wajah Elvano sehingga menghalangi pandangan lelaki itu.
"Nay awas!" Elvano menjauhkan ponselnya. Tapi Naya kembali mendekatkan lagi.
"Gue lagi main sayang, awas dulu!"
"Bilang hai dulu," pinta Naya.
"Hai," balas Elvano cepat tanpa melihat ke arah kamera.
"Naya cantik banget, cepet bilang."
"Naya canti--- argh tuhkan gue kalah!!" Elvano membanting stick PSnya kesal. Lalu menatap Naya yang sedang tertawa dibalik kamera.
"Gue menang yee!! Cemen lu ah!" sahut Fiza sembari berjoged sekaligus meledek Elvano.
"Gara-gara Naya njir!" balas Elvano tak terima.
"Matiin gak Nay!" ucap Elvano pada Naya yang masih mengarahkan kamera padanya.
"Gak!"
"Beneran gak akan matiin?" ancam Elvano.
"Iya!" Elvano mendekat dan menggelitik pinggang Naya. Setelah itu video terhenti.
Elvano mengelap sudut matanya yang basah. Akhir-akhir ini ia merasa sangat cengeng. Perempuan ceria itu kini sedang terbaring lemah. Hari ini adalah hari minggu, ia sudah berjanji akan membawa Naya pergi jalan-jalan kemanapun dia mau. Tapi minggu ini dihabiskan berdiam diri di dalam kamar.
Matanya menatap langit-langit kamar, ia sungguh bosan. Ingin ke rumah sakit namun orang tua Naya sedang berada disana. Karena pengunjung dibatasi.
Sebuah ide terlintas, Elvano segera bangkit dan berlalu keluar kamar. "Mah El keluar ya!"
"Kemana?" tanya Rita.
"Ke rumah Fiza, main." Elvano berjalan keluar rumah menuju rumah Fiza yang hanya perlu melewati beberapa rumah saja. Sesampainya di depan rumah, ia mengetuk pintu dan menampakkan seorang wanita paruh baya membukakan pintu.
"Eh Elvano."
"Apa kabar tante?" Elvano menyalami tangan Rere.
"Baik, ada apa ya?" tanya Rere.
"Mau main sama Fiza tante."
"Baguslah, kamu ajak main ya. Dia gak mau keluar kamar dari kemarin."
"Fiza kenapa Tante?"
"Tante juga gak tau, dia gak mau ngomong sama Tante. Masuk aja ayo." Elvano memasuki rumah kemudian melangkah menuju kamar Fiza setelah mendapat izin Rere.
"Za," panggil Elvano sembari mengetuk pintu. Tidak ada sahutan sama sekali. Elvano memilih mencoba membuka pintu yang ternyata tidak terkunci secara perlahan. Kamar Fiza terlihat sangat gelap tanpa ada cahaya sedikitpun yang masuk.
"Lo lagi ngepet Za? Gelap-gelapan gini?" Elvano segera membuka tirai tanpa persetujuan perempuan itu.
"Tutup lagi!"
"Lo butuh cahaya matahari Za."
"Gue gak mau, tutup!" titah Fiza yang sedang menyelimuti diri sampai kepala. Elvano menduduki sisi kasur lalu menarik selimut itu paksa.
"Gak pengap apa?"
"Lo kenapa kesini sih?" Fiza menatap Elvano kesal.
"Mau ngajak lo main. Kasian jomblo jadi gak ada yang ngajak main."
"Bacot!"
"Ayo main!" Elvano menarik tangan Fiza agar turun dari kasur.
"Gak!" Perempuan itu meronta agar tangannya dilepaskan.
"Cepetan Nafiza Rivania!"
"Gue gak mau Elvano Mahendra!"
"Gue traktir deh." Mendengar itu Fiza berhenti meronta lalu beranjak dari kasur menuju kamar mandi.
"Tunggu bentar, gue mandi dulu," ucapnya.
"Dasar! Tadi aja nolak pas denger traktiran langsung mau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Подростковая литератураIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...