Kejadian tak terduga

490 46 0
                                        

Next gak? Tinggalkan jejak ya!!

Happy reading🌼

______________

Bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi, orang-orang berlarian menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong.

"Gue mau ke koperasi dulu beli dasi, dasi gue ilang soalnya. Cepet baikan, jangan berantem lagi omongin baik-baik. Kalau mau ke kantin duluan aja, gak uah nungguin gue," ucap Elvano pada Naya dan Fiza kemudian berlalu pergi keluar kelas.

Luna mendekati Naya tak suka. "Kenapa gak masuk aja terus? Pindah sekalian," sarkas Luna. Naya menatap perempuan itu malas.

"Gue lagi gak mau berantem."

"Kemarin berasa tentram gue gak ada lo, dan gue bisa deket sama Elvano tanpa ada benalu."

"Bacot," balas Naya malas menanggapi.

"Ayo Luna, jangan nyari masalah mulu deh." Bela menarik tangan Luna. Perempuan itu menghempaskan tangan Bela lalu mendekatkan wajahnya pada telinga Naya membisikkan sesuatu. Setelah itu berjalan ke luar kelas.

"Lo mati aja sanah."

Naya terdiam, berusaha tidak menghiraukan ucapan Luna. Ia langsung menghampiri meja Fiza. "Gue perlu ngomong sama lo Za," sahut Naya tiba-tiba, raut wajah perempuan itu nampak serius.

"Males."

"Za."

"Apa Nay apa? Gue muak tau gak!" Orang-orang yang masih berada di kelas hanya terdiam melihat pertengkaran mereka berdua.

"Ikut gue Fiza!" Naya menarik Fiza keluar dari kelas.

Sedangkan di lain tempat, setelah dari koperasi Elvano nampak bersenandung kecil sembari berjalan melewati lapangan sekolah yang cukup besar. Banyak orang-orang berlalu lalang disana menghabiskan waktu istirahat bersama. Elvano sedikit mempercepat langkahnya agar cepat sampai menuju kantin.

Langkahnya terhenti ketika melihat seseorang terjatuh dari atap sekolah. Semua orang menjerit melihat itu dan segera melaporkan hal tersebut. Penasaran, Elvano berlari mendekati kerumunan. Ia sedikit memaksakan diri membelah kerumunan agar dapat melihat jelas siapa itu.

Tubuh Elvano seketika melemas melihat siapa seseorang yang sedang terbujur kaku dengan bergelimpang darah. Tangan Elvano yang gemetar terulur untuk melihat wajah yang sedikit tertutup oleh rambut, berharap orang itu bukan yang ia pikirkan.

Air matanya luruh begitu saja, ia mengelus wajah penuh darah itu lembut. "Naya?" panggil Elvano pelan. Air mata terus saja turun melihat keadaan Naya yang sangat mengenaskan.

"Nay bangun Nay," gumam Elvano. Hatinya sangat sakit seakan-akan ada sebilah pisau menancap tepat di hatinya.

"NAYA!!!!!" Tangis Elvano semakin menjadi. Mobil Ambulan sudah datang, segera tubuh Naya diangkat pada tandu kemudian memasuki mobil dan diberi pertolongan pertama. Pak Andra ikut memasuki mobil untuk menjadi wali.

Fiza yang baru datang segera mendekap tubuh Elvano bermaksud menenangkan lelaki itu. Mobil Ambulan sudah pergi, meninggalkan kesakitan yang amat mendalam.

"Fiza, Naya Za!" Fiza menepuk-nepuk punggung Elvano. Tangisannya juga sudah pecah melihat keadaan Naya.

"El, gue mohon lo harus kuat. Kita ke rumah sakit sekarang ya?" ajak Fiza menghapus jejak air mata lelaki itu. Hatinya merasa sesak ketika melihat terdapat banyak darah Naya di tangan Elvano.


"Ini semua mimpi kan?" lirih Elvano.

"Iya kan Za?" lanjutnya. Fiza baru melihat Elvano seperti ini, lelaki itu sangat rapuh sekarang. Seakan-akan penopang di hidupnya sudah patah.


"Maaf El, maaf," gumam Fiza pelan.

Elvano kembali mendekap tubuh Fiza erat dan menumpahkan air matanya di pundak sahabatnya. "Naya," gumam Elvano di tengah tangisnya.

"Elvano gue minta maaf," ucap Fiza pelan, sangat pelan.

NayaVa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang