Rita menyiapkan banyak sekali makanan, membuat siapapun yang melihatnya pasti meneteskan air liur. Sama seperti Naya, Fiza, dan Elvan yang sudah menatap makanan itu berbinar.
"Mah, kenapa pas gak ada mereka Mamah gak masak sebanyak ini?" protes Elvano sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya lahap.
"Nanti malah gak abis, sayang. Papah sama kamu kan makannya pada dikit. Ini juga kan makanan kesukaan mereka berdua, jadi gak papa dong kali-kali." Elvano mendengus kesal mendengar jawaban Rita.
"Wah makasih Mah!!" seru Fiza semangat memakan makanannya.
"Iya tau yang abis bangun tidur pasti laper," sindir Elvano.
"Iya gue juga tau yang udah bikin mata Naya sembab pasti laper," balas Fiza. Elvano melotot kaget mendengar itu. Rita menatap anaknya meminta penjelasan.
"El gak bikin Naya nangis Mah," sanggah Elvano.
"Elvano bener ko Mah, Naya cuman kebawa suasana aja jadi nangis. Bukan gara-gara dia;" ucap Naya.
"Awas aja kalau kamu bikin calon mantu Mamah nangis! Biar disunat lagi tau rasa!" Elvano meringis pelan mendengar ancaman Rita.
"Kejam bener Mah."
"Gak papa, suruh siapa nyakitin cewek."
"Mah Fiza dukung banget kalau Elvano disunat lagi!" seru Fiza heboh.
"Makan aja lo, diem deh," kesal Elvano kembali menyuapkan makanannya ke dalam mulut dengan raut wajah masam.
"Makan yang banyak ya," ucap Rita kepada dua perempuan yang sudah ia anggap anak sendiri. Sedari dulu ia ingin mempunyai anak perempuan, tapi yang keluar Elvano. Maka dari itu Rita sangat menyayangi kedua sahabat kecil Elvano.
"Iya Mah," seru Naya dan Fiza bersamaan.
Sudut bibir Rita tertarik melihat mereka makan dengan lahap masakannya. Terutama pada Naya, ia sudah mengetahui keadaan perempuan itu dari cerita Elvano. Jadi ia tidak banyak bicara atau menanyakan apapun ketika menyadari mata Naya yang sembab. Karena itu mungkin akan mengorek luka yang berusaha ditutup.
***
"Nay, lo jadi nginep di rumah gue kan?" tanya Fiza.
"Jadi." Naya dan Fiza sedang memakai sepatunya kembali. Karena hari sudah hampir gelap, mereka memilih untuk pulang.
"Naya disini dulu ya? Nanti gue anterin ke rumah Fiza deh," bujuk Elvano dengan nada manja.
"Jijik gue denger suara lo El, kayak yang di pengkolan lampu merah," celetuk Fiza.
"Kurang ajar emang ya bibir lo." Fiza meleletkan lidahnya.
"Gue mau pulang El," ucap Naya.
"Disini dulu."
"Gak mau, mau sama Fiza."
"Mampus lu!" Tawa Fiza membuncah ketika melihat raut wajah masam Elvano.
"Tawa lo!"
"Kasian banget ya yaampun!"
"Udah sonoh pergi hush hush!" usir Elvano.
"Kita juga mau pergi ko!" Fiza merangkul tangan Naya berlalu pergi. Keduanya berjalan menuju rumah Fiza yang tak jauh dari rumah Elvano hanya melewati beberapa rumah saja.
"Fiza?" panggil Naya tiba-tiba.
"Apa?"
"Gak jadi deh."
"Apaan sih lo, ngomong aja kali."
"Tapi jangan tersinggung ya?" Fiza menganggukan kepalanya.
"Gue dari dulu selalu mikirin ini."
"Mikirin apa?" tanya Fiza yang mulai penasaran.
"Kita bertiga bareng-bareng terus kan, nah di dalem persahabatan itu pasti ada aja yang punya perasaan. Ternyata gue sama El akhirnya pacaran, gak nyangka sih. Tapi gue mau lo jujur, lo pernah punya perasaan sama El gak?" tanya Naya hati-hati takut menyinggung perempuan itu. Fiza hanya terdiam.
"Fiza?"
"Pernah." Jawaban Fiza benar-benar membuat Naya terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Fiza juga memiliki perasaan pada Elvano.
"Serius?"
"Iya."
"Sekarang lo masih punya perasaan itu gak?" Fiza lagi-lagi terdiam.
"Kayaknya masih ya? Duh gue jadi gak enak gara-gara gue pacaran sama El pasti ngancurin hati lo ya?" ucap Naya merasa bersalah. Seketika Fiza terkekeh pelan lalu menatap Naya.
"Gue bercanda kali Nay, masa gue suka sama si curut El masih banyak cogan kali. Ayo cepet ah." Fiza berjalan mendahului, begitupun dengan Naya yang sedikit mempercepat langkahnya agar mensejajarkan kembali. Hatinya juga merasa lega ternyata Fiza tidak memiliki perasaan apapun pada Elvano.
Semoga saja itu memang benar...
KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Novela JuvenilIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...