Elvano memasuki kelas Aldo dengan nafas memburu, ia sudah tidak memperdulikan lagi setiap mata yang menatapnya.
"Kenapa lagi El?" tanya Aldo bingung. Tiba-tiba Elvano memukul rahang Aldo sampai lelaki itu terjatuh. Hal itu pula mengundang tatapan kaget dari orang-orang di kelas.
"Beraninya lo ngebodohin gue kayak gini Aldo!!" Aldo bangkit, kemudian mencengkram kerah seragam Elvano.
"Gue salah apa lagi bangsat!"
"Pelaku sebenernya itu lo kan? Lo sengaja nuduh Fiza supaya nutupin kelakuan busuk lo!!" ujar Elvano membuat Aldo terkekeh pelan.
"Gue tebak, pasti Luna yang nuduh gue? Iya kan?"
"Jawab gue!" Elvano menghempaskan tangan Aldo kasar.
"Jadi lo lebih percaya Luna dari pada gue? Gue juga mau nemuin siapa pelakunya!"
"Gue gak bisa percaya lo berdua anjing!"
"Bukan gue Elvano! Harus berapa kali gue bilang!!"
"Ada bukti?" Aldo menendang meja melampiaskan amarah.
"Lo gila El. Sumpah lo gila!!"
"Iya gue emang gila, gue gila gara-gara ngeliat gak ada keadilan untuk Naya. Gue benci saat orang-orang terus bilang kalau Naya bunuh diri! Pihak sekolah, kepolisian, bahkan orang tua Naya lebih milih ngebiarin kasus ini tanpa ada penyelidikan lebih lanjut. Gue sendiri Do, gue sendiri yang harus ngebuktiin kalau Naya gak bunuh diri."
"Gue mau istirahat, tapi gue harus terus melangkah supaya bisa mencari kebenarannya," lanjut Elvano.
"Gue gak dianggap El? Gue udah janji ke Naya, kalau gue bakal ungkap kebenarannya!"
"Gue gak bisa percaya siapapun!" Elvano berlalu pergi dari sana. Sedangkan Aldo hanya bisa mengacak-acak rambut frustasi.
***Aldo berjalan di koridor, sesekali melihat kelas-kelas lain sedang ricuh karena guru sedang rapat. Seketika ia dikejutkan oleh seseorang yang menabraknya dari belakang. Untung saja tidak sampai terjatuh.
Saat membalikkan badannya untuk melihat siapa pelakunya, Aldo menjadi panik sendiri ketika melihat raut wajah seseorang di depannya terlihat ketakutan yang amat sangat.
"Aldo...," lirih Naya.
"Lo kenapa Nay?" tanya Aldo meminta penjelasan.
"Tolong gue..."
"Gue takut," lanjut Naya yang langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang Aldo. Tubuh Naya gemetaran, Aldo segera mengusap-usap rambut perempuan itu bermaksud menenangkan.
"Gue disini Nay, jangan takut. Lo gak sendiri, ada gue."
"Aldo?" panggil seseorang.
"Eh Bapak," ucap Aldo. Pak Andra melihat kearah Naya dan lalu menatap Aldo meminta penjelasan.
"Naya cuman lagi sedih Pak, makanya saya tenangin dia."
"Yasudah, setelah Naya sudah tenang kamu masuk kelas. Guru-guru memang sedang rapat tapi tetap tidak diperbolehkan untuk keluar kelas."
"Lah Bapak gak rapat juga?"
"Ini saya mau rapat, tadi ada urusan bentar. Naya kamu jangan sedih lagi ya, kalau ada apa-apa bisa hubungi saya secepatnya." Pak Andra menepuk bahu Aldo kemudian berlalu pergi.
"Nay lo gak mau cerita?" Naya menjauhkan tubuhnya dari Aldo.
"Nay?" tanya Aldo lagi ketika tidak mendapat balasan.
"Gue gak papa."
"Tadi lo takut kenapa? Lo lagi dikejar apa gimana? Bilang sama gue, biar gue hajar orang itu!"
"Gue gak papa Aldo, makasih. Gue duluan." Naya hendak pergi, namun ditahan oleh Aldo.
"Lo bener gak papa?"
"Iya Aldo. Anggep aja tadi gue gak bilang apa-apa. Bisa lepasin tangan gue?" Genggaman Aldo melemah sehingga Naya pergi meninggalkan keterdiaman Aldo.
Kenapa Naya ketakutan? Saat itu Aldo tidak terlalu menghiraukan, tapi setelah dipikir-pikir lagi ada hal yang janggal. Aldo mengacak-acak rambutnya frustasi, ini terlalu membingungkan.
Ia segera menghubungi seseorang. Tapi sialnya tidak diangkat sama sekali. Aldo sama sekali tidak menyerah, ia terus saja mencoba. Sampai akhirnya, diangkat.
"Lo dimana?"
'Mau apa lo?'
"Lo dimana?" tanya Aldo lagi.
'Lo gak usah tau.'
"Bacot! Lo lagi dimana sekarang bangsat?"
'Rumah sakit! Mau ngapain lo?'
"Ada hal yang perlu diomongin, gue kesana sekarang." Aldo mematikan sambungan secara sepihak kemudian mengambil kunci motor dan jaketnya. Aldo membawa motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit. Seketika tubuhnya terpental ketika ada sebuah mobil menabraknya dari arah kanan jalan.
"Argh...," erangan kesakitan keluar dari mulut Aldo. Seluruh tubuhnya sangat sakit, seakan-akan remuk. Ingin berbicara saja sulit rasanya. Kedua mata Aldo menutup secara perlahan, sampai akhirnya kehilangan kesadaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Teen FictionIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...