Pintu terbuka, mengalihkan pandangan Elvano. Kenapa hanya ada dia seorang? Karena orang tua Naya sedang berbicara dengan Dokter dan mengurus hal-hal penting lainnya. "Naya!!!" sahut Fiza mendekap tubuh Naya erat. Air mata Fiza luruh begitu saja, ia sangat senang mengetahui sahabat terbaiknya sudah terbangun dari mimpi panjang.
"Kenapa lama banget bangunnya Nay, gue kangen banget sama lo." Naya tersenyum, membalas pelukan Fiza. "Maaf."
Fiza menatap Naya dengan mata berkaca-kaca. "Gue takut Nay, gue ngeliat lo jatoh di depan mata gue sendiri. Hati gue sakit, karena gue gak bisa ngungkap kebenarannya. Selama ini gue selalu nyalahin diri sendiri, kenapa gak nyelamatin lo, gue emang sepengecut itu."
"Keputusan lo udah bener Fiza, gue gak mau lo ikut kenapa-kenapa. Cukup gue."
Tangisan Fiza semakin menjadi. "Sumpah lo jahat banget Naya," ucap Fiza disela tangisan. Sedangkan Naya mengelap air mata di pipi Fiza.
"Udah jangan nangis, lo jelek banget soalnya," ejek Naya yang membuat Fiza mengencangkan tangisnya. Hal itu pula membuat Aldo membekap mulut perempuan itu. "Berisik bego, ini rumah sakit."
"Lebas!!" Fiza berusaha melepaskan tangan Aldo dari mulutnya.
"Mau diem gak?" tanya Aldo dibalas anggukan dari Fiza.
"Mau nangis lagi?" Kali ini Fiza menggeleng. Akhirnya Aldo melepaskan bekapannya dan menepuk rambut Fiza, kemudian berucap, "Anak pintar."
Fiza menatap Aldo tajam, bisa-bisanya lelaki itu memperlakukannya layaknya anak kecil. Untuk menghindari pertengkaran, Elvano lebih memilih menarik Fiza menjauh dari Aldo. Karena jika dibiarkan bisa-bisa ada pertengkaran antara tom and jerry.
Sedangkan Aldo hanya menatap Naya tidak membuka suara. "Aldo," panggil Naya.
"Iya Nay kenapa?"
"Makasih." Aldo menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Ehm Nay, gue juga minta maaf atas kelakuan kasar gue selama ini. Gue sadar, kalau perasaan gue ini gak seharusnya nyakitin lo."
"Nggak papa ko."
"Lo pasti susah maafin gue ya?"
"Kata siapa? Gue maafin lo ko." Senyuman lebar seketika tertera di wajah Aldo. "Beneran?" tanya Aldo yang dibalas anggukan pelan.
"Duh jadi pengen peluk." Baru saja hendak memeluk Naya, Elvano sudah menghalangi. Jadilah Aldo malah memeluk Elvano.
"Peluk gue aja, gue wakilin," ucap Elvano santai.
Aldo mendorong Elvano agar menjauh darinya, sembari menunjukkan raut wajah jijik. "Gue mau peluk Naya!"
"Gak boleh, Naya milik gue."
"Dia milik emak bapaknya!"
"Tapi orang tuanya udah percayain dia ke gue, gimana dong?" Aldo diam seketika. Jika seperti itu ia sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Elvano mengecup kepala Naya penuh kasih sayang. Tapi setelah itu, ringisan kesakitan terdengar ketika Fiza mencubit pinggang Elvano. Lelaki itu menatap sahabatnya tajam. "Sakit anjir."
"Jijik gue soalnya."
"Iri lo jomblo."
"Gue bukan jomblo, tapi single."
"Sama-sama sendiri tapi kan?" celetuk Elvano yang langsung mendapat hadiah tabokan dari Fiza.
Elvano menatap Naya dengan tatapan memelas. "Yang liat gue disiksa mulu sama Fiza."
"Rasain," balas Naya. Seketika tawa Fiza pecah saat itu juga. Kesal, Elvano memilih menempelkan tangan Naya pada pipinya tidak menghiraukan Fiza yang asik tertawa mengejek.
Hal itu tak luput dari pandangan Aldo, sorot mata lelaki itu menampilkan kesedihan. Bohong jika mengatakan bahwa ia sudah melupakan perempuan itu sepenuhnya. Perasaan itu tidak mudah untuk dilupakan, dan ternyata hatinya masih terasa sakit apabila melihat kedekatan Naya dengan Elvano.
Ia tau, Elvano adalah laki-laki yang paling baik untuk Naya. Selain baik, dia juga menjaga Naya layaknya sebuah berlian. Jadi, ia akan berusaha mengikhlaskan perempuan yang ia sayang bersama Elvano yang sudah menjadi teman baiknya. Kedua sudut bibir Aldo tertarik, mungkin ini yang terbaik. Rasa sesak ini tidak akan berangsur lama, ia yakin bisa menahannya.
Tawa Fiza terhenti melihat mata Aldo yang tertuju pada Naya. Ia sangat tahu bagaimana sulitnya melupakan seseorang. Fiza meneluk bahu Aldo pelan bermaksud memberikan kekuatan pada lelaki itu.
"Ikut gue yu?" ajak Fiza. Aldo menatap Fiza bingung. "Kemana?"
"Ikut aja. Eh gue sama Aldo mau ngisi perut dulu ya. Nanti kesini lagi. Awas berduaan yang ketiganya setan"
Naya menganggukan kepala pelan. "Cepet kesini lagi ya."
"Kan lu setannya, udah hushh pergi kau syaiton," usir Elvano.
"Sialan lo El! Iya Nay." Fiza dan Aldo berlalu keluar ruangan. Ternyata Fiza membawanya pada rooftop rumah sakit.
Semilir angin membelai kulit, rasanya sangat sejuk dengan pemandangan gedung-gedung di depannya. "Sakit?" ujar Fiza membuka suara.
"Maksud lo?"
"Hati lo sakit ngeliat Naya sama El?" tanya Fiza tanpa mengalihkan pandangan dari pemandangan di depannya.
Aldo menjawab, "So tau lo."
"Mulut bisa bohong, tapi mata lo gak bisa Do. Gue tau, susahnya buat ngelupain seseorang yang disuka. Lo harus kuat ngelawan rasa sesak di hati lo, lo juga harus yakin kalau lo bisa lupain Naya."
"Mungkin takdir lagi nyiapin seseorang yang lebih baik dan pantas buat lo. Untuk hari ini ataupun esok mungkin akan terasa sakit, tapi kelak lo bisa ngelupain Naya," lanjutnya.
Aldo terdiam mendengar ucapan Fiza yang ada benarnya, kelak akan ada seseorang yang ditakdirkan dengannya.
Fiza mengalihkan pandangannya, kemudian berucap, "Gue ngomong ini karena Naya, Elvano dan juga lo sahabat gue. Lo udah gue anggap sahabat Do. Makanya gue gak mau nanti ada perpecahan ataupun apa karena cuman masalah cinta. Gue harap, lo, El, sama Naya bahagia dengan pilihan yang terbaik. Gue yakin Do, suatu saat lo akan dapat yang terbaik. Semangat!" Aldo tersenyum lebar, ia mengacak-acak rambut Fiza gemas.
"Gue harap lo juga akan dapat pilihan yang terbaik Za dan bahagia."
"Pasti itu."
"Gue akan berusaha ngubah perasaan suka ini jadi perasaan pada sahabat, gak lebih," ucap Aldo yang dibalas tepukan pelan di kepala walaupun perempuan di depannya harus sedikit berjinjit karena tinggi badannya jauh berbeda dengan tinggi Aldo.
Fiza terkekeh kecil. "Anjing pintar." Ia langsung berlari menghindar.
"Heh Fiza! Awas aja kalau lo ketangkep sama gue!" Aldo segera mengejar Fiza yang belum terlalu jauh.
Jika takdir menjauhkanmu dengan seseorang yang kamu harapkan, percayalah itu karena takdir sedang mempersiapkan seseorang yang lebih baik dan pantas denganmu. Tidak ada yang tau permainan takdir itu seperti apa.
-helen
***
Beberapa part lagi tamat ya❤ makasih yang udah baca cerita ini❤

KAMU SEDANG MEMBACA
NayaVa (END)
Roman pour AdolescentsIni tentang sebuah kisah dimana semua orang berjalan melewati jalan berduri untuk sampai keujung jalan yang penuh kejutan. Semuanya pasti terluka, secara fisik maupun batin. Tapi kelak akan tersenyum ketika sampai pada tujuan. Sudah siap berkelana d...